Lisa mengantar Jennie pulang ke rumahnya. Selama diperjalanan mereka lebih banyak diam. Lisa yang sedari tadi hanya menyempatkan untuk curi-curi pandang pada Jennie.
"Dimana rumahmu?", tanya Lisa memecah keheningan.
"Dari sini tinggal belok ke kanan. Kau bisa pergi, tidak usah mengantarku lagi. Aku bisa sendiri", ucap Jennie dingin.
"Gadis sombong. Aku tetap akan mengantarmu, tidak usah menolak"
"Ck. Terserahmu"
Setelah itu hening lagi. Sekarang giliran Jennie yang curi-curi pandang kepada Lisa.
"Ekhem... kau sekolah dimana dan kelas berapa?", tanya Jennie.
"Emm.. aku? A-aku seumuran denganmu dan sekolah... Ah yang mana rumahmu?", ucap Lisa berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Yang itu", tunjuk Jennie pada rumah yang cukup besar dan mewah.
Mereka sampai di depan rumah milik Jennie.
"Kau tinggal bersama orang tuamu?
Jennie menggeleng.
"Sendirian?"
Jennie mengangguk.
"Kenapa?"
"Sudahlah itu tidak penting", ucapnya dingin, kemudian pergi meninggalkan Lisa yang masih mematung tak percaya.
"Dasar gadis tidak sopan. Apa benar Jennie bereinkarnasi menjadi gadis kasar sepertinya? Memang wajah mereka mirip, dan nama mereka juga sama. Tetapi sifat mereka jauh berbeda. Aku jadi ragu", umpat Lisa, kemudian mencari tempat yang tepat untuk teleport.
~
Jisoo sedang menonton acara kesukaannya di TV, tiba-tiba saja Lisa muncul tepat di depannya, sehingga membuat Jisoo terkejut.
"Astaga, Ya! Bisakah kau tidak menghalangi?"
"Huh?", tanya Lisa sedikit bingung.
"Hello? Kau menghalangi TV-nya, syuh syuh", ucap Jisoo mengusir Lisa.
Kemudian Lisa tersadar dan duduk tepat di samping Jisoo.
"Bagaimana apa kau sudah bertemu dengannya?"
Lisa mengangguk.
"Jadi bagaimana? Dia Jennie kan?"
"Namanya memang Jennie.."
"Lalu?"
"Tapi aku tidak yakin jika dia adalah Jennie-ku", lirih Lisa.
"Kenapa? Apa ada suatu yang salah?"
"Jennie yang kutemui tadi, sifatnya sangat berbeda dengan Jennie-ku. Gadis itu pemarah, kasar, dan tidak sopan. Dia pikir aku itu seumuran dengannya?"
"Ayolah Lisa. Jika dia memang bereinkarnasi, tidak mungkin sifatnya 100% sama. Siapa tahu dia sedang datang bulan, makanya jadi seperti itu. Lagi pula, jika dia menganggapmu seumuran itu wajar saja. Kau kan menuju proses penuaan itu lama dibandingkan manusia. Lihat? Buktinya kau awet muda sampai sekarang"
"Huh.. ya ya ya. Jadi apa yang harus kulakukan?"
"Hmm apa ya??"
Mereka tampak berpikir keras.
"Oh ya aku tahu! Kau harus mengikutinya"
"Tidak! Dia tidak akan nyaman. Tadi saja dia terlibat masalah gara-gara berusaha menghindariku"
"Maksudku ikuti dia di sekolah"
"Lucunya kau. Dia akan mengira aku adalah seorang penguntit"
"Hhh aku jadi kesal. Kau ini memang tidak peka", ucap Jisoo sambil mendengus kesal.
"Peka apa?"
"Kau harus berperan menjadi pelajar Lisa.."
"What?"
***
Lisa mengikuti segala perintah dari Jisoo. Walaupun Lisa membenci hal ini, tapi demi Jennie ia rela melakukan apapun. Jisoo mengurus semuanya seperti surat-surat, pakaian, dan hal lainnya. Jisoo terlihat seperti seorang ibu dalam mengurus anaknya. Dan di sini Jisoo berperan sebagai kakak dari Lisa.
Ini adalah hari pertama Lisa menjadi murid di sini. Kata Jisoo rencana mereka semakin mudah karena Lisa akan satu kelas bersama Jennie.
Lisa tampak seperti murid sungguhan. Wajah, dan tubuhnya masih terlihat seperti anak remaja. Semua terkesima saat melihat Lisa berjalan memasuki kelas. Anehnya Lisa tidak melihat adanya Jennie di dalam kelas itu.
"Lisa.. kau duduk di sana bersama Seulgi", tunjuk Ms. Park.
Lisa mengangguk kemudian duduk di sampingnya. Ms Park pergi meninggalkan kelas, katanya ada urusan. Lisa dan Seulgi mulai berkenalan. Dengan senang hati Seulgi mau menjelaskan tentang sekolahnya.
"Emm.. Seulgi?"
"Iya?"
"Apa dikelas ini ada yang bernama Jennie?"
"Bagaimana kau bisa tahu? Apa di sekolahmu dulu Jennie juga terkenal?"
Lisa kebingungan. Kemudian ia hanya mengangguk.
"Wah Jennie benar-benar populer. Kau tahu? Jennie itu banyak yang suka. Tapi Jennie malah menyia-nyiakan kesempatan. Ia mempermainkan perasaan mereka, dengan cara mengencani mereka. Tidak lama setelah itu, Jennie akan meninggalkan mereka", jelas Seulgi panjang lebar.
Lisa percaya antara tidak percaya dengan apa yang Seulgi katakan. "Lihat sifat mereka sangat berbeda. Bagaimana bisa Jennie bereinkanasi menjadi gadis nakal?", gumam Lisa.
"Bagaimana kau tau Seulgi?"
"Tentu aku tahu semua tentangnya. Dia kan sahabatku hehehe"
Lisa menggeleng-gelengkan kepala. Sahabatnya ini terlalu jujur.
"Dimana dia sekarang?"
"Entahlah.. mungkin sedang melakukan sesuatu, eh panjang umur itu dia", tunjuk Seulgi.
Dibalik jendela terlihat seorang gadis berjalan menuju kelasnya.
Brakkk
Suara pintu yang ia buka dengan kasar.
"Park Chaeyoung! Berani-beraninya kau!", ucapnya menghampiri gadis bernama Chaeyoung. Gadis bernama Chaeyoung itu berdiri kemudian menghampirinya.
"Apa! Kau ingin apa huh?", tanya Chaeyoung. Tatapan mereka benar-benar seperti musuh.
"Ayo kita selesaikan semua masalah ini, di sini sekarang juga!"
"Baiklah aku tidak takut! Ayo kita mulai"
Lisa yang melihat itu menjadi ketakutan.
"Apa yang mereka lakukan? Apa mereka akan membuat keributan di sekolah? Dasar anak-anak nakal. Kenapa yang lainnya diam tak melerai? Kenapa mereka malah menonton""Hahaha kau akan menyesali semua ini Chaeyoung-ah"
"Kau yang akan menyesal. Kita mulai saja"
"Jangan!",ucap Lisa sedikit berteriak tapi tak ada yang mendengar (kecuali Seulgi)
"Gunting, batu, kertas!" Ucap Jennie dan Chaeyoung berbarengan.
Lisa yang melihat itu hanya bisa menganga. Seulgi yang memperhatikan Lisa sedari tadi hanya tertawa.
"Hahaha kau kalah Jennie, kali ini kau yang traktir hahaha", ucap Chaeyoung sambil mengacak-acak rambut Jennie.
"Ya! Chaeyoung-ah kau sedang beruntung lihat saja besok, hahaha" ucap Jennie tertawa.
"Mereka memang seperti itu. Mau main gunting, batu, kertas harus ada dramanya dulu", ucap Seulgi memberi tahu Lisa. Lisa hanya mengangguk mendengarnya.
"Jennie-ah kenalkan kita ada teman baru", teriak Seulgi.
Jennie melihat ke arahnya.
"Kau?!"