Chapter - 26

4.8K 293 27
                                    

Hai semua yang masih nunggu ini cerita...

Maafkan eyke ya baru bisa nongol lagi di wattpad ini..

Meski slow slow update cerita ini bakal di tamatin ko..

Yang penting sabar saja dan ini cerita masih kalian save di library...

So.., this next chapter ^^


___________________________________________________________

Pria itu memainkan bolpoint di antara jari-jarinya. Fikirannya masih bermain mencari keberadaan Aneke. Sudah hampir dua bulan keberadaannya tak diketahui rimbanya. Bagai tertelan di bumi tanpa jejak. Semua orang yang ia andalkan payah dalam mencari wanita itu. Kemungkinan besar wanita itu sudah meninggal. Tidak mungkin dia bisa lari keluar dari negaranya saat paspor saja masih berada ditangannya. Ia menggerakkan kepalanya, mengeyahkan fikiran yang akhir-akhir ini malah membuatnya semakin ceroboh dalam melakukan semua hal.

Ia meringis, denyut masih terasa sakit di lututnya. Cidera yang dideritanya ia peroleh saat berjalan sendirian di taman rumahnya. Saat seseorang dengan sengaja mendorongnya ke arah bebatuan yang menghias taman itu. Belum diketahui siapa yang melakukan hal itu, karena pergerakannya yang cepat dan cctv tidak bisa menunjukkan wajah orang tersebut. Saat itu yang ia ketahui bahwa orang tersebut memakai seragam pekerja pelayan di mansionnya. Semua pekerjanya akhirnya ia berhentikan. Dirinya tak mau mengambil resiko yang lebih besar lagi. Patric semakin curiga, selama ini pastilah banyak orang-orang yang mencelakai dirinya, mungkin termasuk keluarganya sendiri.

Saat ini dirinya tak bisa mengandalkan siapapun lagi. Dia berupaya untuk bergerak sendiri. Apapun yang akan dilaluinya dia percaya ia bisa. Fikirannya merencanakan sesuatu dan senyum terukir memanjang diujung mulutnya.

***

Martin menegak minumannya lagi. Sudah beberapa botol ia habiskan sendirian. Sendirian dikamar pribadinya membuatnya merasa tenang mengingat masa lalunya. Entah mengapa akhir-akhir ini perasaannya jadi tak menentu. Banyak peristiwa lalu lalang menyelinap keluar masuk di otaknya.

"Aku masih sangat mencintaimu. Haruskah aku membunuh darah dagingmu dengan pria itu?"

"Aku tak bisa memegang janjiku padamu sayang. Maafkan untuk kali ini aku mengingkarinya. Karena rupa wajah anak itu mengingatkankan pada pria itu. Dia sangat mirip dengannya, tak sedikitpun ada kemiripan denganmu." Ucapnya lirih seraya memainkan botol minumannya.

Airmatanya mengalir. Bola matanya memerah. Sudah seharian dirinya tak bisa tidur dengan nyenyak. Kematian wanita tercintanya membuatnya rapuh kembali. Memendam cinta yang menggebu. Cinta sejati yang membuatnya patah hati. Membuatnya seperti budak yang memburu nafsu cinta duniawi. Jiwa raganya telah mati seiring kepergian wanita itu. Harusnya saat itu dirinya juga ikut mati.

Matanya menatap foto yang ada di meja kerjanya dengan tangan gemetar, mengelus permukaan foto itu dengan jari telunjuknya yang sudah keriput. "Maafkan aku Camellia". Bisik hatinya mendesah. Dia akan bermain sendiri, fokus lagi pada rencananya.  Dengan tangannya sendiri ia akan memuaskan hasrat terpendamnya yang selama ini ia kubur dalam-dalam. Tanpa melibatkan siapapun lagi, tanpa mempercayai seseorang lagi. Ashele entah kemana. Masih bernyawa kah? Semua berawal dan berakhir pada wanita itu.

