From : Hanbin Oppa
Jennie sayang, ingat malam nanti kau ada pertemuan spesial dengan calon suamimu. Ingat jangan lupakan acara penting itu. Di sini aku selalu mendukungmu, semangat!
Jennie menghela nafas dan memutar bola matanya saat membaca pesan yang dikirim oleh kakaknya. Mengenal dan tahu wajahnya saja tidak. Bahkan, Jennie lupa bertanya siapa nama pria yang dimaksud.
Ah sudahlah Jennie tidak memperdulikannya. Sekarang yang harus ia lakukan adalah fokus pada pekerjaannya. Lalu, pergi menghadiri pertemuan makan malam laknat itu.
Setelah semua pekerjaannya selesai, ia bergegas pulang kerumah dan bersiap-siap. Tentu saja Jennie tetap datang, walau ia sama sekali tidak menginginkan perjodohan ini. Namun, ia tidak mau membuat kakak dan ayahnya kecewa.
Selama perjalanan, ia sangat yakin bahwa pria yang dimaksud kakaknya pasti tidak akan cocok dengannya. Apalagi ditambah pria itu adalah orang asing baginya. Jadi, dengan mudah Jennie akan menolaknya mentah-mentah.
Jennie sampai pada sebuah restoran berkelas. Ia memasuki restoran dan menghampiri meja resepsionis.
"Maaf apakah anda adalah Ms. Kim Jennie?", tanya seorang pelayan. Bahkan, tanpa perlu bertanya lagi, mereka sudah tahu namanya.
"Ah iya itu benar", jawab Jennie
"Kalau begitu silahkan ikuti saya menuju ruang VIP", ucap pelayan.
Jennie mengangguk. Pelayan tadi menunjukkan jalan, dan Jennie mengikuti langkah kemana pelayan itu membawanya pergi.
Sebenarnya Jennie merasa aneh. Kenapa ruangannya sangat jauh dan terletak diujung?
"Kita sudah sampai Ms. Kim, orang yamg anda temui sudah menunggu di dalam", jelas pelayan.
Jennie mengangguk paham. Kemudian, pelayan membuka pintu dan mempersilahkan Jennie untuk masuk. Anehnya Jennie tidak melihat siapapun di ruangan itu.
Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya. Reflek Jennie meraih tangannya dan memelintirkannya.
"Aw! Sakit! Jennie lepas, ini sakit", ucap pria itu sambil membelakangi Jennie.
Jennie melepaskannya.
"Ah maaf, aku enggak sengaja", ucap Jennie. Namun, pria itu masih membelakangi Jennie dan sedikit menyentuh lengannya yang sakit.
"Apa kau baik-baik saja?", tanya Jennie.
"Ternyata kau benar-benar belajar bela diri rupanya", ucap pria itu.
Pria itu berhenti dan membalikkan badannya. Seketika mata Jennie melebar melihat siapa pria yang akan dijodohkan dengannya.
"Lama tidak bertemu sayangku...
Nini..."
Jennie tersenyum dan memeluk erat pria itu. Pria itu membalas pelukannya dan mengecup keningnya.
"Lisaaa aku sangat merindukanmu!", ucap Jennie kemudian menangis di dadanya.
"Hei, hei, sayang enggak perlu menangis", ucapnya menenangkan Jennie.
"Bagaimana kau bisa jadi pria dan punya wajah tampan seperti ini?", tanya Jennie kemudian menangkup wajah Lisa dan menyentuhnya. Tentu saja Jennie mengenal wajah Lisa, walau ia telah berubah menjadi seorang pria.
"Tentu saja berkat ayah. Ceritanya panjang, lain kali saja aku bercerita", ucap Lisa sambil mengelus rambut milik Jennie.
"Ini bukan mimpi kan?", tanya jennie.
"Enggak Jen. Ini nyata", Lisa sedikit mencubit pipinya.
"Apa kau merubah namamu?", tanya Jennie.