Chapter - 14

4.5K 247 1
                                    

Ciuman Patric panas dan lama. Sementara tangan yang satu membelai-belai payudara Aneke, tangan yang lain mengelus rambut hitam wanita itu. Lengan Aneke langsung memeluk bahu Patric dan mengusap-usap otot yang keras itu dibalik kemeja yang Patric pakai. Tangan yang sebelah lagi menyusuri rusuk Patric sampai berhenti dilekuk pinggang pria itu.

Patric menghentikan ciumannya untuk bergumam, "Kuharap dibalik piyama ini hanya ada tubuh indahmu." Dilepaskannya piyama bertali itu dengan perlahan dan diciuminya kulit yang harum mulus yang terlihat langsung oleh pandangannya.   

"Ketika kau bersikap pasrah, hangat, dan tenang seperti ini, ada aura keibuan pada dirimu yang sangat kubutuhkan." Bibir Patric menuruni dada Aneke sampai ke bagian atas payudaranya. Menyusupkan lengan dibalik piyama, dia menariknya makin dekat, membuang piyama ke sembarang tempat. "Aku ingin jadi bayi besarmu Ashele," katanya parau.  

Ketika mulut Patric menciumi payudaraya, Aneke mencengkeram kepala pria itu dan melengkungkan tubuhnya ke arah Patric. Lidah Patric beraksi dengan panas. Aneke mengerang waktu pria itu menciumi bagian bawah payudaranya sebelum kembali kebagian lain yang seakan tak pernah puas diciuminya itu. "Aku rasa payudaramu bertambah besar Ashele?. Kau tak lakukan penambahan silicon kan?" gumamnya seraya menyunggingkan senyum nakalnya.

Aneke tak menyadari dan menanggapi gumaman itu, dirinya malah menempelkan pipi di puncak kepala Patric dan menyusuri dada dan perut pria itu dengan gerakan lembut tapi penuh hasrat. Dengan takut-takut Aneke meletakkan tangannya dipinggang jins pria itu. Patric membenamkan kepalanya di antara payudara Aneke dan menggerak-gerakkannya karena tersiksa sekaligus merasa nikmat.

"Oh.... ya....," bisiknya serak dengan suara bergetar yang makin tidak jelas karena tertutup payudara Aneke. "Sentuhlah aku sayang. Aku sangat merindukan sentuhanmu. Seperti dulu sebelum Julie lahir."

Jemari Aneke dengan perlahan kembali merayap ke atas, membuka satu persatu kancing kemeja Patric. Jemarinya bergetar hebat, menahan hasrat gairah yang tak bisa dibendungnya lagi.

"Patric aku,....emmhh,..ohh,...sepertinya tak bisa meneruskannya lagi,...aku...benar-benar tak bisa. Cukup sampai disini." Suara Aneke tedengar lirih saat mengatakannya bersamaan dengan deru nafasnya yang sudah tak bisa dikontrol. Aneke menggelengkan kepalanya dan mulai berontak. Tiba-tiba Aneke merasakan hembusan nafas kasar Patric diantara payudaranya dan diamnya tangan pria itu yang membelai tubuhnya.

Takda suara dan gerakan dari Patric, membuat Aneke jadi penasaran. Diangkatnya perlahan kepala Patric dari dadanya dan dilihatnya kelopak mata Pria itu yang ternyata terpejam dengan haluan nafas halus.

Aneke terkejut seraya menggelengkan kepalanya. Bayi besarnya ternyata tertidur. Aneke tertawa sendiri, tersenyum melihat wajah pria itu yang tertidur ternyata sangatlah menggemaskan.

Dirinya sangat malu saat teringat kelakuanntya tadi. Berani-beraninya dia menyambut sentuhan Patrick, seperti jalang yang haus akan belaian seorang pria. Tidak-tidak dia takkan melakukannya lagi, fikirnya sambil menggelengkan kepalanya.

Pelan-pelan Aneke menaruh kepala Patric di ujung sofa, masuk kamar sebentar diambilnya selimut untuk Patric dan menyelimutinya. Tak mungkin dirinya sanggup menggendong pria itu ke kamarnya. Diamatinya lagi Patric yang masih tertidur, hatinya semakin bergetar. Dengan perlahan dirinya menyentuh wajah Patric. Sengatan terjadi saat kulitnya bersentuhan dengan kulit telanjang Patric.

Aneke masih merasakan debaran dari sengatan itu. Dirinya menyadari sekarang, ia benar-benar telah menyukai pria itu. Secara fisik Patric memanglah tipenya. Dan untuk jatuh cinta dia tidak bisa menyimpulkannya sekarang. Saat ini dirinya yakini ia menyukai Patric. Hanya itu.

Not Me Your Wife (NMYW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang