Holla readers....
Wolly baru sempat nongol lagi di watty nih...
Sorry lama menghilang dari peredaran..
Untuk yang memberikan komen dan bintangnya, thank you banget ya ^^
Update hari ini next chapternya...
Cus ahh....
-----------
"Dia adalah Aneke Wijaya," Martin datang dengan membawa passport Aneke dan melemparkan buku kecil itu ke arah Patric.
"Penyusup telah masuk ke kediaman kita selama ini, mungkin dia yang dulu meracuni mu nak." Martin tersenyum culas ke arah Aneke dan Aneke langsung menampakan ekspresi terkejutnya.
Lalu Aneke menggelengkan kepalanya. "Bukan aku. Aku berani bersumpah jika bukan diriku yang meracunimu Patric." Aneke melihat tatapan Patric yang tajam ke arah dirinya. Bukan begini cara yang Aneke ingin sampaikan terhadap Patric. Perasaannya jadi kacau. Patric pasti tak akan mempercayainya.
"Ayah... apa kau bisa keluar sebentar. Keadaan wanita yang bernama Aneke saat ini tidak memungkinkan," kata Patric sambil melirik Aneke. "Dan kami baru saja....mmmh seperti yang ayah lihat." lanjutnya tanpa sungkan sedikitpun.
Martin kembali melirik lagi ke arah Aneke. Lirikannya seperti mengatakan bahwa wanita itu akan kalah. Kembali menatap Patric, Martin berkata "Oke. Setelah kau selesai dengan wanita penyusup ini, langsung ke ruanganku. Kita perlu berbicara masalah ini sampai tuntas."
Martin menutup pintu dengan kasar. Setelah kepergian Martin, Aneke segera mencari gaunnya yang telah berceceran dimana-mana. Setelah mendapatkannya, dirinya langsung ke kamar mandi. Mandi dengan cepat dan langsung memakai gaunnya meski gaun itu terlihat menyedihkan saat menutupi tubuhnya.
Dilihatnya Patric sudah berpakaian rapi saat dirinya keluar dari kamar mandi.
"Duduk !" perintah Patric.
Aneke dengan patuh mengikuti perintah Patric dan duduk diujung sofa dimana pria itu juga duduk di ujung sofa sebelahnya. Posisi duduk yang saling menjauh. Mata Aneke tak berani menatap pria itu, dirinya sesekali meremas telapak tangannya. Keringat dingin mulai bergulir di pelipisnya. Rasa ketakutan mulai menyergapnya.
Patric menyugar rambutnya dengan kasar, sesekali matanya melirik ke arah Aneke. Ditangannya memegang sebuah passport, sesekali dia membolak balik isi passport tersebut. Menghela nafasnya dengan kasar lalu menatap wanita yang duduk tak jauh darinya itu dengan tatapan yang penuh menyelidik.
"Jadi namamu Aneke?"
Aneke hanya bisa mengangguk. Dengan perlahan dirinya mengangkat kepalanya dan menatap Patric. "Beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya sebelum kau menuduhku macam-macam." pintanya.
"Diam kataku." Patric mulai tersulut emosi. Menghadapi wanita di sebelahnya ini harus dengan penuh strategi, pikir Patric. Jika wanita ini benar sebagai seorang penyusup, dirinya akan memberikan hukuman yang setimpal. Patric berjiwa keras. Dia tak memandang bulu. Meski dia seorang wanita yang mungkin mulai dia sukai, kalau benar musuhnya dia tak akan segan-segan memberikan hukuman wanita itu.
"Lihat ini." Kata Patric seraya menunjukkan passport ke arah Aneke. "Ini benar milikmu kan?" Tunjuk Patric lagi sambil membuka lembaran demi lembaran buku kecil itu.
"Disini tertulis. Nama Aneke Windaheni Hardinarjo, berkebangsaan Indonesia." Patric membaca identitas itu dengan suara lantang, lalu dirinya kembali menatap Aneke. "Tapi melihat foto di sini, kau begitu berbeda." Lanjutnya seraya memicingkan matanya.
"Ingat kah kau Tuan Patric yang terhormat bahwa kau merombak ini wajahku." Kata Aneke dengan sinisnya sambil menunjukkan wajahnya sendiri. Entahlah tiba-tiba dirinya mempunyai kekuatan gaib untuk berbicara dengan lantang pada pria di hadapannya itu.
"Tuan Patric itu memang benar passport saya. Entah mengapa saya bisa terjebak di kediaman anda ini. Saya sudah ingin menunjukkan jati diri saya, namun ada sesuatu hal saya mengurungkannnya. Anda dalam bahaya Tuan Patric. Percayalah pada saya. Saya akan memberikan buktinya. Setelah saya dalam kondisi sadar di rumah sakit dulu, seseorang dengan sengaja menaruh selembar kertas. Isinya membuat saya terkejut. Selanjutnya saya bermaksud untuk menyampaikan hal tersebut kepada anda."
Patric bersidekap, masih mendengarkan Aneke dengan diam. Sesekali dahinya mengeryit dan matanya masih menatap tajam wanita itu. Melihat kebohongan yang mungkin nampak pada diri wanita itu saat berbicara.
"Lalu mengapa kau tak langsung menyampaikan hal tersebut kepadaku?"
Aneke menghela nafasnya. Jantungnya berdetak kencang. Entah mengapa dirinya merasa susah untuk mengungkapkan hal yang sebenarnya. Tak mungkin dirinya mengakui kalau selama ini dia mulai tertarik pada pria dihadapannya itu.
"Kenapa kau diam? Apa kau memang sengaja? Mungkin yang dikatakan dad benar, kalau kau memang penyusup." Tuding Patric telak.
Aneke menggelengkan kepalanya lagi. "Percayalah padaku Tuan Patric. Aku bukan penyusup. Aku seorang wartawan. Aku terjebak di sini murni karena kejadian kecelakaan pesawat itu. Aku akan menunjukkan kertas itu padamu. Aku menaruhnya di kamarku. Aku akan mengambilnya sekarang. Mungkin dengan membacanya kau akan tahu siapa yang menuliskan surat itu padaku." Kata Aneke seraya berdiri.
Sebelum melangkahkan kakinya jauh, Patric mencekal lengan Aneke. Matanya kembali menatap tajam Aneke. "Aku takkan melepaskanmu. Aku harus ikut." Desisnya seraya menggertakkan giginya.
To be next continue....
Happy reading...
Ditunggu kritik, saran dan bintangnya,...
![](https://img.wattpad.com/cover/138828351-288-k712125.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Me Your Wife (NMYW)
RomanceTerbangun dari koma, mendapati dirinya dengan wajah yang telah berubah menjadi orang lain dan yang membuatnya terguncang saat dirinya diakui sebagai seorang istri Perdana Menteri. Terkejut lagi saat mendapati amplop bertuliskan "Masih Ingatkah Kau U...