***

Ashele mematikan rokoknya. Saat ini dirinya sedang duduk santai di sofa bersama Bent. Pria yang selalu pasti ada dan membantunya.

"Rencana apa lagi yang ada diotakmu untuk Aneke sayang?" Bent membuka suara dari keheningan yang tercipta sejak satu jam yang lalu.

"Pastinya aku akan membuat tua bangka itu segera lenyap." Jawabnya seraya tersenyum kearah Bent. Memikirkan semuanya membuatnya sedikit merasa puas. Seringai lebar ia suguhkan kepada Bent.

"Kita bersantai saja sejenak. Membuat mereka merasa lengah dulu. Membuat mereka pasrah menyerah pada keadaan." Ashele mengiyakan usul Bent lalu bersulang untuk kesekian kalinya.

***

Aneke meringkuk lemah di ranjang. Sudah dua harinya fisiknya mengalami penurunan. Setiap bangun tidur dia merasa lemah, berkunang-kunang dan berputar-putar. Cekung di matanya sangat terlihat dan sudah berwarna gelap. 

Dia terpenjara. Gairah hidupnya lenyap. Tanpa arah dan tujuan. Hanya doa yang selalu ia panjatkan.

Dia terduduk dan terbangun tiba-tiba saat terdengar keributan dari luar. Suara pintu terdobrak beberapa kali membuatnya tersentak seketika. Dirinya buru-buru meninggalkan ranjang dan bermaksud bersembunyi di kamar mandi. Saat baru setengah perjalanannya, suara yang terkadang dirindukannya itu langsung membuatnya mematung, seketika dia melihat kearah pintu.

"Aneke. Apa kau ada di dalam. Apa kau dengar aku?"

Suara yang tak asing di telinga Aneke membuatnya langsung meremang dan senyum menghias di mulutnya yang mungil.

"ANEKE........" Teriakan keras terdengar dari luar ruangan.

Suara pintu yang berhasil dibuka, membuat Aneke segera berjalan cepat menemui sumber asal suara.

Patric menatap wanita itu tak percaya. Wanita di depannya itu terlihat lusuh dan dan sangat tidak dalam kondisi sehat. Hal itu membuat hatinya terasa tertusuk beribu jarum. Entah mengapa dirinya merasakan sakit menikamnya.

Aneke terdiam mematung lagi ditempatnya. Tak beranjak menemui Patric. Dadanya bergemuruh. Matanya membesar dan tangannya mengatup menutup mulutnya. Rasa tak percaya menghampirinya, sampai dirinya berkedip beberapa kali untuk memastikan yang ada di depannya saat ini adalah Patric. Pria yang selama beberapa hari ini dalam mimpinya.

Patric setengah berlari merengkuh tubuh Aneke. Dirinya tak sadar terlalu erat memeluk tubuh wanita itu.

"Patric, lepaskan! Aku terlalu sesak. Kau erat sekali memelukku." Protes Aneke dengan sedikit merenggangkan pelukan itu.

Patric perlahan mengurai pelukannya. Senyum simpul tercetak dibibirnya. "Maaf. Aku sangat terlalu bahagia menemukannmu. Akhirnya selama ini usahaku sendiri berhasil." Ucapnya santai seraya menyunggingkan senyum misteriusnya.

"Ayo segera keluar dari tempat ini. Masih banyak yang perlu kita bicarakan." Kata Patric seraya menggenggam tangan Aneke dan mengajaknya keluar. Karena melihat kondisi Aneke yang berjalan lambat menurutnya, segera ia menggendong Aneke ala bridalstyle. Hal itu membuat Aneke terpekik kaget dan berusaha merengkuh leher Patric.


to be next continue....

ditunggu bintang dan juga komennya agar bisa selalu bersemangat dalam mengupadate ini cerita..

xoxo ^^

Not Me Your Wife (NMYW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang