Part 28 (s)

112 3 0
                                    

Curhat?

Trey sedang menemani Vano makan di salah satu resto. Dia hanya menemani, karena Trey masih kenyang. Mereka masih mengenakan seragam sekolah. Sebenernya Trey agak risih, karena sedari tadi, dilihatin pengunjung lain. Padahal kan, ini sudah jam pulang sekolah, gak masalah kalau makan di luar. Dikira anak yang bolos kali ya.

"Kamu kenapa? mukanya  kek baju belum disetrika?" Tanya Vano, setelah menelan hasil kunyahannya yang sudah halus.

"Keliatan banget ya?"

Dijawab dengan anggukan.

"Lagian, Aku sebel No, temen tes Aku anak kelas 10, terus cowok, ya ampun nyebelin  banget. Banyak nanya aku mulu,  orang aku juga udah pusing sama tesan sendiri, ini bentar-bentar Kak, pengen ngadu ke petugas  aja rasanya.  Kadang ada aja tingkahnya, minjem penghapus lah, kalau gak ada, pinjem  serutan, bikin kesel." curhat Trey panjang lebar, kemudian bersidakep di meja resto itu.

"Kasian ya  kamu, untung aku sama adik kelas, tapi cantik." Vano hanya membuat mood  Trey semakin buruk. Vano paham betul jika Trey memang tidak suka dengan  sesuatu, dia akan mendumel dan berisik, tapi Vano menikmati itu. Hidupnya jadi lebih berwarna.

"Kamu mah, Aku curhat panjang lebar juga," protes Trey karena jawaban cuek Vano.

"Ouh tadi curhat toh."

"Tau ah cerita sama Kamu mah, sama kayak  ngomong sama tembok tau gak. Anyep."

"Iya iya maaf deh, mungkin cowoknya caper kali, siapa tau kan dia suka sama kamu." 

"Gak," jawab Trey dengan minim ekspresi.

"Nah kan, marah lagi."

"Lagian sih."

"Lagian apa coba, Aku kan cuma mengutarakan pemikiranku."

"Bodoamat."

"Haha, yaudah ayo kita pulang."

"Bayar dulu No,"

"Eh iya lupa, bayarin ya Trey."

"Dih ogah banget, situ yang makan, Aku yang bayar, masa gimana sih Mazzzzz."

"Haha sensi banget sih Mbaknya, yang abis digangguin brondong."

"Kamu lupa, situ juga brondong."

"Dih enak aja, aku mah brownis kali."

'Ueeekk" Trey memberikan ekspresi wajah jijiknya.

"Mba," panggil Vano kepada pelayan.

"Jadi semuanya berapa Mba?"

"150 ribu de,"

"Mppptttt," Trey menahan senyumnya mampus dah tuh si Vano. Dibilang adek.

"Mbak gak Saya udah dewasa, dibilang adek."

"Eh eum maaf tapi saya bingung sebenarnya yang adek yang mana ya, Masnya atau Mbak ini."
Sekarang giliran Vano yang puas tertawa.

"Dia Mbak, kita pake bajunya ketukar."

"Lah dia lah Mbak, enak aja jelas-jelas Saya udah SMA," ucap Trey, kemudian keluar duluan dari resto itu.

"Haha terima aja nasib pendek mah Trey."

"Diem gak!"

"Gak bisa wlek." 

Duksss

"Awwwsssss," ucap Vano meringis, ketika satu botol plastik mengenai dahinya.

"Hahahha"

"Treyyyy mentang mentang jago putsal, kalau tiba-tiba Aku jadi pendek kaya Kamu, gimana?" Pertanyaan yang dibuat-buat oleh Vano membuat Trey ingin menendang tulang kering lelaki tersebut.

"Gak usah lebay deh No, ayo pulang ditinggal juga nih."

"Iya Tunggu."

Remaja Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang