Part 39

48 3 0
                                    

Trey masih enggan untuk dipinta tolong, membawakan kresek yang berisikan es krim aneka rasa itu.

"Ayolah Trey, aku kan bawa sepeda, jadi ribet kalau harus bawa itu juga."

"Kalau tau begini, aku gak akan minta traktir lagi,"

"Kamu masih mikirin gimana cara ngabisinnya?" Trey mengangguk. Dia ingat, waktu mereka pergi ke pasar malam. Trey dibelikan 10 gulali berukuran jumbo. Dan berakhir dia harus sakit gigi, karena kebanyakan makan gulali tersebut. Dia tidak ingin mengulangnya dengan es krim.

"Ajaib. Orang-orang mungkin minta dibeliin satu kulkas Trey."

"Kamu paling bisa buat aku kesel tau gak."

"Sengaja, biar kamu ingat aku terus."

Trey merasa geli padahal tidak sedang dikelitik. Seperti ada kupu-kupu yang beterbangan dari dalam perutnya.

Trey mengambil kantong kresek tersebut dari tangan Vano, dia tidak ingin jika Vano mengetahui bahwa dirinya sedang tersipu karenanya.

"Ayo berangkat."

"Ke rumah aku dulu ya,"

"Udah sore No,"

"Iya, nanti pulang aku anterin. Janji deh aku anterin pulang."

"Mau ngapain emang?"

"Si kembar kangen katanya."

"Si kembar? Emang udah pulang."

"Penting banget pertanyaannya, heran. Abang mereka kurang apa sih Trey, kok matanya berbinar banget dikangenin mereka."

"Sirik aja kang goes."

Mereka pergi meninggalkan Minimarket tersebut untuk ke rumah Vano. Sebenernya jarak dari rumah Vano ke sekolahan itu lumayan dekat. Dulu, sebelum dia kenal dengan Trey, Vano selalu bangun kesiangan. Karena cukup 10 menit sudah sampai. Sekarang sudah tidak bisa, dia mempunyai motivasi untuk bangun pagi, yaitu menjemput Trey. Yang rumahnya lebih jauh.

"Assalamualaikum," ucap mereka berdua tidak sadar berbarengan. Mereka saling bertatapan lalu tertawa.

"Ngikutin aja." Berbarengan lagi.

Vano membukakan pintu agar Trey masuk. Dari arah yang berbeda dua anak kecil berumur 5 tahun, menghampirinya. Mereka terlihat sangat menggemaskan, dengan warna baju yang senada. Kembar sepasang ini begitu sangat bahagia setelah melihat Trey datang.

"Kak Treyyyy... Kita rindu."

"Ya ampun, adik-adik manis, lucu-lucu banget sih kalian, udah mandi sore ya? Hmm udah wangi nih. Kak Trey bawa eskrim untuk kalian."

"Wahhh asikkk. Iya dong. Kak Vano yang belum."
Dan mereka bertiga kompak melihat ke arah Vano.

"Heyy, Kak Trey juga belum mandi."

"Kalian belum mandi?" tanya mereka secara bersamaan.

"Iya"
"Enggak!"

"No yang kembar mereka bukan kita, jangan barengan terus doang bicaranya."

"Ya aku mana tau, kalau kamu mau jawab juga."

"Kok jadi belantem?"

"Ah enggak kok, ayo kita makan es krim yuk."

Trey mengajak mereka duduk di kursi panjang khusu tamu,

"Yang beli siapa yang pansos siapa," ucapnya pelan. "Trey aku mandi dulu ya."

Trey hanya mengangguk dan mengacungkan jempol, yang ternyata diikuti oleh si kembar.

"Aku boleh abisin satu kotak?" Tanya Lea dengan suara khasnya.

"Nanti Bunda marah Le, jangan." Leo lebih dewasa dari Lea ternyata.

"Bundaaaa." Tanpa disangka, Lea berteriak lumayan kencang.

Trey hanya bisa mengelus dadanya, harusnya Lea beritahu dulu, jika akan berteriak begitu. Mungkin emang Trey saja yang belum tau kebiasaan gadis itu.

"Lea, ada apa? Kok teriak-teriak begitu?" tanya seseorang yang datang dari arah timur,

Kok Vano gak bilang kalau ada Bundanya di rumah.

Trey menepuk jidatnya, harusnya dia mengerti, jika ada si kembar, artinya ada Bundanya juga.

"Kamu Trey ya?" Baru ditanya begitu saja, lutut Trey sudah sangat lemas.

Remaja Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang