Part 18 (s)

110 6 0
                                    

Mencoba bohong eh ?

Vano menjauh dari Andrew. Dia menelepon Trey. Mencari tempat yang jauh lebih tenang agar bisa mendengarkan suara Trey dengan jernih.

Di sisi lain,  Trey mengangkat telpon dari Vano dan menjauhi Dirga.

"Hallo," ucapnya setelah mengangkat panggilan tersebut.

"Dimana?" Tanpa basa-basi.

"Eum di rumah" Trey tak ingin membuat Vano salah paham, entah kenapa. Mungkin dia malas ketahuan jalan sama cowok lain. Tapi kenapa? Harusnya Trey jujur saja. Memang Vano akan marah jika dia jalan dengan cowok lain. Perempuan selalu mikir terlalu jauh, padahal kan belum tentu, walaupun sebenarnya iya, eh maksudnya?

"Ga ada rumah seberisik itu, lagi apa? besanan? Nengok belakang!" Setelah penekanan di beberapa kata, dan kalimat menengok ke belakang itu Vano ucapkan.

Trey dengan pelan-pelan mengedarkan pandangannya, dan ternyata di sana ada Vano dengan rambut yang acak-acakan, celana pendek warna coklat susu dan baju berwarna biru ditambah sendal gunung.

Dia mengangkat handphonenya, menandakan dia ada di sini. Tak lupa, mukanya yang kucel itu, sepertinya dia menahan kesal, kenapa Trey berbohong? Pertanyaan itu sontak saja ada dipikirannya.

Trey tidak bergerak. Dia sangat bingung sekarang, di sisi lain Vano sudah mendekat kearahnya, dan di sisi lain Dirga pun bergerak mencari Trey. Trey merasakan tangannya digenggam. ya Tuhan aku dalam masalah besar.

Vano membawa Trey keluar dari galeri dan berhenti di stand makan, karena ada semacam festival makanan nusantara. Dia berhenti di stand sate madura.

"Makan!" Perintah mutlak itu, seakan tak ingin terbantahkan, namun bukan Trey namanya jika tidak bisa menolak. 

"Kenyang," ucapnya, sambil memutar bola matanya. Siapa yang tidak kesal coba, diculik, tapi di cuekin. Dikira patung pancoran apa. Dari tadi Vano diem terus, semenjak mesan makanan.

"M A K A N!" perintah Vano dengan penuh pemaksaan kali ini. Dasar bossy, padahal kan di sini yang lebih tua Trey,   tapi kenapa harus dia yang diperlakukan seperti anak kecil.
Trey hanya bisa pasrah, dia malas berdebat dengan orang-orangan sawah. Gak ada otak, soalnya, percuma.

"Makannya yang bener, ga niat banget sih, mau disuapin bukan?" Tanya Vano, sembari menarik turunkan alisnya, sumpah pengen jewer kupingnya, sampe putus hatinya. Eh gimana lagi?

"Apaan sih, Aku tuh marah yah, sama Kamu." Trey memberanikan diri untuk mengeluarkan isi pikirannya.

"Kenapa?" Tanya  Vano dengan bingung.

Dreet

Deret

Getar telepon itu berbunyi,
Vano dengan sengaja, mencondongkan tubuhnya, agar bisa melihat bahwa yang menelpon itu ternyata bernama  Dirga.

"Lagi makan, jangan angkat telpon!" ucap Vano saat Trey sudah hampir menggeserkan layar hijau itu. Trey yang kesal pun akhirnya sedikit membanting handphonenya.

"Kalau handphon kamu rusak. Jangan minta ganti rugi sama aku."

"Tau ah,"

"Ko jadi kamu yang marah, harusnya kan aku yang marah."

"For what?"

"Pertama kamu itu ga jujur, kalau kamu ada acara, padahal kan kamu bilang ga ada. Kedua ternyata jalannya sama Dirga. Ketiga pas aku tanya di mana kamu jawab di rumah, boong lagi kan. Jadi kesimpulannya Dirga itu ga baik buat kamu, buktinya sehari ini kamu udah bohong tiga kali."
Trey tidak habis pikir dengan pemikiran Vano, yang entah pake rumus apa. Membuatnya jengkel sekali. Trey pun bangkit

"Mau kemana? makanannya belum habis," ucap Vano.

"Ga selera," ucap Trey meninggalkan stand itu.
Vano segera membayar dan mengejar Trey.

Vano menampar mulutnya sendiri, lalu berkata.

"Bego banget, susah ya, bilang gue cemburu." Ucapnya pada dirinya sendiri, dan hanya terdengar oleh dirinya sendiri.

Remaja Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang