"Ada yang bisa dirasakan namun bukan angin, tidak terlihat namun bukan ghaib."
Trey sampai di rumahnya sudah malam. Beruntung Dirga bersedia untuk mengantarnya pulang. Bukan dia yang minta, namun Dirga yang mengajak. Trey turun dari motor Dirga dan berbasa-basi menawarkan untuk mampir.
Catat! Hanya basa-basi. Dan Alhamdulillah, Dirga tidak mampir, dia bilang bahwa sudah malam dan harus segera istirahat, karena besok ada ulangan. Trey mengangguk, saat Dirga berpamitan, tak lupa mengatakan hati-hati di jalan.
Trey, menunggu Dirga pergi dan berjalan, masuk ke dalam rumahnya. Ternyata di rumahnya sudah ada satpam. Siapa lagi, kalau bukan Vano. Lelaki itu mengantongi handphonenya, lalu menatap tajam Trey.
"Assalamualaikum," ucap Trey memberi salam, agar suasana tidak menjadi mencekam. Dia lihat, ada yang tidak beres dari gelagat lelaki itu. Mungkin seperti orang marah, tapi kenapa?
"Waalaikumsalam," jawab Vano dingin.
"Pantesan ya, gak mau dijemput, ternyata mau pacaran dulu," ucapnya dengan santai.
"Apaan sih No, kan tadi tuh Aku emang bareng Dirga, karena dia juga ikut putsal putra," ujarnya dengan kesal. Mungkin karena efek lelah latihan, jadi moodnya tidak stabil.
"Iya percaya kok," Vano masih tetap dengan nada yang jahil.
"Terserah deh, kamu ngapain di sini?" Tanya Trey yang baru sadar, untuk apa lelaki itu datang malam-malam.
"Jadi ga boleh di sini, yaudah balik deh."
"Apaan sih Noo, yaudah maaf deh, jadi kamu ada urusan sama aku? apa sengaja main?" Tanyanya dengan menarik nafas, lalu menghembuskan ya secara perlahan.
"Aku dari tadi telponin, smsin kamu, tapi gak ada balasan dikira tuh kamu kenapa-kenapa, aku langsung ke sini aja, kata Baba, kamu kamu belum pulang," jelas Vano.
"Ouh iya lupa aku hp aku low tadi,"
"Hmmmm."
"Yaudah, ayo masuk!"
"Mamah sama baba kemana No?"
"Kamu anaknya, kok nanya aku?" jawab Vano ketus. Demi langit dan bumi Trey menyesal sudah menanyakan hal itu pada Vano. Lelaki itu sulit sekali diajak kerja sama.
"Yaudah ah, bodo amat ditanya dijawabnya ketus mulu dari tadi," sambil memutar bola matanya, Trey berlalu dari hadapan Vano..
"Lagian pacaran mulu,"
"Masih dibahas? Mau ngajakin berantem? Nanti deh No, aku lagi capek banget sekarang."
"Ga suka liat kamu sama cowo." Dia mengeluarkan yang ada dipikirannya. Jujur, dia benar-benar tidak suka, melihat Trey dengan Dirga. Dia bisa melihat ada ketertarikan dari cowok itu pada Trey.
"Ya kan temenan No, masa gak boleh punya temen sih, lagian kita satu sekolah, satu organisasi, mana mungkin gak ketemu. "
"Semua juga berawal dari teman."
"Kita juga temenan, kalau kamu lupa."
"Ya kan nanti kita bakal demenan Treyyy."
"Ish apaan sih," ucap Trey sembari menahan malu, lalu dia masuk kamar sementara Vano, dia menyalakan televisi. Dia sudah janji pada orangtua Trey, akan menemani gadis itu, hingga mereka datang.
Trey duduk sebentar di meja belajarnya, dia memikirkan dirinya yang bisa mudah terbuka dan tersipu pada Vano.
Padahal Trey amat sangat berprinsip bahwa dia tidak akan pernah jatuh cinta pada Vano. Bukan dengan Vano saja, lebih tepatnya dengan laki laki yang berada di bawah dia umurnya. Karena sangat melelahkan untuk menjadi penyabar, saat dia sendiri masih dalam masa kelabilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja Jatuh Cinta
Teen FictionFollow dulu, biar bacanya tenang. "Cinta itu bukan surat yang harus selalu ada balasannya" @ayufitriani656