Chapter - 32

1.3K 37 4
                                    

Holaa...

comeback again....

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kebakaran itu terjadi tiba-tiba saat Anneke baru saja keluar dari kamar mandi. Masih memakai handuk piyama, ia berusaha mencapai pintu kamar, namun terkunci. Anneke berusaha mendobrak dan meminta tolong, namun usahanya nihil. Asap terus mengepul memenuhi kamarnya. Aneke terbatuk-batuk dan pandangannya semakin buram. Sekelilingnya yang dilihatnya cuma asap yang pekat. Ia terus mendobrak dan mengendor daun pintu dan suaranya yang meminta tolong namun lama kelamaan suaranya semakin lemah. Karena terlalu banyak menghirup asap dan pandangannya sudah mengabur, membuat Anneke jatuh seketika tak sadarkan diri.

Melihat Anneke yang sudah tergeletak pingsan, seseorang dengan cepat membawanya pergi dari kamar itu. Dengan mengendap dan berpakaian ala seorang pelayan  dengan sigapnya seseorang itu keluar membawa tubuh Anneke keluar dari mansion.

Kebakaran yang terjadi di mansionnya telah sampai ditelinga Patric. Hal itu membuatnya yang masih di provinsi lain langsung terbang menuju ke kediamannya. Hal pertama yang ada dipikirannya adalah Aneke. Beruntungnya putrinya Julie berada di asrama saat kebakaran itu terjadi. Ia masih belum bisa bernapas lega sebelum mendengar kabar dan melihat langsung kondisi Aneke.

Keselamatan Anneke sekaranglah yang terpenting. Dia tak akan menyiakan waktu. Sudah dua pekan dirinya tak menemui Anneke. Hati kecilnya berharap Anneke baik-baik saja. Dirinya mulai menduga sekarang, semua pekerjaan yang dibebankan padanya ini memang sengaja direncanakan oleh seseorang. Ada seseorang yang ingin melukai Anneke. Tangannya mengepal saat menyadari bahwa beberapa peristiwa terjadi semenjak Anneke ada ke kediamannya.

Pemikiran Patric masih bergelut riangnya. Menduga, menilai, satu persatu peristiwa yang akhir-akhir ini dilaluinya. Semua itu menyangkut tentang dirinya. Anneke disini hanya korban. Harusnya dirinya memperketat penjagaan terhadap dirinya dan keluarganya. Semua orang yang tinggal di mansion semuanya patut dicurigai lagi.

"Aku harus bertindak dengan cepat dan berhati-hati. Mengapa dari kemarin-marin ia juga tak memberi beberapa bodyguard khusus buat Anneke dan Julie" ucapnya dalam hati. Ia mengutuk dirinya sendiri kenapa bisa teledor lagi.

Patric meruntuk kesal mengapa ia merasa si pilot menerbangkan pesawatnya dengan kecepatan normal dan seakan akan hanya memutar mutar tak tentu arah, padahal mansion dalam keadaan darurat.

**

Martin telah melihat itu dari hari-hari sebelumnya. Ia melihat ada sinar cinta Patric terhadap wanita penyusup itu. Ia tersenyum culas. Perlahan mungkin dia kan membuat bocah itu mati perlahan. Dia tidak melihat sinar itu ada saat bersama Ashele. Instingnya tahu bagaimana saat seseorang saling jatuh cinta. Dia dulu seperti itu sebelum hari itu Camillanya lepas dari dirinya. Tapi hatinya masih ada cinta yang sangat besar untuk wanitanya itu. Hatinya sangat sulit untuk membenci wanita itu.

"Kau berkhianat lebih dulu Martin. Kau bersama wanita itu. Kau bahkan sudah tidur bersamanya. Salah apa aku?" ucap Camilla dengan tegas saat Martin meminta kembali bersamanya.

Camilla menangis dalam diam saat Martin tidak mengelak. Dia menunggu pernyataan Martin, tapi pria itu hanya diam mematung. "Aku mabuk saat itu. Sungguh. Maafkan aku." lirih Martin sembari menatap bola mata Camilla dengan pandangan sayu.

"Entahlah aku bisa memaafkanmu atau tidak dan aku juga lelah dengan semua ini. Sudah berapa lama hubungan kita berlanjut tanpa restu dari kedua orangtuamu? Kedua orangtuamu tak ingin aku jadi menantunya. Aku pamit Martin. Mungkin kita tidak ditakdirkan bersama di dunia ini. Jaga diri kamu baik-baik. Jaga selalu dirimu." Ucap Camilla seraya menolehkan kepalanya ke arah lain. dirinya takkan sanggup melihat tatapan Martin. JIka terus menatapnya takkan dipungkiri dirinya akan luluh dihadapan pria itu.

"Saat ini aku tidak ingin melihat wajahmu dihadapanku lagi. Jadi aku meminta padamu jangan hubungi aku lagi." Air mata Camilla yang sudah tak terbendung meluncur keluar dengan perlahan. Ia menyekanya cepat dengan punggung tangannya. "Aku mohon padamu Martin. Saat ini aku tidak ingin ada didekatmu. Jadi pergilah, sekarang juga". Lanjut Camilla dengan air mata yang terus keluar tanpa henti.

Martin luruh terduduk dilantai. Hargai diriya hancur saat wanita yang dicintainya menorehkan luka yang dibuatnya. Dia menyesal. Menyesali apapun yang dibuatnya. Firasatnya mengatakan sesuatu yang terjadi saat itu bukan atas kecerobohannya sendiri, sudah disetting sebelumnya. Namun apa itu ia belum tahu. Dirinya ingat pasti saat itu ada seseorang yang telah membuatnya tak sadarkan diri. Dia mencurigai wanita itulah yang berulah, atas inisiatif sendiri atau suruhan seseorang. Dan dugaannya ternyata memang benar. Ada konspirasi antara wanita itu dan ayahnya. Ia murka, marah saat baru mengetahui semuanya setelah Camilla-nya sudah menikah dengan pria lain.

Martin tersentak dari lamunannya saat ada ketukan pintu. Seseorang yang ia percayai menyampaikan kabar bahwa di mansion Patric telah terjadi kebakaran. Setelah orang kepercayaannya pergi, dirinya menyandarkan punggungyna dikursi dengan santai tanpa ada rasa cemas sedikitpun. Satu persatu keinginannya akan tercapai. Ia berdiri dan berjalan ke bar kecilnya yang berada di sudut ruang kerjanya. Mungkin satu sloki minuman lagi akan membuat hatinya menjadi lebih tenang dan senang. Saat inilah moment yang pas untuk berbahagia ria. Ia tersenyum penuh kemenangan. Dendam puluhan tahun akan terbayarkan dengan perlahan.


To be next continue......

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not Me Your Wife (NMYW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang