Rasanya sakit sekali seluruh tubuhku untuk digerakkan. Semua terasa kaku dan tenggorokannku yang tiba-tiba terasa kering. Kelopak mataku juga sulit untuk aku buka. Aku juga mendengar suara bisik-bisik seorang pria dan wanita. Suaranya terdengar aneh ditelingaku. Bahasa yang digunakan juga aku tak mengerti. Apa pendengaranku saat ini sedang bermasalah ?. Oh Tuhan. Aku menggelengkan kepala, dan terasa bulir-bulir keringat mulai mengalir dipelipisku. Seseorang, siapapun itu, tolonglah aku, rintihku dalam hati.
Aku mendengar lagi percakapan itu dan aku benar-benar tak mengerti apa yang mereka dibicarakan. Lalu sepertinya ada seseorang yang sadar mengetahui kondisiku, dia sepertinya panik dan bergerak cepat. Aku merasakan seseorang menempelkan alat di tubuhku. Aku rasa dia seorang dokter. Suara-suara wanita juga mulai terdengar lagi.
Jantungku tiba-tiba terasa berdetak lebih cepat dan rasa haus menyerangku lagi. "Haus...haus," ucapku lemah tapi tak seorangpun mengetahui apa mauku. Tak ada yang memberiku minum. Aku paksakan sekali lagi mataku membuka, dan sangat terasa wajahku sangat kaku. Untuk berbicara saja susah.
Aku merasa ada sesuatu yang mengelilingi kepalaku. Aku akhirnya bisa membuka mataku dan kulihat seorang pria berpakaian serba putih yang tiba-tiba moneleh ke arahku sambil tersenyum. "Anda sudah sadar Mrs. Valdemar?"
Aku memutar bola mataku perlahan. Aku tersadar sekarang berada di rumah sakit dengan seorang dokter dan beberapa perawat yang tampak asing bagiku. Secara fisik postur badannya dan wajah yang terlihat ini bukanlah orang-orang asia. "Can you give me a drink. I am thirsty " lirihku.
Akhirnya dokter itu mengangguk dan menyuruh salah satu perawatnya memberikan air putih untukku. Lega rasanya tenggorokannku tapi susah sekali untuk membuka mulutku dengan lebar. Perlahan aku mengarahkan tanganku ke arah kepala. Memegangnya menyeluruh dan kudapati perban yang ternyata mengelilingi kepala dan wajahku. "Oh Tuhan sebegitu parahkah aku." ratapku.
Dokter itu sepertinya melihat kegelisahanku. Terlihat dirinya tersenyum dan berkata, "Anda akan baik-baik saja Mrs. Valdemar, percayalah pada saya. Tuhan masih mempercayakan nyonya untuk tetap bersama mendampingi Mr. Valdemar. Suami anda sangat menyayangi anda sampai-sampai setiap hari selalu menunggui nyonya disela-sela kesibukannya sebagai Perdana Menteri."
Aku mencerna ucapan dokter itu, masih terdiam termangu. Mengapa seorang Perdana Menteri menungguiku ? Dan dimana sebenarnya aku ini? " gumamku.
Dokter itu menyela fikiranku yang masih mengembara tak jelas. Otakku mulai bekerja, berbagai macam pertanyaan langsung muncul dan aku berusaha paksakan untuk merangkai ingatanku kembali.
"Perkenalkan saya Dokter Esbern. Mrs. Valdemar bisa memanggilku Esbern saja. Saya adalah dokter yang menangani dan selalu mengecek kesehatan nyonya selama anda koma selama dua bulan ini."
Aku terkejut lagi. Jadi selama ini aku dalam keadaan koma? Dan dimana semua keluargaku. "Dimana saya dan mana keluarga saya. Apa mereka mencemaskan saya?" tanyaku lirih.
"Anda berada di Rigshopitalet. Mr. Valdemar langsung membawa anda ke rumah sakit ini saat anda ditemukan berada didalam kecelakaan pesawat itu. Apa anda sudah ingat yang anda alami sebelumnya?"
Aku bergeming. Otakku kembali mengingat kejadian sebelumnya dan aku sudah mengingatnya kembali saat ini dengan sangat jelas. Pesawat yang aku tumpangi tiba-tiba meledak. Asap yang membubung tinggi dan sangat tebal membuatku kehilangan fokus penglihatan yang menjadi buram dan membuat nafasku jadi tersenggal-senggal. Aku tak ingat apapun lagi setelah itu. Pandanganku lalu menggelap. Selanjutnya kegelapan menyergapku. Saat tersadar kembali, aku sudah berada di rumah sakit ini.
Aku mengangguk ke arah dokter itu dan kembali meraba wajahku. Menatap dokter Esbern itu untuk meminta penjelasan darinya lagi.
Dokter Esbern mengerti akan tindakanku. Dia kembali menjelaskan. "Maaf saya merubah sedikit wajah Mrs. Valdemar. Luka bakar disekitar wajah anda sangat berat, jadi kami terpaksa melakukan operasi plastik untuk menanganinya. Tentu saja itu atas persetujuan Mr. Valdemar. Sekitar satu bulan lagi perban itu sudah bisa dilepas. Anda akan memiliki wajah baru nyonya."
Deg
Pernyataan dokter itu membuatku terkejut lagi. Tanpa sengaja aku melototkan bola mataku. Aku memandang dokter itu tanpa berkedip. Anda akan memiliki wajah baru nyonya. Kalimat itu bagai bom yang diluncurkan tepat didiriku.
Kalimat itu terus tergiang-giang ditelingaku. Tak terasa airmata sudah menggumpal dipelupuk mataku. Nasib apakah yang aku alami sekarang ?. Kejadian demi kejadian pahit seakan menimpaku bersamaan sekarang.
Setelah aku mengetahui penghianatan Johan, kekasihku. Sekarang aku mengalami kecelakan yang mengakibatkan wajahku rusak. Tanganku mengepal, marah pada takdir yang sudah memberikanku ujian ini. Ujian yang sangat menyisakku.
"Aarg,." aku berteriak semampuku, tapi teriakanku hanya seperti cuitan seorang bayi. Sakit aku rasakan pada seluruh wajahku. Rasa nyeri menyerang disetiap titik-titik kulit wajahku.
"Anda harus tenang saat ini nyonya. Bersabarlah. Semua akan indah pada waktunya. Situasi ini pastinya akan berdampak pada politik Mr. Valdemar juga. Jadi tenangkanlah diri dulu nyonya." Dokter Esbern menenangkanku seraya menggenggam tanganku yang sedari tadi mengepal.
"Mr. Valdemar?" tanyaku tanpa sengaja.
Dokter Esbern hanya menganggukkan kepala. "Suami anda akan datang sebentar lagi. Biasa Mr. Valdemar akan menemani anda sampai pagi. Dia sangat,.."
Sebelum dokter itu meneruskan ucapannya, seorang pria yang sama sekali tak aku kenali masuk ke ruangan sambil tersenyum padaku. Demi apapun di dunia ini, pria yang sedang berjalan menuju ke arahku itu adalah pria yang paling tertampan yang pernah aku lihat. Tinggi postur tubuhnya, badannya yang atletis, wajah yang rupawan bagai dewa Yunani itu tiba-tiba membuat jantungku langsung berdesir kencang. Aku memandangnya tanpa berkedip. Macam mana seperti anak remaja aku sekarang melihat seseorang seperti memuja seorang artis, rutukku dalam hati.
"Itu suami anda telah datang. Saya undur diri sejenak, " lanjut Dokter Esbern seraya berpaling ke arah pria itu. "Silakan Mr. Valdemar. Istri anda kondisinya sudah stabil saat ini. Keadaanya jauh lebih baik. Tinggal satu bulan lagi untuk melepas perban di wajahnya."
"Terimaksih dok." Sahut pria itu.
Suaranya terdengar dalam sekali saat membalas ucapan Dokter Esbern tadi.
Dokter Esbern hanya mengangguk seraya melangkahkan kakinya keluar ruangan, meninggalkan aku dan pria itu. Pria itu menarik kursi dan duduk disamping hospital bed ku.
"Hej.... God aften. " ucap pria itu seraya mengecup keningku sekilas. "Aku harap kau merasa baik-baik saja sekarang. "
Note:
"Hej, God aften = hi, selamat sore
To be next continue.,...😉
Happy reading all....
![](https://img.wattpad.com/cover/138828351-288-k712125.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Me Your Wife (NMYW)
RomanceTerbangun dari koma, mendapati dirinya dengan wajah yang telah berubah menjadi orang lain dan yang membuatnya terguncang saat dirinya diakui sebagai seorang istri Perdana Menteri. Terkejut lagi saat mendapati amplop bertuliskan "Masih Ingatkah Kau U...