Trey mencoba untuk tetap tenang. Dia menghentak-hentakan kakinya di bawah kolong meja ruang tamu yang cukup luas ini, ekspresi yang sulit dideskripsikan. Yang pasti rasa gugup itu terlihat jelas oleh Bunda Vano.
"Kamu kelas berapa?"
"Saya masih SMA Tante."
"Kenapa tegang begitu, Tante kelihatan kayak orang galak emang?" Diakhiri dengan senyum yang sebenarnya sangat terlihat ramah. Namun bahu Trey tidak juga mau merosot. Dia sangat kelas, kenapa Vano belum juga turun, lima menit sudah berasa setengah jam.
"Vano kelihatan nyaman sama kamu Trey, dia bahkan mau banyak bicara saat denganmu."
Apa bunda Vano baru saja mendeklarasikan bahwa dirinya kehilangan sosok ank yang dibesarkannya, karena lebih banyak bicara dengan Trey, ketimbang keluarganya sendiri. Pikiran Trey yang terlalu jauh, membawanya menanggapi ucapan tersebut, dengan permohonan maaf.
"Maaf Tante, tapi Trey gak pernah ajak Vano nakal kok. Yang tauran kemarin juga bukan bareng Trey, beneran deh."
Kali ini, bunda Vano tertawa. Banyangkan, tertawa! Trey menutup mulutnya yang terbuka karena terpukau. Dia tidak sedang melucu, kenapa harus tertawa.
"Kamu lucu banget, udah makan belum? Kita makan dulu yu. Kebetulan hari ini Tante masak enak."
Trey mau menolak, tapi sepertinya kalimat ajakan itu tidak bisa ditolak. Belum lagi, bunda Vano sudah menarik tangannya untuk ikut berjalan ke dapur.Padahal Trey mampir ke sini, untuk bermain dengan si kembar, malah ngobrol sama calon mertua, eh. Bayangin aja dulu, kamu datang ke rumah camer, dan dia baik banget, nerima kamu apa adanya, dan anggap seperti anak sendiri. Bayangin aja dulu! Prakteknya mah nanti.
Trey terpukau dengan semua makanan yang ada di atas meja. Banyak banget. Mamanya kalau masak sebanyak ini biasanya lebaran doang, kalau gak mau sedekahan. Mana makanannya kelihatan enak-enak banget. Heran deh, kenapa juga si Vano selalu numpang makan di rumahnya, kadang Sam tempe goreng juga nambah dia. Sayur lodeh keasinan aja dia gak pernah nolak, tau-taunya di rumah sendiri, makanannya udah kayak restoran bintang 5.
"Ayo duduk Trey, kita tunggu yang lain."
"Iya, Tante hobi masak ya?"
"Banget. Tapi Vano dan Ayahnya jarang makan di rumah, sementara Leo dan Lea juga makannya belum gembul."
"Kalau aku rumahnya dekat, pasti aku mampir terus nih, biar bisa ngabisin makanan Tante." Trey berusaha menghibur Bunda Vano yang terlihat sedih. Lain kali, jika Vano meminta makan di rumahnya, akan Trey usir!
"Wahh boleh tuh, lain kali kamu temenin Tante masak ya."
"Siapp. Tapi aku belum bisa masak."
"Gak apa-apa, nanti diajarin sampai bisa, biar kalau kalian berjodoh, nanti Vano betah makan di rumah."
"Enggak Tante, kami hanya temenan." Trey mengangkat kedua tangannya, sembari memberikan gerakan penolakan.
"Kan nanti Trey, Vano emang jelek ya? Kok kamu gak mau banget keliatannya."
"Bukan gitu, aduh gimana ya jelasinnya, intinya aku gak ada apa-apa, aku tulus temenan sama Vano."
"Kirain, kalian udah pacaran, soalnya Vano itu playboy, waktu dia kelas satu SMP pacarannya sama anak SMA. Waktu itu sih, ketika Vano tidak sependiam sekarang, pernah diajak ke sini, hanya satu kali, setelah itu gak ada kabarnya lagi."
Fakta baru, yang tidak diketahui Trey. Pantas saja Vano tidak terlihat risih pergi dengannya, udah biasa sama anak SMA toh, apa satu sekolah dengannya?
"Trey, ayo kita pulang."
"Enggak, kita makan dulu."
Kalau mau lanjutannya vote dan komen ya guyssss
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja Jatuh Cinta
Novela JuvenilFollow dulu, biar bacanya tenang. "Cinta itu bukan surat yang harus selalu ada balasannya" @ayufitriani656