Part 23 (s)

118 4 0
                                    

Udah pulih?

Jam 6:15 Vano sudah ada di rumah Trey. Sudah rapih dengan seragam sekolahnya, tak lupa karena hari ini Senin, rambutnya lebih rapih, mungkin pakai minyak rambut, karena rapihnya beda, kayak ada glowing-glowingnya gitu, maksudnya minyak wkwk. Kerjaan Vano udah kambuh lagi, pasti dia minta sarapan gratisan. Makannya datang pagi. Tau aja, mereka lagi siap-siap sarapan.

"Eh No, kok baru keliatan lagi, kemane aje?" Tanya mamahnya Trey. Setelah menjawab salam bocah tersebut. Vano menyalami tangan mamah Trey.

"Ajak masuk dulu, lu olang gimana sih," ucap baba Trey, mengingatkan sang istri.

"Eh iya, ayo masuk! Ah biasanya juga lu nyelonong aje."

"Jadi gimana lu kemane aje No? Kata si Trey lu sakit, bener?" Tanya mamah Trey lagi.

"Iya Mah, Vano kemarin sakit, jadi ga sekolah, makanya gak ke sini."

"Yaampun sakit apaan lu? Makanya jangan kayak orang gak ada kerjaan, segala antar jemput si Trey, kecapean ya lu?"

"Bukan gitu Mah, Biasa kok, cuma demam aja. Biasa kehujanan." Ngeelsnya, padahal karena diskors sama sekolahan, gengsi lah kalau harus jujur, nanti yang ada pamornya sebagai anak baik-baik turun begitu saja. Gimana juga kalau orangtua Trey tidak mengijinkannya untuk berteman dengan anaknya lagi, kan bahaya.

"La bujug, yaudah, sekarang ayo sarapan, Treyyy cepet ke sini sarapan bareng ayo!" Perintah itu menggelegar seisi ruangan. Semacam kaleng rombeng, tapi jika tidak ada, akan sangat dirindukan.

"Iya Mahhh," jawab Trey sambil berjalan ke meja makan. Dia sedikit heran, karena Vano sudah sekolah. Tapi dia tidak ingin banyak bertanya jika di depan Orangtuanya, malu. Kalau berantem baru mau, biasanya juga udah kayak kucing sama dogi.

Setelah sarapan, Trey pergi bersama Vano, dengan motor maticnya Vano.

"Udah sembuh?" Tanya Trey basa-basi. Karena tanpa harus dijawab pun sudah terlihat Vano baik-baik saja.

"Iya dong, Vanoooo gitu," ucapnya dengan bangga.

"Tauran lagi gih sono!" Sindir Trey telak.

"Dengan senang hati tuan putri."

"Tapi jangan harap, kita bisa temenan lagi, gak ada slot kosong untuk manusia yang gak pakai otak."

"Yah ngancemnya gak enak banget sih Trey, ayolah sekali duakali, masih wajar."

"Coba aja ketauan tauran lagi,"

"Engga Treyyy, kapok deh, aku malah mikir kamu akan diemin aku," ucap Vano sembari cengengesan.

"Yaudah bagus, ngapain? Gak guna banget."

"Syukurlah, Trey balik nanti mau dijemput gak?" Tanya Vano, tumben biasanya kata-katanya "Nanti pulang aku jemput."

"Gak usah deh, soalnya ada tanding putsal."

"Dimana?"

"Gor nusabuana."

"Yaudah dianter deh,"

"Gak usah, balik aja istirahat No."

"Emang mau dianter siapa sih? Kok takut banget ada aku."

"Enggak!"

"Yaudah, kamu hati-hati, jangan kecapean."

"Yeko dibalik."

Vano pergi dari gerbang sekolah Trey. Sebenernya Trey bukan tidak mau diantar oleh Vano, tapi dia sudah janji dengan Dirga bahwa dia akan bareng dengan Dirga ke gornya kebetulan Dirga juga, mengikuti tanding putsal putra.

Remaja Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang