Chapter - 7

5K 293 1
                                    

Aneke bergeming, tubuhnya menegang terasa kaku sesaat. Siapa lagi pria ini, batinnya bertanya.

"Kau tak memeluk dadymu ini sayang ?" Pria itu berkata seraya merentangkan kedua tangannya seakan memberi peluang Aneke untuk masuk kedalam pelukannya.

Melihat wanita yang di depannya itu terdiam cukup lama, membuat pria itu mengeryit lalu matanya terarah kebawah menatap telapak kaki Aneke yang terendam air. "Ooh, ternyata..., baiklah biar dady yang memelukmu."

Lalu pria paruhbaya itu merengkuh tubuh Aneke dengan eratnya sambil berbisik pelan ditelinga Aneke, "Aku kira kau telah meninggal dalam kecelakaan itu."

Pria itu melepaskan pelukannnya dan duduk di samping Aneke.

"Apa kabar, da...dy?" ujar Aneke tergagap. Pria yang ada disampingnya itu ternyata ayahnya, tapi Aneke tidak tahu, ini ayah mertuanya atau ayah kandung dari wanita yang bernama Ashele itu.

Pria itu tersenyum ke arah Aneke. "Kau lihat sendiri. Aku sehat kan. Apalagi saat mendengar bahwa kau selamat dari kecelakaan itu, hatiku sangat bergembira sekali. Ohya nanti akan ada banyak keluarga yang datang untuk makan malam menyambut kepulangannmu."

"Apa Patric yang merencanakannya?" tanya Aneke.

"Aku yang mengusulkan, memberitahu semua keluarga terdekat bahwa kau saat ini dalam keadaan sehat. Patric, suamimu itu hanya sibuk mengurusi kerjaannya. Yaa seorang perdana menteri itu harus loyal dalam melayani rakyatnya." Ucap pria itu sambil mengarahkan tatapannya ke arah depan,.

Aneke tiba-tiba merasakan sesuatu firasat yang tak enak dalam hatinya. Dia menoleh, mengamati sesaat pada pria paruhbaya itu. Aura kekejaman terlihat menakutkan pada gerak gerik fisiknya. Tiba-tiba pria itu menatap tajam Aneke sedetik dan langsung merubah raut mukanya menjadi sedikit senyum terlihat diujung bibirnya.

"Holla kakek Martin."

Sapaan lembut terdengar indah itu membuat pria paruhbaya yang bernama Martin itu menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. "Cucu kakek tersayang." Martin mengangkat tubuh kecil Julie dan menggelitiknya.

"Geli kakek, ayo turunkan Julie. Julie masih kangen momy."

Julie menghampiri Aneke dan langsung minta duduk dipangkuannya. Berceloteh ria tentang kesehariaannya di sekolah. Aneke mendengarkannya penuh kasih, mengacuhkan Martin yang masih terdiam sambil memandangi hamparan bunga yang tertata rapi di taman. Perasaan tak nyaman bergelayut lagi menghampirinya, entah mengapa sesosok pria paruhbaya yang ada disampingnya itu membuat ia harus berhati-hati dalam bersikap.

***

Suasana makan malam itu terlihat menegang, kesopanan terlalu terlihat nyata. Cuap-cuap basi basi terlontar dari para saudara dan kalangan atas pemerintah. Para penjilat terlihat melancarkan aksinya.

Menurut Aneke itu bukan makan malam keluarga tapi makan malam bisnis karena perbincangan hanya didominsai dengan politik. Dirinya merasa tak nyaman berada dalam lingkungan keluarga Patric ini. Apalagi Martin sering mencuri pandang padanya, seakan- akan ada hal penting yang akan dibicarakan nantinya.

"Dari tadi aku perhatikan kau merasa tak nyaman dengan keadaan ini ?" Sebuah sapaan tiba-tiba datang dari wanita cantik yang sejak tadi bergelenyut manja dengan Martin.

Aneke menolehkan kepalanya ke asal suara, tersenyum paksa saat menatap wanita itu. "Aku cuma tak enak badan. Sepertinya aku akan istirihat duluan."

"Begitu cepatnya kau mau melarikan diri Ashele, ingat misi kita," bisik wanita itu tepat di telinga Aneke.

Tiba-tiba Aneke merinding, bulu kuduknya berdiri. Tersentak kaget akan informasi itu. "Kau masih ingat kan?" Tanya wanita itu penuh selidik sambil terlihat tersenyum culas. "Atau kau benar-benar tak ingat sama sekali?" lanjutnya.

Aneke bergeming. Berbagai fikiran berkecambuk dikepalanya. Dengan pura-pura dirinya memegangi dahinya. "Ada beberapa yang tak bisa kuingat. Maaf. Namumu saja aku tak tahu?" Ujar Aneke jujur dan menampilkan mimik memelas.

Terlihat wanita tadi tersentak kaget, bola matanya terlihat membesar. " Kau serius ?" tanyanya.

Aneke menjawab pertanyaan itu hanya cuma anggukan saja.

"Aku tak percaya ini. Kalau begitu kau tidak ingat apa tujuan kita dulu. Suatu hari aku mungkin akan menceritakan padamu, saat ini tidaklah tepat untuk...."

Ucapan wanita itu terpotong saat terdengar riuh terjadi tiba-tiba. Aneke menatap tak percaya apa yang dilihatnya. Shock melihat pemandangan yang terjadi di depannya.

Patric terjatuh, menggelepar lalu jatuh tergeletak dilantai secara tiba-tiba dengan mulut berbusa. "Oh." Ucap Aneke seraya menutup mulutnya dengan tangannya.

Secepat kilat Patric dibawa oleh beberapa pengawal dan sebagian keluarga mengikutinya. Aneke hanya terbengong diam menyaksikan semua itu. Masih shock saat tak disadarinya saat seseorang memegang dan meggoyangkan bahunya dengan pelan.

"Hanya kecelakaan kecil, semoga tak apa-apa. Nyonya temani saja Julie. Lihatlah putri nyonya langsung menangis saat melihat kejadian yang tertimpa Mr. Patric."

Aneke lalu terhenyak menatap seseorang yang ada di depannya itu. Tanpa ekspersi yang ditampilkan diraut mukanya. Seorang pria yang menatapnya dengan ekspresi datar.

Tanpa mengucapkan sepatahkata pun, Aneke berjalan ke arah Julie dan meraih tubuh mungil gadis itu. Direngkuh dalam pelukkannya gadis itu. "Dady tak kan apa-apa sayang. Percayalah sama momy." Ucap Aneke menenangkan gadis kecil itu.

Julie menatap Aneke. Sisa air mata nampak di pelupuk mata gadis itu. Aneke mengusap air mata itu dengan lembut.

"Aku sayang dady momy. Julie ingin dady dan momy selalu bersama." Ujar gadis kecil itu seraya mengalungkan lengan kecilnya ke leher Aneke.

Lalu Aneke menggendong Julie, menuju ke kamar gadis kecil itu, meninggalkan riuh yang masih terasa di ruangan itu. "Percayalah, dady baik-baik saja." Bisik Aneke sambil mengelus punggung gadis itu.

Aneke merebahkan tubuh mungil Julie di ranjangnya, menyelimutinya dan dirinya ikut serta merebahkan diri di ranjang gadis itu. "Tidurlah sayang, momy akan menemainumu malam ini."

Aneke mengecup Julie, mematikan lampu dan berusaha menutup matanya. tapi tak bisa. Fikirannya berkecambuk. Tulisan yang diterima saat itu ternyata benar adanya. Seseorang berniat membunuh Patric. Salah satunya buktinya adalah malam ini si pembunuh telah mulai melancarkan aksinya. Hal itu membuatnya bergidik ketakutan. Bisa saja nyawanya dan gadis disampingnya ini juga terancam. 

--- to be next continue---

Not Me Your Wife (NMYW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang