Chapter - 19

4.6K 238 5
                                    

Masih dalam keheningan menyelimuti setelah percintaan yang dahyat itu, keduanya berbaring tak bergerak, mendinginkan tubuh mereka dan memberikan ruang denyut nadi mereka kembali  dalam normal. Waktu terus mengalir lewat dan keduanya masih berbaring berdampingan, enggan bergerak dan membuyarkkan pesona keheningan itu, enggan menghadapi waktu ketika tubuh mereka tak lagi bersatu.

Mendadak bibir Aneke bergetar, dan ditolehkan kepalanya hingga terbenam dibantal, menyamping membelakangi Patric. Aneke menggigit bibir untuk menahan isak tangis yang akan keluar dari tenggorokannya, tapi dirinya tak mampu menahan air matanya yang mengalir keluar dan menghilang dibalik rambut sisi kepalanya.

Patric yang masih menatap langit langit atap merasakan ketegangan wanita yang ada di sampingnya itu. Entahlah siapa dia? Banyak fikirannya berkecambuk saat ini. Kepala Patric terangkat tiba-tiba, dan pria itu menolehkan kepala Aneke. 

Terlihat sangat memilukan menatap wanita itu dengan mata yang berkaca-kaca. Patric mengangkat dan menopang tubuhnya dengan salah satu siku, kemudian mengusap air mata Aneke dengan satu tangannya, ibu jarinya yang kasar menggesek kulit sensitive pelipis Aneke.

Patric mengerutkan kening, alisnya yang gelap dan tebal tampak membayangi matanya yang menyipit dan memandang wajah Aneke begitu tajam sehingga Aneke merasa pria itu pasti bisa membaca pikirannya.

"Apa aku menyakitimu?" gumam Patric parau.

Dengan cepat Aneke menggeleng dan mencoba tersenyum, tapi malah bibirnya bergetar lagi dan senyum itu langsung sirna. Dirinya takut. Takut saat melihat tatapan tajam Patric terhadapnya. Fikirannya berkecambuk penuh tanda tanya. Apa yang harus diperbuat sekarang setelah Patric tahu bahwa dirinya bukan istri dari pria itu.

"Kenapa tak kau katakan padaku sebelumnya ?" desak Patric.

Suara itu terdengar menyelidik ditelinga Aneke. Seperti diinterogasi bahwa ia kedapatan mengutil suatu barang. Aneke menunduk dan meremas tangannya yang ada di balik selimut dan bibirnya bergetar hebat, air mata sukses bergulir membasahi pipinya lagi.

Dengan hati-hati Aneke menatap patric, menatap tepat ke mata pria itu. "Apakah kau akan percaya?"

"Tidak," desah Patric, menyadari bahwa itu betul. Ia tidak akan mempercayai apapun, meski terhadap istrinya sekalipun.

Patric berguling ke posisi duduk dan kepalanya termangu diantara lututnya yang terbentang lebar. Selama beberapa menit, ia menggerutu memaki maki diri sendiri. Lalu diam. Akhirmya ia memberanikan diri menunduk menatap lagi Aneke.

Air mata Aneke telah mengering dan membekas di pipinya, namun matanya yang jernih itu masih takut-takut saat membalas tatapan Patric.

"Apakah kau...uhh, sakit ?"

Aneke menggeleng. Dan Patric tidak percaya pada wanita yang ada disampingnya itu. Baru pertama ia menodai seorang perawan, saat bertemu dengan Ashele dulu, dia tahu bahwa Ashele bukanlah seorang perawan.

Patric melihat wanita entah berantah itu masih terdiam seolah takut takut terhadapnya. Ya Tuhan kalau teringat betapa kasar perlakuannya tadi, dirinya juga telah melukai jiwa wanita itu. Mata wanita itu tidak lagi bersinar sinar dengan cahaya yang semurni dan secemerlang batu safir mahal. Mata itu sekarang terlihat suram.

"Bisa kau bicara? Atau hanya terdiam? Bisa kau jelaskan ?" Patric bertanya secara lembut, takut membuat wanita yang ada disampingnya itu kembali terisak.

Sambil menunggu jawaban dari wanita itu, Patric kembali telentang. Masih dihantam gelombang nafsu yang masih belum terpuaskan, matanya melirik lagi ke wanita yang ada disisinya itu. Wanita itu cantik, dan dia baru menyadari sekarang bahwa kulit Ashele dan wanita yang ada disampingnya itu berbeda. Kulit Ashele lebih terang. Kalau dilihat dr kejauhan perbedaan itu tidaklah nampak. 

Mengembuskan nafas kesal, kembali Patric berkata lebih keras, "Ayo jawab? Siapa kau ini ?"

Aneke tersentak kaget saat Patric berbicara agak keras terhadapnya. Dirinya memilin pinggiran selimut dengan jemarinya yang bergetar. "Aku,,,......aku..."

"Ayolah, aku akan mendengarkan secara baik-baik kali ini kalau tidak..."

"Aku sudah bilang diawal kan sebelum kau menodaiku, semua ini salah. Kau tidak mau mendengarkan aku malah terus mencumbu diriku." Keberanian Aneke tiba-tiba langsung menguap saat melihat Patric yang mulai menyulut emosinya.

Patric memicingkan matanya, otaknya berfikir, kebeberapa jam yang lalu. Ya dirinya sempat memaksakan diri dan wanita itu menolaknya. "Itu sekarang sudah tidak penting, siapa kau ? Mengapa kau menyamar jadi Ashele ? Pantas selama ini aku melihat perubahan perilaku pada istriku itu. Aku kira Ashele telah berubah ternyata orang lain," desisnya.

"Aku Aneke. Aku ada dalam kecelakaan pesawat itu. Dan entah mengapa saat aku terbangun  sudah ada di rumah sakit itu. Aku berencana akan mengatakan semua jati diriku padamu, tapi ada sesuatu hal yang harus aku sampaikan kepadamu sebelum aku menginformasikan identitasku padamu."

Aneke perlahan duduk, menyelimuti tubuh yang telanjang dengan melilitkan selimut. Menatap Patric yang terlihat hanya berwajah datar saat mendengarkan ceritanya.

"Ada seseorang yang berniat membuhnuhmu melalui istrimu itu."

Patric tersentak dan tersenyum, lalu tertawa terbahak-bahak. Sambil memegangi perutnya. Aneke melotot, dan mendelikkan matanya. "Aku serius. Jika kau tak percaya ya sudah. Keselamatannmu memang tak penting karena puluhan orang pasti akan menjaga keamananmu. Meski banyak pengawal, masih ingat kah kau saat kejadian keracunan itu?"

Patric berhenti tertawa dan mulai menatap Aneke dengan tatapannya yang tajam, mencari-cari kebohongan yang mungkin diciptakan wanita asing itu terhadapnya. Dan dia tak menemukan apa-apa dibalik wajah cantik itu.

"Siapa kau? Lalu bagaimana kau bisa tahu, bahwa nyawaku dalam bahaya ?" Selidik Patric.

Aneke membenarkan duduknya dan mulai mengikat selimut itu erat pada tubuhnya. Saat inilah saat yang tepat- dia harus jujur. Patric harus percaya pada dirinya. Kepercayaan dari Patric sangat penting untuknya agar ia bisa keluar dengan selamat dari negara ini. Dan ia mencurigai bahwa dalang dibalik ini adalah keluarga Patric itu sendiri.

"Aku adalah...."

Belum sempat Aneke bicara, seseorang membuka pintu dengan kasar. Seseorang dibaliknya menatap Aneke dengan tatapan tajam dan gerakan tubuh terlihat gusar saat berjalan mendekatinya.


To be next continue,...


Semoga kalian suka ^^

Vote, komen, kritik, saran, selalu ditunggu,........

Not Me Your Wife (NMYW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang