Chapter - 30

892 33 4
                                    

Hallo...

Wolly comeback again....

Hiatusnya lama nih, kesibukan di dunia real....

Maapin Wolly ya...

Bintang dan komen selalu ditunggu agar Wolly update cerita ini dengan rajin. 

Nextnya cerita ini akan ada pdf-nya dan dalam bentuk cetak/fisik...

Cuss, semoga kalian masih pada ingat alur ceritanya yak ^^


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Paatric...." desah Aneke serak. Anneke mulai tersadar. Jika dilanjutkan hal ini akan salah, bahkan bisa memperumit dan memperburuk situasi kedepannya. Dia pastinya akan menyesal nantinya. Ia harus segera menghentikannnya sebelum terlambat. "Kau dalam keadaan mabuk. Kau akan menyesalinya kelak."

Patric bergeming. Ia menerima penolakan dari Aneke dengan santai. Meski setengah mabuk, ia sadar apa yang dilakukannnya saat ini dan jika Aneke mengizinkannya melanjutkan hal ini, ia tak akan menyesal setelahnya. Dirinya ingin sekali bersatu dengan wanita itu sekarang juga.

"Hentikan ini, aku mohooon," pinta Aneke seraya berusaha melepaskan diri dari rengkuhan Patric. Namun Patric sepertinya tidak menghiraukan protes keberatan Anneke lagi. Ia terus membuai Anneke.

Selanjutnya yang terjadi, debar jantung Anneke berpacu kencang saat Patric meraih seberkas rambutnya dan menciumnya seakan hal itu adalah parfum brand terkenal. "Please Anneke, rasakan saja untuk saat ini. Kali ini aku janji akan pelan saat menyentuhmu. Tahu kah kau saat kau menghilang, aku mendapati diriku bangun tengah malam dan aku mencium aroma dirimu yang berbaring disebelahku."

Anneke terhipnotis oleh kata-kata Patric barusan. Ia menatap Patric. Menatap lembut bola mata pria itu yang terlihat bergairah. Sementara tangan Patric masih membelai-belai rambutnya dan kata-kata pria terus memenuhi panca inderanya dengan dambaan.

Patric dengan perlahan menundukkan kepalanya sampai bibirnya menyapu bibir Anneke ringan, dengan mengundang sensual. Ternyata sentuhan Patric yang terlalu singkat itu, membuat Anneke malah mendamba lebih terhadap pria itu.

Tubuhnya beraksi terhadap sentuhan pria itu, meski akal sehatnya masih bekerja tidak mengharapkan hal itu berlanjut. Anneke ingin kehangatan yang terpancar dari tubuh Patric saat ini. Ia ingin direngkuh dilengannya dan didekap kedadanya yang lebar itu.

Masih mempertahankan bibirnya sangat dekat dengan bibir Anneke, Patric berbisik parau, "Izinkan aku melanjutkan ini Anneke. Aku sangat ingin bercinta sampai kita sama-sama merasa puas. Aku tahu tubuhmu juga merindukan tubuhku. Apakah kau keberatan akan permintaanku ini?"

Menangkap reaksi Anneke yang hanya terdiam dan mendesah, membuat Patric tersenyum sendiri. Pertanda Anneke mengiyakan hal itu. Patric tertawa kecil saat melihat rona merah menjalar dipipi Anneke, lalu perlahan lidahnya menjilati garis bibir Anneke sebelum mulutnya melekat erat mantap pada mulut Anneke.

Secara naluriah, akhirnya Anneke membuka bibirnya perlahan dan lidah pria itu langsung menyelinap kedalam dan memainkan, melahap dan menggoda lidahnya. Rasa sesak menghimpit dadanya, dan kehangatan bersarang di perutnya.

Kedua lengan Patric mengelilingi tubuh Anneke dan pria itu mendekap Anneke kedadanya. Inilah yang ditunggu-tunggu Anneke, ia meleleh dipelukan pria itu; kedua lengannya tanpa ia sadari telah terangkat ke bahu Patric yang lebar dan kedua tangannya bertaut dibelakang leher pria itu.

Napas pendek dan terputus-putus berbaur dengan desah panjang sementara bibir Patric masih dengan ahli menjelajahi bibir Anneke. Pria itu membuat jejak ciuman melintasi pipinya dan dengan lembut menggosokkan hidungnya ke bagian telinga Anneke.

Anneke dengan malu-malu mulai mencium pipi Patric dan dia merasakan pangkal-pangkal janggut pendek. Patric menarik daun telinga Anneke kemulutnya dan dengan lembut menggigitinya. Kulit Anneke menegang nikmat tersentuh napas lembab dan bibir hangat pria itu.

Semua itu terus berlanjut, keduanya saling memberikan kenikmatan. Getar-getar hasrat dan kegembiraan menjalari Anneke. Dia saat tidur tadi hanya mengenakan baju tidur piyama, tali yang melilit dipinggangnya telah lenyap. Entah kapan Patric melepaskan ikatannya. Menajubkan baginya bahwa sentuhan Patric saja bisa membuatnya merasa seolah-olah membakar tubuhnya. Tubuh bagian bawah pria itu menegang karena ingin lebih dekat pada dirinya. Anneke merasakan gairah pria itu dibalik celana kerjanya.

Mereka masih berciuman dengan penuh gairah. Tangan-tangan Patric bergeser menaiki punggung Anneke, menyelimuti bahunya dan bibirnya memberikan kecupan mesra. Kembali bibir Patric menciumi dagu Anneke, menuruni batang lehernya yang ramping, melewati cekungan di dasar tenggorokannya, menuju lengkung payudaranya.

Kedua tangan Patric membuat lingkaran-lingkaran dipinggang telanjang Anneke, jari-jari pria itu membentang diatas pinggulnya, dan ia menjulurkan lidahnya ke bagian tengah perut Anneke dengan menggoda, menggelitiki pusarnya.

Anneke terkesiap karena nikmat, dan lututnya lemas dengan gairah. Ia kembali menangkupkan kedua lengannya kesekeliling kepala Patric, jari-jari lentiknya meremas-remas, mengacak rambut pria itu lalu mendekap pria itu agar lebih dekat dengannya.

Anneke menahan napas karena takut jika ia bernapas, keajaiban saat itu akan buyar dan lenyap seketika. Setiap sentuhan Patric mengirimkan gelombang aneh di ekujur tubuhnya, meyenangkannya hingga ketinggian yang baru, dan ia takut pria itu akan berhenti.

Anneke tahu bahwa hal-hal yang diizinkannya dilakukan Patric padanya telah melampui batas yang diterima dikalangan masyarakat di lingkungannya dulu yang masih berbudaya timur. Tetapi bersama Patric saat ini Anneke benar-benar tidak ingin menghentikannya maupun membatasi diri meyangkut semua hal tentang pria itu.

Perlahan-lahan, tangan, lidah dan mulut Patric berhenti. Pria itu mengangkat kepala dan menatap Anneke dengan tatapan yang sulit diartikan bagi Anneke. Anneke melihat di mata pria itu bahwa hasrat Patric untuknya sangat besar, dan ia tak akan mampu menolak pria itu sekarang.

"Katakan padaku. Hanya aku saja yang menyentuh tubuh yang indah ini?. Tolong katakan dengan hatimu yang jujur sehingga aku bisa melanjutkan ini dengan kepuasan yang sangat besar bagi kita berdua dan memberikan kita berdua apa yang kita inginkan." Ucap Patric serak.

Anneke sedikit bimbang. "Haruskah aku berbohong padamu?" Tanya Anneke.


To be next continue....

Segini dulu ya...untuk merefresh ingatan kalian tentang cerita ini hehe..

Not Me Your Wife (NMYW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang