Chapter - 17

4.5K 224 1
                                    


Holla readers,.....

Baru tahu, setting untuk private sekarang sudah takda :(

Untuk readers yang belum cukup umur, diharap menyingkir ya dari chapter ini !!!

Cuss ahh...

Happy reading ^^

----------------------------------------------------------------------------

Seperti korban yang sepenuhnya rela dikorbankan di altar sensual, Aneke melingkarkan kedua lengannya dileher Patric dan mepersembahkan bibir dan dirinya itu. Tubuh Aneke menggeliat dan meronta perlahan dibawah tubuh Patric dalam gerakan tarian sensual yang nikmat. Bibir Patric mencium kembali bibir Aneke dengan kerinduan yang besar, dan pria itu menarik tubuh Aneke semakin rapat, melilitkan tungkai-tungkai mereka, sementara lidah dan nafas serta aroma keduanya berpadu.

Rasa tajam gairah mewarnai bibir Patric bagaikan tajamnya aroma anggur mahal dan Aneke menghirupnya dengan penuh hasrat. Dengan perlahan dan lembut kedua tangan Aneke mulai menelusuri tulang pinggul Patric, menjelajah lekuk pusar, lalu bergerak memutar dan merangkum pantat Patric. Dengan lembut sensual Aneke menggerakkan tangannya menuruni paha Patric.

Aneke merasa begitu hidup, melayang dan seluruh kesadarannya terpusat pada pria itu. Tubuh Aneke bergetar dalam pelukan Patric, sekujur tubuhnya terguncang hebat.

Patric melepas bibir Aneke dan membiarkan bibirnya itu meluncur turun, bagaikan bara panas yang meluncur menuruni sampai ke leher lembut Aneke. Seakan baru saja menemukan sumber kenikmatan baru, Patric menekankan wajahnya ke lekuk lembut dileher itu. Lidahnya menjulur keluar dan mencicipi, dan Aneke menjadi menggigil karena nikmat, jemarinya kembali menarik dan mencengkeram rambut Patric dengan begitu erat.

"Ya ampun," gumam Patric serak, digigitnya kulit Aneke dengan gigi-giginya yang tajam tetapi bagi Aneke bukan merasa sakit, tapi suhu tubuhnya malah semakin melonjak. "Kau membuatku gila. Kadang-kadang aku merasa sanggup membunuh untuk mendapatkan dirimu."

Aneke bergerak lembut dan menggeser tubuhnya perlahan diatas tubuh Patric sedemikian rupa sehingga pria itu mengerang. Dengan gerakan kuat, kembali Patric berguling dan menindih tubuh Aneke, kedua kakinya yang kuat mengendalikan kaki-kaki telanjang Aneke.

Patric mulai membelai payudara Aneke dengan satu jari, memandangi bagian itu bereaksi. "Istriku yang cantik," desahnya, kemudian Patric menunduk dan mengecup payudara wanita itu. Seperti api, bibir Patric terasa membakar payudaranya dan Patric mulai menggoda Aneke dengan lidahnya. Aneke mengerang pelan, suara yang tidak akan diterdengar kecuali oleh pria yang membungkuk diatas tubuhnya itu.

Tubuh Aneke seakan mencair, penuh aliran gairah yang mendorong darahnya terus berpacu semakin cepat. Patric terus menciumi payudaranya dan erangan tadi berubah menjadi rintihan perlahan yang penuh permohonan.

Dengan perlahan Patric menciumi tubuh Aneke dari atas kebawah, memberi gigitan kecil seinci satu inci di permukanan kulit Aneke yang membuat Aneke semakin bergairah. Erangan terdengar dari keduanya. "Ayolah Patric jangan lama-lama?" Aneke merenggek kesal karena dari tadi Patric masih mencumbunya terus. Tidak menyatukan tubuh mereka.

Setelah mendengar protes Aneke, kepala Patric langsung turun ke perut wanita itu. Aneke tersentak, Patric mencium tulang pinggulnya yang menonjol, berpaling untuk mencium yang satunya. Bibir Patric menyapu pusarnya setelah menari nari disekelilingnya. Lidah Patric menjilati pusar itu penuh nafsu dan ciuman Patric semakin kebawah.

Aneke menjerit perlahan, jemarinya mengacak ngacak rambut Patric. Patric terus menciuminya hingga sekujur tubuhnya bertambah panas dan lembab.

Patric masih tetap membungkuk diatas tubuh Aneke dan bertekat menikmati segala yang ada pada diri Aneke. Dengan tangan dan bibirnya Patric menjelajah sekujur tubuh wanita itu, mencari kembali tempat-tempat paling sensitive dengan jari-jarinya yang menyelidik dan lidahnya yang menuntut.

Jari-jari Patric merayap ke antara pahanya. Secara reflek lutut Aneke terangkat. Patric membuka lututnya. Lalu menunduk dan mulutnya berada ditempat yang sangat diharapkan Aneke.

Bibir Patric menyentuhnya, Aneke mendesahkan nama Patric. Ketika lidah Patric menyentuhnya, dirinya serasa mati sesaat. Sambil menahan pinggul Aneke dengan kedua tangannya yang kuat, Patrick memberinya kenikmatan yang setara dengan yang diberikan pada bagian-bagian lain.

Aneke menggeliat liar karena sentuhan Patric, pinggulnya bergerak bagaikan ombak yang semakin tinggi, kulitnya menghembuskan aroma percintaan yang dahsyat. Tak tertahankan Aneke menjerit tertahan lagi ketika tangan Patric bergerak yakin dan intim untuk merasakan kesiapannya, dan nafas Patric tertahan ketika mendapati Aneke sudah sepuhnya siap. "Sekarang," katanya tegas, kedua tangannya menggerakan paha Aneke dan membuka kedua kaki wanita itu.

"Tidak !!" Seru Aneke lirih. Kesadaran mulai melandanya perlahan, mempengaruhinya, ini berbahaya. Otaknya seketikasudah mulai bisa berfikir lagi. Dirinya perlahan tersadar sudah terlalu jauh melakukan ini dengan Patric.

"Kenapa Ashele?. Kau yang memintanya tadi dan sekarang aku tak bisa berhenti. Kau tak ingin tahu sampai dimana puncak kekuatanmu?"

"Patric aku sebenarnya,.......". Aneke jadi mulai ragu-ragu saat mau mengungkapkan jati dirinya. Aku.....,"

"Aahhh.....hh.." Desah Aneke seraya melengkungkan punggungnya saat lidah Patric membelai payudaranya kembali, bergerak diantara puting Aneke yang nyeri dan berdenyut-denyut. Sentuhan lidah Patric yang basah dan hangat terasa lembut sekali. Patric terus menjilati hingga puting Aneke basah dan berkilauan, lalu membiarkannya mengering sendiri.

"Jangan, jangan lagi...," Aneke memohon.

"Masih banyak lagi." Gumam Patric.

Aneke merintih saat Patric menahan puting diantara bibirnya dan menariknya dengan lembut. Aneke mengerang lirih setiap kali mulut Patric menekan dan menghisap. "Berhentilah...,"desahnya.

Patric mengangkat kepalanya, "Apa yang kau inginkan?" Lidahnya terjulur ke puncak payudara Aneke.

"Kau berhenti."

"Kenapa?"

"Karena sebenarnya ini salah Patric," ucap Aneke lirih.

"Tidak ada yang salah.Kau istriku. Aku masih memiliki hak atas tubuhmu ini. Dan kau terlihat menyukainya kan Ashele saat aku menyentuhmu. Kau suka kan?" Kembali lidah Patric menyentuh Aneke. "Yak an?" ia mengulangi pertanyaan itu sambil meneruskan kesibukannya.

"Ya..." Akhirnya sahut Aneke sambil menggigil.

Tiba-tiba Patric berhenti membawanya ke puncak kenikmatan, berhenti disaat menegangkan. Wajah Aneke basah oleh peluh saat Patric membungkuk tepat diatasnya, menatap tajam kedua bola mata Aneke. "Katakan kau menginginkanku sekarang ?"

Ajaib bahwa Patric masih sanggup mengucapkan kata-kata yang ada dalam pikirannya itu, meskipun lebih tepat bila dikatakan meneriakkannya, tubuhnya bergetar akibat hasrat yang besar melebihi sekedar gairah. Dan dirinya ingin sekali menyalurkan kerinduannya yang bisa membunuhnya jika tidak terpenuhi. Ia ingin kembali menumpahkan seluruhnya pada wanita ini.

Dan tiba-tiba pembalasaan yang ia rancang untuk Ashele sirna seketika. Ia tak ingin menundukkan istrinya itu. Dia tak ingin melihat Aneke menyerah, dia ingin melihat gairah istrinya itu menggebu-gebu mengimbangi gairahnya sendiri. Dirinya ingin melihat kegembiraan di wajah Ashele, bukan ekspresi takluk.

Teringat saat masa remaja semenjak kematian ibunya telah membentuk wataknya menjadi lebih keras. Tidak ada yang sanggup mengalahkan Patric J Valdemar, semua orang tahu sifat pendendamnya. "Katakan kau menginginkanku?" Katanya lagi sambil menggertakan gigi dalam usaha menunda hal terpenting itu dengan permainan yang tak masuk akal ini.


To be next continue,..

Kritik, saran dan komen di tunggu selalu...

Jangan lupa klik bintangnya agar Wolly semangat update lagi,..^^

Not Me Your Wife (NMYW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang