Chapter -16

4.4K 247 1
                                    

Holla reader setiaku,..

mau infokan untuk dua part chapter selanjutnya akan di mode private khusus untuk follower Wolly ya,..

dikarenakan ada adegan mature/berbau 21+++

Untuk menghindari tangan-tangan yang berbau usil dan bocah2 yang terlalu kepo juga,..

Semoga tak di banned pihak tertentu maupun dari wattpad

Jika suka cerita ini silakan follow

Jika tak suka silakan tinggalkan

its simple ko hehee,..

Cusss ahhh,..

Happy reading ^^

-----------------------------------------------------------------------------------------

"Orang-orang akan melihat apa yang kau lakukan saat ini," gumam Aneke lemah, menyandarkan tubuhnya kedada pria itu, lemas akibat letupan-letupan gairah yang masih menderanya.

Lengan Patric merengkuh pinggang Aneke semakin erat. Perasaan ditekan ke tubuh pria itu justru membuat Aneke semakin tak berdaya. Nafas Aneke mulai terengah. Dengan tubuh begitu rapat dengan pria itu, Aneke bisa merasakannya dirinya mulai bergairah.

Aneke mendongak dan memandang Patric dengan mata terbelalak. Pria itu menatapnya dengan mata menyipit, tatapan matanya yang tajam bagaikan sinar laser yang membakar. Tidak ada rasa malu ataupun permintaan maaf dalam tatapan mata itu.

Aneke segera sadar bahwa orang-orang disekitarnya bukan hanya mengamati mereka berdua, tetapi juga bahwa dirinya juga menuruti nalurinya, bisa sangat dipastikan Patric akan menggendong dan membawanya pergi bagai bajak laut menculik wanita yang terperangkap dalam pesona seksualnya.

Sementara Aneke masih tetap mendongak dan menatap Patric dengan bingung, Patric mengalihkan tatapannya kearah leher jenjang Aneke yang lembut. Selanjutnya tatapan berani itu meluncur menuruni bagian depan gaun Aneke, mencari dan secara visual menyentuh payudara Aneke. "Aku masih ingat bagaimana rasanya saat dikecup, dijilat dibagian ini," bisik Patric yang langsung membuat muka Aneke merah merona.

Sesuatu tak disangka menarik-narik gaun Aneke secara pelan dari bawah. Aneke menunduk dan melihat Julie seraya tersenyum. "Ada apa sayang?" ujarnya pada bocah kecil itu.

"Mom. Kakek memanggil mom. Momy disuruh kesana," kata Julie sambil mengarahkan telunjuknya ke arah Martin. Dari kejauhan Aneke bisa melihat pria paruh baya itu tersenyum kearahnya.

"Pergilah, mungkin dady ingin berbicara padamu. Sementara itu aku akan bertemu dengan rekan-rekanku dulu."Pamit Patric seraya meninggalkan Aneke di ruang dansa.

"Ayo mom." 

Aneke langsung menggenggam jemari mungil Julie saat Patric telah melepaskan tangannya. Berjalan perlahan ke arah Martin yang berada di sudut lain ruangan pesta itu. Setelah duduk dengan nyaman dan merapikan gaunnya yang terlihat kusut, Aneke langsung menampilkan senyum ke arah mertuanya itu.

"Dady ada apa?" Aneke bertanya sopan meski dalam hatinya ada rasa sesuatu yang membuatnya resah.

"Hanya ingin bersulang denganmu saja sayang." Martin memberikan satu gelas wine kearah Aneke dan Aneke menerimanya tanpa berfikir apapun lagi.

"Cheers." Mereka mendentingkan gelas bersama. 

Rasa hangat minuman itu mengalir ke tenggorokan Aneke. Beberapa menit kemudian Aneke merasakan tubuhnya yang mulai terasa panas. Rasa terbakar mulai menguasai seluruh tubuhnya. Apa yang diminumnya tadi? 

Dia tiba-tiba merasakan gairahnya yang mulai meningkat. Tubuhnya mulai bergejolak.  Apa minuman tadi bercampur sesuatu?. Untuk memikirkannnya saja membuat Aneke sudah tak bisa. Dirinya butuh pelampiasan. Dia menggigit bibirnya perlahan. Dia harus segera pergi meninggalkan ruangan ini. Harus secepatnya. Akan sangat malu jika pastinya dia bergerak-gerak aneh disaat semua orang sedang menikmati pesta.

"Aku merasa tiba-tiba tak enak badan. Aku permisi dulu dad." ucapnya pada Martin. "Dan kau sayang, momy tinggal dulu sebentar ya," lanjutnya pada Julie dan mencium pipi bocah itu dengan cepat sebelum beranjak dari duduknya.

Aneke perlahan pergi berjalan meninggalkan ayah mertuanya. Ditengah jalan dirinya merasa tak sanggup berdiri lagi. Badannya terlalu panas dan lututnya yang bergetar hebat. Tak kuat menahan beban tubuhnya dirinya langsung ambruk ditengah ruangan itu.

Aneke merasakan digendong oleh seseorang. Wanita itu tidaklah pingsan, hanya dirinya tak sanggup berjalan dengan kaki yang gemetar kuat. Diliriknya pria yang menggendongnya dari ujung bola matanya. Terlihat Patric dengan tegap dan cepat membawanya dari ruangan pesta itu dan berjalan melewati koridor-koridor ruangan.

"Kau kenapa Ashele? Apa yang kau minum tadi? Lihat lah dirimu seperti ini ?" Tanya Patric seraya membaringkan Aneke perlahan di ranjang sebuah kamar.

Aneke hanya terdiam, menatap Patric dengan tatapan resah. Tanpa ia sadari jemarinya menyentuh, meraba wajah Patric, meraba rahang keras yang mulai ditumbuhi janggut kecil.

"Ashele kau sepertinya salah minum?" Suara Patric terdengar serak, menahan hasrat yang sedari dansa tadi di tahannya. 

Patric menelungkup, mengungkung tubuh Aneke dan tak sanggup lagi dirinya menahan diri, langsung bibirnya mencium Aneke dengan keras. Aneke yang dalam keadaan bergairah langsung menerima ciuman Patric itu. 

Mendapat sambutan dari Aneke, Patric langsung melesakkan lidahnya dan mengecap dalam seluruh mulut Aneke. "Entah mengapa kau rasanya sangat lain dari yang dulu. Lebih manis sekarang." Gumam Patric disela-sela ciumannya.

"Ooh Patric,..aku tak tahan lagi..." Desah Aneke seraya meremas rambut cokelat Patric dan menggeliatkan tubuhnya tanpa berirama. "Dimana-mana rasanya panas sekali. Sentuh aku Patric. Aku sudah tak tahan lagi." Racau Aneke.

Patric melepaskan ciumannya, berhenti bergerak dan menatap tajam ke arah Aneke. Melihat Aneke yang ternyata dalam pengaruh obat terangsang membuatnya merasa tak adil jika dirinya menerima kesempatan ini. Tapi tubuhnya saat ini benar-benar butuh pelepasan. Sudah lama sekali dia tak bercinta dengan seorang wanita, terakhir bercinta hanya dengan istrinya itu juga disaat mengandung Julie.

"Apa benar sekarang aku boleh menyentuhmu Ashele?" Patric bertanya, menyakinkan dirinya dan wanita itu lagi dan Aneke hanya mengangguk sambil terus menggeliatkan tubuhnya, matanya mulai memerah menatap Patric.

"Kau tak akan menyesal nantinya? Setelah kita melakukannya kau akan menerima diriku kembali saat kau sadar nanti ?" Kata Patric lagi masih mencari-cari kepastian dalam mata Aneke.

Aneke berfikir saat ini Patric terlalu banyak bicara. Dirinya benar-benar butuh pelepasan. Dia tak kuat dengan panas ditubuhnya. Dengan gerakkan cepat dia membuka kancing jas Patric, dengan spontan tangannya melepas kancing-kancing kemeja Patric.

Melihat Aneke yang tertahan kesakitan itu, Patric dengan segera turun dari ranjang untuk membuka semua pakaian yang melekat pada tubuhnya. Setelah dirinya telanjang bulat, dia merangkak naik disamping Aneke lagi dan dengan cepat merobek gaun wanita itu, meloloskan bra dan celana dalam wanita itu dengan sekali sentakan. 

"Kau sangat indah istriku." 

Aneke menyadari bahwa saat ini mata Patric menelusuri tubuh telanjangnyadengan rakus. Seharusnya dirinya takut pada tatapan penuh nafsu itu, tapianehnya, ia tak takut. Satu-satunya hal yang ada dalam benaknya adalah iaberharap Patric menyukai apa yang dilihatnya.



To be next continue,...

Not Me Your Wife (NMYW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang