Chapter - 5

5.4K 298 7
                                    


Patric tersentak, logat bicara Aneke kenapa agak lain menurutnya. Apa operasi kemarin berpengaruh juga pada pita suara, batinnya. Saat ini Patric hanya bisa mengamati peralahan. Suatu saat dirinya akan menyelediki hal ini.

"Ehem." Patric pura-pura batuk seraya memegang pangkal tenggorokannya. Sambil menaikan satu alisnya dia berucap, "hanya ada sesuatu yang berbeda. Entahlah." Sambil mengangkat bahunya. "Ohya kau masih ingat kan dimana letak kamar Julie kan?"

Aneke terbelalak kaget dan langsung mengendalikan dirinya. "Ya iya. Sampai jumpa lagi." Ucapnya sambil berjalan kearah tangga yang melingkar di depannya, dia merasa kamar Julie berada dilantai atas.

Patric yang sedari tadi masih berdiri ditempatnya, mengeryit saat memandangi Aneke yang berjalan menuju tangga. "Kau tak jadi pindah ke kamar dekat Julie, mau tetap dikamar kita." Patric melihat sesaat tubuh Aneke membeku, dan berhenti berjalan. Saat menoleh terlihat istrinya itu langsung tersenyum kaku. "Ohh aku lupa."

Patric keheranan, mengapa istrinya itu bisa lupa. Dahinya mengeryit lagi, saat wanita itu melemparkan senyum padanya, Patric pura-pura mengangkat bahunya pertanda dirinya tak peduli. "Biarkan maid mengantarkanmu saja." Ujarnya tak acuh.

Saat itu langsung seorang maid datang dan mengantarkan Aneke ke sebuah kamar yang ada di samping kamar Julie.

"Terimakasih." Ucap Aneke tulus. "Kalau perlu apa-apa, nyonya bisa panggil saya."

Aneke hanya mengangguk ke maid dan segera merebahkan dirinya ke ranjang paling empuk yang pernah ditidurinya. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, mencermati seisi kamar tersebut. Benar-benar terkesan mewah dengan semua furniture yang berkelas. Sprei yang berbahan sutra, kasur yang super empuk membuatnya segera terlelap di alam mimpi.

**

Patric masuk ke ruang kerjanya dengan fikiran yang masih berpusat pada istrinya itu. Tingkahnya seperti bukan Ashele, seorang sosialita yang penuh drama. Wanita yang saat ini berada satu atap dengannya ini seakan berbeda.

Mempunyai sikap lembut dibalik bola matanya itu. Dia melihat tadi istrinya dengan tulusnya memeluk dan mencium putrinya, tak ada kepura-puraan dalam sikapnya.

Satu hari ini Patric merasa jatuh cinta kembali pada istrinya itu. Degup jantungnya berdetak cepat saat berada di sampingnya. Dirinya tersenyum sendiri. Rasanya tak mungkin dirinya bisa mencintai wanita itu lagi.

Wanita itu telah menorehkan luka lama. Luka yang akan dibalaskan nantinya dengan segera. Patric memantapkan hatinya bahwa dia tak akan menyentuh istrinya lagi. Dia menerima wanita itu karena Julie.

Sudah sekitar empat jam Patric di ruang kerjanya saat ketukan pintu terdengar beberapa kali membuyarkan kosentrasinya dalam membaca, meneliti suatu dokumen yang membuatnya curiga.

"Masuk." Ucap Patric tanpa melihat siapa yang ada di balik pintu.

"Tuan, saatnya makan malam sudah siap, tapi,.." Pelayan itu terdiam seakan tak berani melanjutkan ucapannya.

Patric mendongak dan menatap kepala maid itu dengan mengeryit. " Tapi apa?"

"Eemm. Nyonya sepertinya masih tertidur, saya sudah ketuk pintu kamarnya beberapa kali dalam satu jam tak ada sahutan, apa tuan mau,,maksud saya.."

Patric mengerti kegelisahan yang dialami kepala maid itu. "Pergilah, aku urus wanita itu," tegasnya.

Setelah kepala pelayan itu meninggalkan dirinya, Patric segera keluar menuruni tangga. Dibuka pintu kamar istrinya dengan perlahan tapi ternyata terkunci. Dia mengeluarkan kunci cadangan yang ada di saku celananya.

"Klek" bunyi pintu terbuka tapi tak membangunkan penghuni kamar itu. Patric menatap wanita yang sedang tidur menelungkup di ats ranjang itu sambil menggelengkan kepalanya.

Dilihatnya istrinya tidur bagaikan seorang bayi mungil, berbaring menyamping , meringkuk menekuk tangan dan kakinya dengan tangannya sebagai bantal. Sekilas Patric melihatnya wanita itu bukan istrinya. Tapi otaknya berseru bahwa itu Ashele. Pasti dia sedang bersandiwara merencanakan sesuatu. Otak jahatnya mempengaruhi fikirannya lagi.

Dengan perlahan Patric mengangkat tubuh Aneke ala bridal style, membenarkan tidurnya diatas bantal, menyelimutinya. Patric memadang wajah Aneke dengan seksama. Tanpa terasa jemari tangannya mengusap pipi halus Aneke.

"Dulu aku sangat mencintaimu, namun sekarang aku membencimu, rasa untukmu telah tak ada semenjak kau lari dengan kekasihmu itu. Dan saat ini, saat melihatmu masuk ke rumah ini lagi, hatiku tak kuasa mulai menimbulkan benih cinta lagi. Permainan apa yang akan kau ciptakan lagi ini sayang." Bisik Patric.

**

Aneke membuka matanya dan langsung tersentak kaget saat ruangan di sekitarnya itu gelap gulita. Dirinya takut kegelapan, seketika dia menjerit kencang sambil menutup mata dan telinganya.

Suara pintu terbuka kencang dan cahaya lampu langsung menyinari ruang kamar. Sesosok Patric terlihat menjulang dengan jubah tidurnya dan langsung mendekap Aneke yang masih terduduk menekuk lutut dan menundukkan kepalanya. Aneke membuka matanya dan melihat Patric yang sedang memeluknya.

"Mimpi buruk kah?" Tanya Patric seraya melerai pelukkannya.

Aneke menggelengkan kepalanya. "Aku takut kegelapan. Saat terbangun tadi aku langsung melihat sekitarnya dalam gelap seakan akan ada orang yang akan membunuhku." Isakan Aneke berhenti dikala Patric memandang langsung ke bola matanya.

"Sejak kapan kau taku gelap. Setahuku kau tidak punya phobia kegelapan?" 

"Aku sebenarnya,....aku.." Aneke tersentak tiba-tiba dan tergagap saat Patric masih memadang wajahnya. "Aku tak tahu Patric !" tandasnya kencang sambil melemparkan selimut dengan tak sengaja mengenai muka Patric.

Wajah Patric langsung menegang, amarah langsung menyelimutinya. Istrinya telah kembali ke sifat aslinya, seperti dulu tak pernah menghormati dirinya sebagai suami. Kali ini dia tak akan mau diinjak-injak, harga dirinya telah lama terluka.

Patric melihat Aneke seperti kebingunan, menolehkan kepalanya seperti mencari sesuatu.

"Kau mencari apa?" Patric dengan perlahan berjalan mendekati istrinya dengan tatapan penuh amarah yang terpancar dari raut mukanya.

"Aku mau ke kamar mandi dan tiba-tiba aku lupa," ucap Aneke sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal.

"Baiklah, aku antar, ayo." Ucap Patric  dengan senyuman di ujung bibirnya.  

***

tobe next continue,..

Not Me Your Wife (NMYW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang