Part 21 (s)

121 7 1
                                    

Kancil yang manja!

Kurang lebih 30 menit, dia di kamar Vano, membersihkan ruangan yang sudah hampir mirip kapal pecah itu. Merapikan buku, menyusunnya di meja belajar, lalu mengumpulkan sampah minuman dan makanan yang sudah penuh di tempat sampah, menggantung handuk, bahkan mengganti seprainya. Membuat beberapa orang yang awalnya sakit mata, menjadi lebih segar sekarang. Tak lupa, dia juga membukakan jendela kamar lelaki itu, sengaja! Biar ada udara masuk, dia bahkan mematikan ac-nya.  Vano? Dia hanya diam di atas kasur, sembari memainkan ponselnya, dia membiarkan Trey bebas melakukan apa saja, pada kamar kesayangannya ini. Lagi pula,  badannya terasa lemas dan masih sedikit demam.

"Huffffftt selesai juga," ucap Trey, sembari memperhatikan hasil karyanya. Dia mengelap keringet yang turun dari dahinya dengan tisu. Kemudian, dia mengambil air di botol dan meneguknya sampai tandas. Haus? Jelas saja.

"Istirahat Trey! Nanti sakit." Suara yang cuek itu, membuat meliriknya. Namun, dia mencebikkan bibir, melihat lelaki itu masih asik main game.

"Aku mah strong," balasnya, sedikit menyindir sebenarnya.

"Strong strong wasairong!" Ketus lelaki itu.

"Bodoamat gak peduli, ngomong aja sama  tembok. Makan gih!" Perintah Trey.

"Suapin!"

Jdarrrr

Demi apa?   ini bocah dingin malah balik manja gini,  mana suaranya dibuat seimut-imutnya dikira bakal suka kali. Mual iya, iya suka. Eh gimana?

"Gak!"

"Yaudah gak mau makan." Ancamnya, sebenarnya sih Trey bodoamat. Dia mau makan mau gak, males juga. Perkara makan aja segala dibuat ribet. Tapi semua demi rasa kemanusiaan. Akhirnya dia memutuskan untuk.

"Iya iya disuapin puassssss!" Teriaknya galak.

"Iya dong sayang," ucapnya lembut, terus duduk dan menaruh handphonenya.

Trey yang dipanggil sayang pun melotot. Tidak terima.

"Sayang sayang dikira gorengan belum jatuh lima menit," protesnya pada Vano.

"Haha," Vano tertawa dan membuat Trey merasakan bahagia. Entah kenapa dia bahagia melihat Vano tertawa seperti itu, karena jarang sekali, dia melihat Vano tertawa apalagi penyebabnya adalah dia sendiri.

Mungkin Trey bukan sosok teman yang ideal. Tapi dia sebenarnya bisa diandalkan.

Trey mulai meyuapi Vano.

"No kamu kenapa bisa tauran?" Kali ini, Trey mengajaknya berbicara serius.

"Suka aja," jawabnya masih dengan nada cuek. 

"APA?" ucap Trey kaget. Alasannya karena suka. Ini anak belum pernah kena gaplok spiderman keknya.

"Ga usah kaget gitu deh, tauran itu hak semua murid laki-laki, kamunya aja, terlalu kaku. Tauran itu hal yang biasa, luka seorang laki-laki itu, memang untuk ditertawakan."

"Gila! Coba bayangin, kalau ada berapa orang yang pikirannya kayak kamu, bisa hancur generasi kita. Gak akan ada sebutan godboy lagi." 

"Ya kalau semua orang mikirnya kayak aku, yang kasian kamu lah."

"Kok gitu?"

"Kan yang ada dipikiran aku kamu."

"Hah?"

"Ya kamu jadi pikiran semua orang!" 

Glek

Nafas Trey!

Vano kalau ngegombal emang sereceh itu, tapi masuk ke dalam hati. Jadi, kalau diibaratkan. Dia itu bukan penembak tapi pemanah yang sudah profesional. Tidak banyak gaya, yang penting tepat sasaran.

Salut!

Mereka malah menjadi tertawa bersama.

Remaja Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang