Chapter - 28

2.5K 126 7
                                    

hai hai reader...

siapa yang masih nunggu cerita ini update?

thank you ya untuk yang udah memberikan vote dan komennya..

cerita ini kemungkinan akan dibuat sampai chapter 60 an atau bisa lebih..

yang tidak suka cerita panjang dan konflik bisa di skip saja..


----------------------------------------------------------------------------------------------

"Semua berantakan Bent. Aku harus secepatnya untuk mencari tempat persembunyiaan lagi agar terhindar dari Martin dan Patric itu. Sialan." Desis Ashele berapi-api.

Bent mendekati wanita itu, mengelus lembut bahu telanjang Ashele, meremasnya lembut dan membalikkan tubuhnya agar menghadapnya. Bent menatap Ashele dengan tatapan mesra.

"Sudahlah..,lupakan dendam itu. Apa bisa kita berdua hidup tenang tanpa dengan pembalasan Ashele?". Bent menatap lembut manik mata Ashele. "Lupankanlah semuanya. Jangan kaitkan hidupmu dengan mereka. Momymu tidak mati karena si Martin. Dia bunuh diri." Tekan Bent dengan suara meninggi.

Ashele secepat kilat melepaskan diri dari dari Bent, menjauhi pria itu. Melangkah mundur beberapa langkah.

"Bunuh diri karena si tua brengsek itu?" Ashele menggelengkan kepalanya. "Itu pasti. Aku tak akan bisa melupakan perbuatannya. Nyawa harus dibayar nyawa. Gara-gara si tua itu mom  bunuh diri dan meninggalkan aku seorang diri. Aku tidak mendapatkan kasih sayang lagi darinya."

"Tahukah kau, betapa menyedihkan aku dimasa kecil." Rintih Ashele dan langsung terduduk lesu di lantai. Dirinya terduduk lesu, menghadap ke arah Bent lagi seraya berbicara, " Apa kau sudah lelah bersama diriku? Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi Bent? Apa kau sudah tidak mau membantuku lagi?" Ashele mendongak ke arah Bent lagi.

Bent akhirnya  ikut terduduk di depan Ashele. "Aku akan selalu berada di sisimu Ashele. Aku masih tetap ingin bersamamu sampai di hari tua kelak. Sampai maut memisahkan kita. Aku hanya tidak ingin kau bertambah menderita dan terpuruk hidup dalam dendam. Jadi tolong, pintaku, mari kita lanjutkan hidup tanpa dendam. Akhiri semuanya. Melupakan masa lalu dengan ikhlas, menggapai mimpi masa depan kita. Ayolah Ashele jangan membuang waktu buat dendam ini." Bujuk Bent lembut.

Bent terus membujuk Ashele, namun wanita itu hanya bergeming. Seketika Ashele berontak dan menampar Bent dengan keras.

"Kau tidak mendukungku Bent. Baiklah aku masih bisa bergerak sendiri tanpamu. Jadi sekarang tinggalkan aku. Dasar pengecut," ucap Ashele kesal.

Kedua telapak tangan Bent mengepal kanan kirinya. Emosinya seakan mau meledak. Ashele yang dia kenal sekarang jauh berbeda dengan peranginya yang dulu. Yang periang, selalu tertawa bersamanya dan juga akan selalu menurut apa yang dikehendakinya.

Sebelum lahar emosinya meluncur deras keluar, Bent segera keluar dengan cepat, melangkahkan kakinya dengan langkah yang lebar. Dia harus meredakan emosinya dahulu. Menetralkan apa yang sebentar lagi akan meledak. Dia akan tetap mengawasi pergerakan Ashele dari jauh. Dengan perlahan dia akan membuat wanita itu mengerti bahwa dendam itu akan membuat hidup menderita.

"Berengsek kau Bent." Ashele membanting vas bunga yang ada di depannya. Nafasnya menderu dengan cepat.

***

Aneke menatap Patric yang masih terdiam. Hanya suara helaan nafasnya terdengar keras di telinga Aneke. Aneke dengan sedikit gusar menggerak-gerakkan jari-jari lentiknya yang berada di dalam selimut.

"Aku sudah tahu. Semuanya. Terus?" Ungkap Patric tenang.

Mendengar hal itu Aneke syok. Tangannya terkepal dibalik selimut. "Kalau kau sudah tahu semuanya, iziin...kan aaaku untuk kembali ke negaraku. Semuanya disini sudah bukan urusanku lagi. Disini aku hanya korban." Kata Aneke terbata.

"Tidak semudah itu kau bisa keluar. Aku masih butuh kau disini." Jawab Patric dengan entengnya.

Anneke melemparkan bantal langsung ke arah Patric. Patric dengan cepat menghindar dan bantal itu hanya mengenai sisi tubuhnya.

"Aku sudah muak Patric. Aku tersesat dalam drama keluarga ini. Aku capek Patric. Kau sudah tahu tentang diriku semuanya. Jadi disini untuk apa aku? UUNTUK APAA?" Teriak Aneke lantang.

"Intinya aku masih butuh kau." Patric mengangkat alisnya sebelah. "Kau harus melihat akhir dari drama ini. Aku berjanji, aku sendiri yang akan mengantarkanmu sampai ke negaramu. Sekarang beristirahatlah."

Selepas mengucapkan kalimat itu, Patric langsung keluar kamar meninggalkan Anneke sendirian yang masih tercenung dengan perkataan Patric barusan.

Patric dengan santai melangkahkan kakinya ke ruang kerjanya. Babak baru akan dimulai. Ada hal apa yang terjadi dengan mantan istrinya itu?. Si Ashele itu. Untuk sementara dia masih membutuhkan Anneke. Wanita telah membuatnya merasa hidup kembali. Membuat sesuatu terjadi pada dirinya. Entahlah rasa apa ini. Berada di dekatnya selalu membuatnya nyaman dan pastinya selalu bergairah.

Satu jam kemudian Rufort telah masuk ke ruang kerjanya. Detektif itu segera memberikan informasi pada Patric. Senyum simpul tercetak di ujung mulut Patric.


to be next continue...

vote & komen selalu ditunggu..biar wolly jadi semangat rajin update nya...yuhuuu ^^

Not Me Your Wife (NMYW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang