Part 35 (s)

84 6 0
                                    

Segitu aja?

Trey menunggu Vano di pinggir lapangan. Dia melihat begitu sabarnya Vano mengajarkan anak basket itu. Walaupun Trey terkadang kesal melihat mereka yang kecentilan. Tapi trey tidak bisa apa-apa dia hanya mengalihkan pandangannya pada HP-nya. Melihat notifikasi medai sosialnya  kembali ke menu  dan begitu seterusnya.
Trey mulai bosan dia memejamkan matanya.

Brakk

Trey berasa dirinya jatuh tapi tidak sakit apa ini mimpi? Trey membuka matanya ternyata seseorang menahannya agar tidak jatuh.

"Dirga?"

"Hai Trey, lain kali hati-hati, kalau sudah ngantuk jangan dipaksakan untuk nonton pertandingan. "

"Eh iya, maaf ya ngerepotin." Trey menunduk malu.

"Kamu gak  apa-apa Trey?"  tanya Vano yang tadi melihat adegan menyebalkan itu.

"Gak." Trey terbawa emosi saat melihat wajah Vano, karenanya dia harus menunggu lama.

"Maaf deh, ayo pulang."

Trey hanya diam

"Yaudah aku pergi dulu ya Trey,"

"Iya, hati-hati Dirga."

"Iya pergi deh sono, jangan balik lagi kalau bisa," ucap Vano ketus.

"Ga sopan ish No, gimana juga dia lebih tua dari kamu." 

"Giliran sama si Dirga senyum, sama aku ketus mulu." 

"Dih apaan, kan dia dah baik No, kalau tadi sampe dia ga nangkep Aku, pasti udah mppp" Vano membekap mulut Trey kemudian menarik Trey untuk pergi dari pinggir lapangan itu.

Vano membawa Trey ke danau .......

"No ko kita ke sini?"

"Biarin, kan lagi kencan."

"Kencan matamu."

Trey kembali meminum kelapa mudanya. Sambil menikmati danau yang indah dan matahari yang berwarna orange.

"Trey."

"Apa?"

"Gak jadi,"

"Aneh."

"Trey?"

"Kenapa No?" Mulai menaikan suaranya.

"Aku pengen cerita," ucap Vano pelan sambil menghela napasnya. Vano saat ini sedang tiduran di rumput dan memandang ke atas sesekali dia melirik Trey dengan wajah nya yang teduh.

"Apa no?" ucap Trey sambil menarik alis Vano. Karena menurut Trey harusnya dia yang punya alis seperti itu.

"Kenapa ya akutuh ngerasa hampa banget,"

"Maksudnya?"

"Iya hampa Trey" Vano menaikan sedikit badannya dengan satu tangan sebagai tumpuan dan satu tangan lagi menarik tangan Trey untuk diletakannya di dada Vano.

"Kamu tau Trey hati aku hampa banget jauh sebelum kenal kamu. Perlahan setelah aku kenal kamu entah debaran ini datang dari mana karena tiba tiba aja hati aku berasa penuh dan jantung aku berpacu lebih cepat ketika aku deket kamu,"

"Eum kamu kan punya orang tua lengkap No,  punya adik juga hidup kamu enak lah,  beda sam aku, di rumah you know lah, aku anak satu-satunya kadang aku selalu ngerasa sendiri. "

"Aku punya keluarga lengkap? Itu yang kamu liat Trey kenyataannya banyak bukan berarti ramai."

"Maksud kamu?"

"Enggak.  makasih yah udah mau sahabatan sama bocah kaya Aku. " Vano kembali tiduran,

"Sama-sama."

"Kamu sering kesini?" 

"Sering banget malah."

" cuma saat aku lagi punya banyak masalah tapi hampir seminggu 3-4 kali aku kesini"

"Kamu bisa cerita ke aku No, kalau lagi ada masalah."

"aku lebih suka denger kamu cerita, aku suka denger suara kamu, apalagi kalau lagi cerewetin aku rasanya aku pengen jadiin kamu pendamping hidup aku,"

"Enak aja, Mama sama Baba akan cincang kamu seperti mereka cincang ayam. Berani ngajakin aku jadi pendamping kamu, sementara kamu masih kecil gitu."

"Bentar lagi seragam kita sama kali."

Remaja Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang