Chapter - 25

4.1K 233 16
                                    

maafkan ekeuh yang jarang update ini cerita....

terimakasih untuk readers yang telah memberi bintang dan komennya....

terimakasih readers yang masih setia dengan sabar untuk menunggu cerita ini...

maaf chapter ini yang tidak terlalu panjang seperti chapter lain


cuss happy reading....


----------------------------------------------------------


Pria itu mengulurkan tangannya dan secepat kilat Aneke langsung menepis jabat tangan itu. Matanya masih menatap tak percaya pada pria di depannya ini.

"Kau tahu nama asliku? Untuk siapa kau bekerja? Apa aku ada salah padamu..heh..? tanya Aneke bertubi-tubi.

Pria itu membuang muka sekilas, menghembuskan nafasnya sesaat.

"Maaf bukan maksudku mengurungmu seperti ini. Aku dengan berat hati harus melakukan ini. Dan inilah salah satu cara agar kekasihku bisa membalas dendamnya pada seseorang."

"Kenapa harus aku?" teriak Aneke.

"Nanti dia sendirinya yang akan menjelaskan. Tenanglah kami tak akan menyiksamu. Hanya untuk sementara ini terpaksa sekali menyanderamu. Nanti suatu saat kami pasti mengembalikan dirimu ke negara asalmu. Itu janjiku padamu."

"Apa ucapannmu bisa kupercayai?" Selidik Aneke. Ia mengerutkan dahinya, memandang pria itu tepat dimatanya, mencari keraguan dan kebohongan yang mungkin yang terlihat disana.

Bent menganggukkan kepalanya.

"Aku tahu kau tak salah apa-apa. Aku hanya memanfaatkanmu saja. Kedatanganmu ke negara ini adalah anugrah bagi dirinya." Ucapnya misterius.

"Dari tadi kau sebut nama-nama dia saja. Siapa dia? Hah?" Teriak Aneke tepat dihadapan Bent.

"Dia akan memperkenalkan dirinya sendiri dihadapannmu nantinya. Sekarang dirinya berada di Mesir. Lusa dia kan sampai ke tempat ini. Jadi tunggu lah dirinya? Oke. Aku berharap kau mau bekerjasma dengannya agar dia semakin mempercepat kepulangannmu."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Bent langsung melenggang pergi. Menutup pintu perlahan dan membuat Aneke hanya bisa mematung. Dirinya langsung luruh terduduk di ubin. Tangisnya mulai pecah lagi. Tiap hari dia berdoa semoga akan ada jalan untuknya tapi entah mengapa sampai saat ini dirinya masih terkungkung. Tuhan belum mengabulkan doanya.

Siapapun kau, tolonglah aku. Jerit batinnya.

***

"Apa dia baik-baik saja Bent?" Tanya seorang wanita saat kekasihnya itu menjemput kepulangannya di bandara.

"Iya begitulah. Kita tak perlu menyiksanya sayang, hanya mengurungnya saja. Itu kan mau kamu." Ucap Bent seraya mengecup singkat pipi wanita itu.

"Aku selalu sayang padamu dan kau selalu bisa kuandalkan." Ucapnya sambil meraba permukaan wajah Bent dengan lembut. Kuku jemarinya yang bercat merah menyala itu menyelusuri permukaan kulit wajah Bent dengan erotis.

Bent membawa wanitanya ke sebuah rumah dimana Aneke disekap disana. Bent dengan sigap membawa kekasihnya itu segera menuju ruangan Aneke. Terlihat wanita di dalam sana tersentak kaget. 

Aneke menutup mulutnya dan matnya menatap tajam pada sesosok wanita yang berdiri tak jauh darinya itu.

"Oh Tuhan, kau kah itu?" serunya masih dalam kondisi kaget. "Ashele kau masih hidup?Bagaimana ceritanya?" Kata Aneke seraya menggelengkan kepala nya tak percaya.

Wanita yang dibawa Bent itu tersenyum dan mengangguk puas. Tersenyum ke arah Aneke seraya memeluk wanita itu tapi ditepisnya oleh Aneke. Aneke berontak. 

"Hallo saudari kembarku. Meski kita tak sekandung, aku suka kamu. Aku sangat puas saat melihat hasilnya. Dokter Esbern memberikan hasil operasi yang sangat memuaskan. Kau benar-benar mirip denganku saat ini. Hingga Patric tak bisa membedakan kau denganku lagi, kecuali kulit kita. Aku lebih terang daripada kau." Ucapnya seraya menyunggingkan senyum puasnya.

"Tak pantas kau menyambutku seperti itu?" desis Aneke.

Ashele mendengus kesal. Ia mendelik ke arah Bent. "Aku rasa wanita ini bermulut lancang Bent."

Kembali Ashele menatap Aneke dan berkata," Aku kira kau masih bersikap ramah seperti saat kita berkenalan di pesawat itu. Harusnya kau senang aku tak melenyapkanmu Aneke. Aku berfikir sekarang kau pantas mati."

"Apa hakmu membunuhku? Dasar wanita iblis kau." Aneke dalam sekejab menerjang Ashele dan mencakar wajah wanita itu hingga membuat Ashele kaget dan menjerit. Dengan segera Aneke melepaskan Ashele tiba-tiba, terduduk lesu seraya menutup wajahnya dengan tangannya. Ini bukan sikapku. Bisiknya.

Dengan segera Bent membantu Ashele. Mengamati hasil perbuatan Aneke. Menatap luka di pipi Ashele yang mengeluarkan darah. Luka gores yang tidak nampak serius.

Mata Bent nyalang saat menatap Aneke. Menghampiri wanita itu, menampar Aneke dan mencekik lehernya yang membuat nafas Aneke tersenggal. "Bunuh aku sekalian Bent." rintih Aneke terbata-bata.

"Kau... jangan buat Ashele seperti ini lagi. Kau hidup karena belas kasihanku. Jadi bersikaplah baik terhadapnya atau kau akan menerima hukuman yang sangat menyedihkan." Ancam Bent seraya kembali memeluk Ashele dan meninggalkan Aneke yang terlalu syok menerima semua itu.

Air mata mengalir membasahi pipinya. Meringkuk diranjang dengan kepedihan yang menyesakkan. Kehidupannya seakan tiada artinya sekarang ini dan ia pun harus pasrah menerima takdir hidupnya yang tak menentu ini. Ia ingin lepas dari semua ini. Ingin sekali seperti dulu saat dirinya masih bersekolah. Ingin sekali kembali ke masa lalu saat kedua orang tuanya masih menyayanginya. Saat-saat dimana sebelum kecelakaan itu merenggut kedua nyawa kedua orang tuanya.

Beranjak dewasa hanya ada kakek yang merawat dirinya. Kakek yang hanya mengandalkan dana pensiun untuk menyambung kehidupan keduanya. Setelah dewasa saat karirnya melesat, sang kakek pun meninggalkan dirinya juga. Dia sendirian di dunia ini. Sendirian mengarungi kejamnya hidup di ibu kota. Dan sekarang lihatlah Aneke juga sendirian di negara orang lain. Tak seorang pun datang menyelamatkannya.


to be next continue...

Not Me Your Wife (NMYW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang