"Aku menginginkanmu," desah Aneke
"Bersatu denganmu," kata Patric terengah-engah.
"Bersatu denganku."
Kedua kata itu bagai pemicu yang melepaskan kendali diri Patric. Dalam kuat sekejap ia telah menyatukan diri dengan Aneke, secara penuh memasuki kelembutan Aneke yang panas. Tiba-tiba ia tersentak, seakan menembus langit yang tiada batas. Dirinya ingin menarik diri, namun tidak sanggup mengendalikannya lagi.
Tanpa sadar Aneke menjerit kesakitan, dan jemarinya mencengkeram otot lengan Patric, merasakan ketegangan otot itu ketika Patric berjuang keras mengendalikan diri.
Aneke merintih perlahan, air mata mulai menetes membasahi pipinya yang mulus. Begitu menginginkan Patric hingga rela melepaskan keperawanananya untuk pria itu. Begitu mencintai Patric hingga rasa sakit ditahannya dan tanpa disadarinya tubuhnya naik dengan gaya mengundang.
Rintihan Aneke terhenti tiba-tiba ketika gelombang gairah melanda sekujur tubuhnya, tubuh yang baru mengenal kejantanan seorang pria.
Patric yang berada diatas Aneke memandang wanita itu dengan ekspresi takjub "Ya ampun," gumamnya parau.
Bibir Aneke terbuka, nafasnya begitu cepat sementara tubuhnya berusaha menerima dan menyesuaikan diri dengan tubuh Patric. "Patric ?" Kata Aneke terengah, meminta kepastikan, sedikit ngeri dengan rasa takut kesakitan yang lebih dalam lagi.
Patric bergerak perlahan diatas tubuh Aneke, matanya membara oleh gairah dan tubuhnya yang kuat bergetar ketika menutupi kelembutan Aneke dengan kekuatan tubuhnya. Patric menyelipkan tangan kebawah tubuh Aneke, merangkum pantat wanita itu dengan kedua telapak tangannya dan mengangkat pinggul Aneke.
Patric menghentikan gerakannya. "Kau ingin aku berhenti ?" tanyanya. "Aku tak ingin menyakitimu. Aku pun tak tahu siapa kau dan....."
"Tidak,....tidak !! Jangan berhenti. Please jangan berhenti." Kata-kata itu berubah jadi erangan saat Aneke mengucapkannya.
Aneke mungkin merasa akan langsung mati apabila Patric meninggalkannya saat itu juga, seakan bagian vital dirinya akan disentakkan darinya. Pria itu telah mengetahui siapa dirinya. Terbongkar sudah. Dia akan menerima konsekuensinya atas perbuatannya nanti. Dia akan menunggu hari dimana pasti dia akan segera diinterogasi.
Saat ini Patric tidak bisa mundur, padahal ia mulai meragukan wanita yang ada dibawah kungkuhan tubuhnya itu. Ia tetap berbaring tanpa bergerak diatas tubuh Aneke hingga ketegangan Aneke perlahan mengendur dan ia merasakan bagian dalam tubuh wanita itu mulai rileks, hingga akhirnya Aneke tidak sadar mulai menggerakkan pinggulnya.
Aneke merengkuh leher Patric, kedua kakinya memeluk pinggang pria itu, dan akhirnya Patric merespon gerakan Aneke. Ia bergerak begitu perlahan dan lembut, begitu hati-hati dengan tubuh wanita itu, memastikan selalu bisa mengikuti setiap langkahnya sementara ia terus menggerakkan tubuh menuju kepuasan maksimal.
Kedua tangan dan bibir Patric menenggelamkan Aneke dalam sentuhan-sentuhan panas yang membuat api dipangkal pahanya menggila, mendorong Aneke hingga kehilangan kendali diri, meninggalkan segala bentuk ketenangan dan kepantasan.
Dalam pelukan Patric, ia merasa bukan lagi Aneke Wijaya yang berjiwa tenang dan selalu sopan jarang mengeluarkan kata-kata vulgar. Saat ini dirinya menjadi makhluk liar, panas dan menuntut yang hanya memedulikan gelombang kenikmatan yang akan membawanya membumbung semakin tinggi.
Aneke mencengkeram Patric dengan telapak tangan yang lembab, menjepit punggung, pantat dan paha Patric dengan tumitnya. Dan Patric tidak lagi lembut, melainkan didorong gairah yang juga menguasai Aneke, terus mendesak tubuh aneke dengan kekuatan liar yang hanya memiliki satu tujuan.
"Setelah tahu siapa dirimu. Aku mungkin tidak akan pernah puas dengan dirimu," geram Patric, bibirnya terkatup. Itu pernyataan yang diucapkan tanpa kesadaran penuh, dan Patric bisa mendengarnya tapi tidak sepenuhnya sadar bahwa dialah yang mengucapkannya.
Tapi itu benar, Patric merasa tidak akan pernah puas dengan Aneke. Ia ingin menyatukan tubuhnya dengan tubuh Aneke hingga seluruh diri wanita itu terserap kedalam dirinya. Patric ingin sekali membenamkan diri begitu dalam ditubuh Aneke sehingga Aneke bisa lagi mengeluarkannya, setiap sel dalam tubuh wanita itu akan selalu membawa tanda kehdirannya.
Sementara Patric masih menandai tubuh Aneke dengan sentuhannya, Aneke melakukan yang sama terhadap Patric. Aneke tidak pernah menyadari betapa tidak lengkap dirinya hingga ia mengenal kepuasan ganas yang membuatnya begini utuh.
Aneke mencoba dengan kedua tangannya, dengan bibir, dan dengan gerakan tubuhnya untuk menunjukkan betapa besar cintanya pada Patric, memberikan semua yang bisa diberikan, menyatakan cintanya dalam setiap gerakan dan menyatukan dirinya dengan Patric dalam langkah cinta yang mengatasi nafsu fisik belaka.
Dan saat ini, diatas ranjang berseprai putih dengan cahaya bohlam lampu yang sangat terang, Aneke telah memberikan hatinya kepada pria yang dibenci pada awalnya lalu menemukan surga yang tidak pernah dikenalnya.
Patric menyadari, bagaimanapun ia telah berdosa dan ia tak berdaya mengatasi tuntutan tubuhnya, yang langsung menuju ke puncak kenikmatan. Dengan penyerahan total, dibenamkannya wajahnya ke lekuk leher Aneke dan dibiarkannya ledakan hebat menghayutkan dirinya. Dilepaskannya kendali atas kekuatan alamiah tubuhnya kedalam diri wanita asing yang selama ini dia kira sebagai istrinya.
Patric terlambat tersadar. Beberapa saat sesudahnya, ia menelungkup diatas tubuh telanjang Aneke, lelah, tenaganya terkuras, dalam penaklukan yang membahagiakan namun mematikan.
Setelah memperoleh kekuatan kembali untuk menarik diri, ia menghindari menatap Aneke. Dengan kikuk tapi lembut ia menarik ujung selimut untuk menutupi bagian bawah tubuh Aneke. Sambil berbaring telentang disamping Aneke, ia memandangi langit-langit ruangan yang nampak putih tanpa ada noda sedikitpun.
Semoga suka ^^
To be next continue,....

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Me Your Wife (NMYW)
Любовные романыTerbangun dari koma, mendapati dirinya dengan wajah yang telah berubah menjadi orang lain dan yang membuatnya terguncang saat dirinya diakui sebagai seorang istri Perdana Menteri. Terkejut lagi saat mendapati amplop bertuliskan "Masih Ingatkah Kau U...