Membujuk si anak kecil, makan!
Trey membawa makanan yang baru saja diberikan oleh asisten rumah tangga Vano. Dia kemudian mengetuk pintu kamar bocah tersebut.
Tok
Tok
Tok"Ada apa mbok? Aku belum mau makan, nanti kalau udah lapar, baru turun."
"Buka pintunya!" Trey memerintahkan itu pada Vano, dengan dingin. Vano yang mendengar suara Trey, dia langsung bangun dan membukakan pintu kamarnya. Dengan ekspresi muka bantalnya, bisa dipastikan, Vano tidak tidur semalaman.
"Kamu," dengan wajah masih kaget, dia melihat Trey, masih menggunakan seragam sekolahnya. Siapa yang berkhianat padanya.
"Makan!" ucap Trey, sambil membuang muka. Vano hanya bisa menghela nafas, kemudia mengambil makanan yang berada di tangan Trey, sambil menarik tangan wanita itu agar masuk ke dalam kamarnya.
Kamar Vano terlihat sangat cowok sekali. perpaduan warna hitam dan abu dengan ditambahkan aksen putih hanya di berikan pada jendela kamarnya itu menegaskan bahwa lelaki itu, cukup misterius. Dan cocok sekali dengan karakter Vano. Yang memang begitu. Aneh.
"Kamu tuh, kenapa bisa tauran hah? Bosen hidup? kenapa aku chat ga dibales-bales, ga ada kabar tiga hari, ternyata kamu malah tauran dan apa ini? kamu bukan anak kecil No, segala mogok makan, berantakin barang yang ada di kamar, kamupikir si mbok ga banyak kerjaan apa." Omelan yang sedari tadi sudah menumpuk di kepala Trey, akhirnya terpecahkan juga. Beruntungnya perempuan itu tidak sampai teriak kencang, melihat kelakuan sahabatnya ini. Jika dia yang melakukan hal ini, sudah pasti mama dan babanya akan marah besar. Sampai tak akan memberikan uang jajan, mungkin bisa seminggu lebih. Sangat menyeramkan.
"Ya maaf, awww sshhh ah, maaf iya, maaf Trey, aku ngaku salah, udah dong nyubitnya sakit tau," ucap Vano, terus mengaduk kesakitan. Ya namanya juga kesel, nyubitnya gak pake perasaan lagi, tapi kekerasaan. Mohon jangan ditiru, kecuali dia bandel. Gak apa-apa.
"Biar aja, biar tau rasa!" Emosi Trey, belum juga reda, padahal dia sedikit kasihan dengan tangan Vano yang sudah memerah.
"Bilang aja, kamu pengen pegang, tangan sama perut aku kan? Hayoo ngaku!" Tuduhan itu, sungguh tidak beralasan. Trey, bahkan tidak memikirkan hal seperti itu. Sialan sekali bocah itu!
"Perut kamu jelek begitu, gak usah sok, kecakepan. Brad Pitt menangis melihat ini." Sindiran telak, untuk Vano, ya walaupun badannya tidak sebagus itu, tapi lumayan lah, ada ototnya, gak kempes-kempes banget. Orang dia rajin olahraga, seminggu bisa dua sampai tiga kali, kalau gak lupa.
"Apaan, aku udah punya empat kotak kok," Vano, memberikan pembelaannya. Dia tidak terima usahanya terasa sia-sia seperti itu.
"Ga mungkin!" Bantah Trey, mana mungkin juga. Orang Vano kurus begitu. Pikir Trey dalam hati, aduhh kenapa dia malah jadi memikirkan benar atau tidaknya perut Vano. Sial!
"Perlu bukti? entar pingsan lagi," cibirnya. Membuat raut wajah Trey seketika memerah, tolong, dia benar-benar sedang dipermalukan.
"Enggak!" Bantahan itu mengarah tajam, pada mata elang milik Vano.
"Jadi, beneran mau liat?"
"Ga mau, ishh Vanoooo!" Kali ini, dia tidak bisa menahan lagi, teriakan yang luar biasa menggelegar itu.
Vano menutup telinganya. Kedatangan Trey membuat jiwa ya kembali hidup dan terasa hangat. Setidaknya dia mempunyai alasan untuk bertahan di dunia ini disamping mereka yang menyianyiakannya sejak kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja Jatuh Cinta
Teen FictionFollow dulu, biar bacanya tenang. "Cinta itu bukan surat yang harus selalu ada balasannya" @ayufitriani656