"Lisaaa, kau dimana!", teriak Jennie sambil mengelilingi rumahnya.
"Aishh anak itu. Tadi menyuruhku pulang, tau-taunya dia malah menghilang"
Jennie masih mencarinya di setiap ruangan.
"Tunggu tunggu... apa dia dalam masalah? Apa dia baik-baik saja? Lalu kenapa dia menyuruhku pulang? Atau kepalanya?..."
Jennie berlari-lari mencarinya. Kemudian ia mencarinya di luar rumah, dan dijalanan. Namun, tidak ada satupun tanda-tanda keberadaan Lisa.
Jennie semakin khawatir. Ia takut sesuatu telah terjadi pada Lisa. Sayangnya Lisa tidak membawa ponsel dan meletakkannya di atas meja.
Sekarang Jennie bingung harus melakukan apa. "Ini semua salahku, seharusnya aku enggak membiarkan dia sendirian di rumah"
"Lihat kemana dia pergi sekarang?"
Jennie berjongkok di depan rumahnya sambil menunggu Lisa kembali. Tanpa ia sadari, air mata mengalir di pipinya. Ia benar-benar khawatir.
Jennie hanya bisa menunduk dan menyalahkan dirinya sendiri.
"Jennie, kau sudah pulang?", tanya seseorang yang berdiri di samping Jennie.
"Lisa!", reflek Jennie berdiri dan memeluk Lisa sangat erat.
"A-apa yang kau lakukan Jennie?"
"Syukurlah kau baik-baik saja Lisa"
"Apa maksudmu? Tentu aku baik-baik saja hahaha"
"Aku pikir kepalamu.. em.. sudahlah tidak penting, yang penting kau sudah kembali", ucap Jennie semakin memeluk Lisa dengan erat.
Lisa hanya bisa menepuk-nepuk pundaknya dan tidak membalas pelukannya.
"Tadi kau kemana Lisa?"
"Em.. aku pergi membeli snack tadi", ucap Lisa sambil menunjukkan tas berisi snack.
"Lain kali, jangan pergi tanpa memberi tahuku, jangan hilang tanpa kabar. Aku enggak suka itu"
"Baiklah, baiklah.."
-
Flashback
"A-ayah?"
"Apa kabar anakku?", ucap seorang pria dengan senyuman miring di wajahnya.
"Bagaimana ayah tahu, aku ada di sini?"
"Apa yang tidak aku ketahui? hahaha", ucap ayah Lisa dengan seringai di bibirnya.
"Baiklah, ayah memang tahu segalanya. Apa yang sedang ayah lakukan di sini?", tanya Lisa agak gemetar.
"Tentu saja untuk bertemu denganmu, kita harus membicarakan sesuatu, sayang.."
"Apa itu? Katakanlah"
"Di sini bukanlah tempat yang cocok untuk membicarakannya. Kita harus pergi ke suatu tempat yang aman, di rumahmu saja"
"Tidak, ayah pasti akan menyeretku untuk pulang. Aku enggak mau! Aku masih ingin di sini!"
"Tidak Lisa! Ayah enggak akan menyeretmu, sampai benar-benar waktunya kau pergi"
"Ayah bohong!", ucap Lisa.
"Ayah tidak bohong!"
Lisa terdiam sebentar. Kemudian ia menyetujui keputusan ayahnya. Mereka pergi ke rumah Lisa dan di sana terlihat Jisoo yang mondar-mandir sambil menggigit kuku jarinya.
Jisoo sedikit terkejut melihat kehadiran Lisa bersama ayahnya yang tiba-tiba.
"Tenanglah Jisoo-ah", ucap Lisa.
"Oh? Ah iya iya", kata Jisoo sambil berjalan mendekati mereka.
"Jadi apa yang ingin ayah bicarakan?"
"Apa kau masih mencintai gadis itu?", tanya ayah yang membuat Lisa sedikit gugup.
"T-tentu. Selamanya aku tetap mencintainya ayah", lirih Lisa.
"Jadi kau sudah menemukannya kembali? Dia sudah bereinkarnasi rupanya"
"Ayah tahu?"
"Jadi dia memanglah Jennieku?""Tentu saja. Hidupnya juga tidak mudah, seperti hubungan keluarganya itu yang tidak berjalan dengan mulus", ucap ayah Lisa sambil tertawa kecil.
Lisa yang tidak mengerti kemudian teringat bahwa Jennie tidak tinggal bersama orang tuanya, dan Hanbin adalah saudaranya tapi mereka tidak tinggal bersama. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Apa ayah yang membuat kehidupan Jennie menjadi sulit?", Lisa menatap ayahnya tajam.
"Itu takdir sayangku", jawab ayahnya dengan santai.
"Sebenci itukah ayah pada Jennie? Apa karena kecelakaan kecil di masa lalu itu? Ayolah ayah Jennie tidak bersalah"
"Kau tidak tahu apa-apa Lisa. Aku tidak ingin mengingat itu lagi, dan kecelakaan itu jangan harap aku akan menyelidikinya"
"Ayah tidak adil! Apa yang ayah mau sebenarnya? Kami saling mencintai dan apa yang salah dengan itu? Dulu ayah sangat menyayangi Jennie seperti anakmu sendiri. Tapi kenapa ayah jadi berubah? Kenapa?"
"Kau tahu alasannya apa? Kalian membuatku malu. Kau tahu? Sebelumnya tidak ada hubungan wanita dengan wanita di alam kita, sampai-sampai kalian membuat sebuah berita besar. Aku sangat kecewa pada kalian dan aku menentang keras hubungan kalian. Aku semakin yakin dia pasti membenciku dan berusaha untuk melenyapkanku"
"Aku tidak peduli! Jennie tidak seperti itu, Jennie adalah gadis baik-baik! Ayah tidak seharusnya malu, ayah sudah dibutakan oleh kekuasaan, sehingga kau hanya memikirkan dirimu sendiri!"
"Cukup Lisa! Kau membuatku muak! Kau harus pergi dari sini dan tinggalkan Jennie. Jennie tidak layak untukmu", ayahnya mencengkram lengan Lisa.
"Tidak akan! Aku mencintainya dan selamanya dia adalah milikku!", Lisa sedikit memberontak.
"Apa yang membuatmu yakin dengan itu?"
"Cinta ayah! Cinta! Aku yakin kau tidak akan tahu itu!", ucap Lisa berteriak pada ayahnya.
Plakkk
Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Lisa. Lisa hanya bisa mengelus pipinya dan menatap tajam penuh emosi.
"Kendalikan mulutmu! seorang keturunan god tidak ada yang seperti itu!", tunjuk ayahnya tepat di depan wajah Lisa.
"Aku bukan lagi seorang keturunan god. Aku sudah kehilangan hak itu sejak ayah mengutukku"
"Tidak ada teori seperti itu, kau tetaplah keturunanku. Keputusan tetaplah keputusan, aku akan menunggumu sekitar 7 bulan lagi dari sekarang. Ingat ini bukan salahku, kau sendiri yang membuat keputusan itu", ucap ayah Lisa kemudian menghilang begitu saja.
7 bulan lagi? Waktu sudah berlalu begitu cepat. Lisa hampir melupakan kesalahan besar yang sudah ia putuskan. Kemudian Lisa mengacak-acak rambutnya frustasi, dan menyalahkan dirinya sendiri.
"Arghhhhh!!!", Teriaknya kemudian melempar gelas yang ada di atas meja sehingga pecah.
Jisoo menghampiri dan menenangkan Lisa yang masih dipenuhi dengan emosi.
"Lisa tenangkan dirimu!"
"Arghhhh!! Aku membenci diriku sendiri!"
Next?