Part 5 (s)

198 6 0
                                    

Maaf

"Mengapa seseorang sering mengalami keterlambatan mengetahui mereka jatuh cinta?
Itu karena dia tidak peka pada dirinya sendiri."

Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, Trey tidak melihat bocah SMP itu. Entah, mungkin bocah SMP itu baper, karena usahanya tidak  dihargai olehnya. Balik lagi, salah satu hal yang membuat Trey enggan berteman atau bersahabat dengan anak yang di bawah usianya. Karena mereka mempunyai sifat yang masih labil dan egois. Itu akan mempersulit segalanya.

Setidaknya itu lah yang ada dipikiran Trey saat ini. Namun di balik itu semua, sebenarnya Trey sedikit merasa bersalah. Apa benar dia keterlaluan? Trey terus bertanya kepada dirinya sendiri. Sesekali dia menggembungkan pipinya, mungkin kesal. Namun, malah terlihat imut. 

Pluk

Sesuatu mengenai kepalanya dan dia tau betul apa yang ada di kepalanya saat ini. Topi? Siapa? Dia segera mencari dari siapa topi ini.

"Hei, apa-apaan ini, lepasss," ucap Trey berusaha untuk melepaskannya.  Namun sesorang yang memakaikannya,  tetap saja berusaha memakaikan topi itu. Trey menginjak kaki seseorang yang berdiri di sampingnya itu. Vanopun reflek memegangi kakinya dan Trey berusaha melepas topi itu dan wajah mereka saling bertemu.

"Kamu," ucap Trey setelah melihat jelas wajah Vano.

"Hai kak, gimana kabarnya? 3 hari, eum 2 jam kita gak ketemu sudah kangen belum?" Tanya Vano, dengan gaya tengilnya.

"Enggak," jawab Trey tegas.

"Boong banget  itu matanya berbinar banget liat aku," ucap Vano meledek gadis di hadapannya.

"Perasaan kamu aja kali," ucap Trey mencoba mengelak.

"Ya perasaan aku mah sayang sama kakak, kalau perasaan kakak gimana?"
"Tolong kondisikan yah,  kata-katanya de, yang disini udah 17 tahun," ucap Trey menyindirnya.

"Lah yang begini 17 tahun? Yakin?" Vano menautkan alisnya dan memperhatikan Trey, dari atas sampai bawah. Lalu dia berkata
"17 tahun? Tingginya aja cuma sampe ketiak aku,"
"Umur gak dilihat dari tinggi badan."
"Tapi tinggi badan menentukan seseorang terlihat berumur,"
"So tinggi,"  ucap Trey jengkel.
"Emang tinggi," jawab Vano tidak mau kalah.
"Yaudah lah bodo amat,  yang tinggi saya bukan situ, ko repot."
"Apa ambil rapot? Masih lama kak kenaikannya juga."
"Terserah lah," ujar Trey mulai berjalan dan Vano mengikutinya.

"Kak," panggilnya.
"Hmm," Trey hanya bergumam.
"Dipake dong topinya, aku belinya tuh penuh perjuangan loh kak." 
"Gak minta, gak nanya."
"Iya jadi tuh yah,  ada cewe yang mau topi itu juga, padahal topi itu udah di tangan aku, tapi dia maksa. Aku ga terima dong yah  makanya aku bujuk cewe itu buat ngalah," jelas Vano panjang lebar.
"Ini cuma topi, gak usah lebay. Banyak di toko juga." 
"Kakak  suka makan sambel yak?"
"Tau dari mana kamu?"
"Itu,  omongan kakak pedes banget soalnya."
Trey menatap tajam Vano. Yang ditatap malah biasa saja,  seakan tidak ada apa-apa.
"Maaf" ucap trey hampir tidak terdengar.
"Apa kak," ujarnya meledek Trey, padahal dia sudah mendengarnya. 
"Maaf," ulang Trey.
"Apa?"
"Maaaf," rengek Trey. 
"Tumben kak, baru sadar situ tuh jutek banget, heran deh. Pantesan kemana-mana sendiri jomblo yah. Makanya kak jangan galak-galak, nanti susah dapetin pacar," cerocos Vano, Trey kembali melotot kemudia menginjak kaki Vano dan berlari.

"KATA MAAF AKU TARIK BALIK DAN JANGAN NGIKUTIN AKU LAGI DEVANO REZALDI HEHANUSA," ucap Trey sambil berteriak kencang.
"IYA KAK,  I LOVE YOU TOO," balas Vano tak kalah teriak juga.  Walaupun posisinya Trey sudah jauh, tapi teriakan lelaki itu masih bisa dia dengar. Lagi-lagi dan lagi Trey kembali seperti mempunyai penyakit jantung lemah. Rasanya seperti naik roller coster. Berdebar namun sensasinya menyenangkan.

Jangan lupa follow+vote+komen yaaa
Dengan begitu aku lebih semangat menulisnya.

Terima kasih
Salam kenal...

Dari aku yang masih suka nangis kalau lagi hujan.

Remaja Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang