"Jen"
"Hm?"
"Bisakah aku bertanya sesuatu?"
"Tentang apa?"
"Hm... keluargamu?"
Jennie tidak menjawab dan mematung di tempatnya.
"Tidak apa. Kau bisa bercerita semuanya padaku dan aku akan menjaga cerita itu, enggak usah khawatir"
Jennie menghela nafas. "Baiklah, kau ingin bertanya apa?"
"Apa Hanbin adalah saudara kandungmu?"
Jennie mengangguk. "Dia adalah oppaku"
"Kenapa kalian enggak tinggal bersama dan orang tuamu?"
Jennie tidak menjawabnya. Beberapa saat kemudian, ia mulai bercerita.
"Keluargaku.. ah sangat sulit mengatakan bahwa aku adalah bagian dari mereka. Di dalam keluarga aku hanya menyayangi kakak dan ibu, begitu juga dengan mereka. Ayahku membenciku dan lebih menyayangi Hanbin. Tapi Hanbin sama sekali tidak menyukai itu, karena ia merasa tidak bebas. Bahkan ia rela untuk menggantikanku tinggal di sini, agar terbebas dari ayah."
"Lalu kenapa kau tinggal di sini dan sendirian tanpa orang tua?"
"Aku memintanya sendiri. Lebih tepatnya aku lebih tidak nyaman daripada Hanbin. Sebenarnya Hanbin tidak setuju, tapi aku memaksa dan tentu ayah mendukung agar aku pergi. Ayah selalu menyalahkanku dan menganggapku seperti aku tidak pernah ada. Ibuku... dia meninggal saat melahirkanku. Karena itu ayah menyalahkanku atas semua yang terjadi pada ibu. Tapi bagaimanapun juga dia adalah ayahku, dia tetap menafkahiku walau aku merasa tidak pernah dianggap", ucap Jennie mulai menangis. Lisa menyederkan kepala Jennie pada bahunya, kemudian ia mengelus rambutnya. Lisa jadi merasa bersalah.
"Kau tidak sendiri Jennie. Anggap saja kau dan aku memiliki ayah dengan tipe yang sama"
"Ada apa dengan ayahmu?"
"Ayahku itu aneh dan dia pemarah, hahahaha"
Lisa mengelus rambutnya. "Lalu kenapa Hanbin mengajakmu ke gudang?"
"Itu.. karena ia dan ayah akan pindah ke Amerika minggu depan. Hanbin memberitahu, tetapi ayah sama sekali tidak memberitahuku. Ah aku akan sangat rindu dengan kakakku itu."
"Jadi kamu akan sendiri di korea?"
"Lebih tepatnya begitu, tapi aku juga masih punya kakek dan nenek, walau kami jarang bertemu"
"Jika kau mau, kau bisa memintaku untuk menginap di sini. Jika kau mau sih"
Jennie menatap Lisa sambil menghapus air matanya. "Benarkah?? Kau akan tinggal di sini?"
"Hmm.. tapi tidak terlalu sering sih, kasihan kakakku"
"Terima kasih Lisa..", Jennie memeluk Lisa sangat erat.
"Aku jadi tambah enggak yakin bisa meninggalkanmu"
***
"Jennie!!!!!"
"Jennie-ahh jangan pergi, kumohon!"
"Kau tahu aku mencintaimu selamanya kan?"
"Aku akan menunggumu sayang. Kembalilah suatu saat padaku, aku mencintaimu dan sampai jumpa"
.
.
.
"LISA!"
Plakkkkk
Jennie POV
Aku membuka mataku, saat suara-suara itu menghantuiku. Semuanya terasa jelas dan suara itu tidak asing lagi.
Aku mengucek-ucek mataku kemudian melihat seseorang yang duduk di sampingku sambil memegangi pipinya. Reflek aku langsung duduk dan melihat ke arahnya.
"Lisa? Ada apa? Kenapa kau memegangi pipimu?"
Lisa diam tidak menjawabku, lalu ia menatapku dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Kau tidak sadar Jen?", tanyanya membuatku bingung.
"Sadar apa?"
"Kau menamparku tadi"
"Hah? Kapan?"
"Saat kau tidur, aku melihatmu tidur dengan gelisah. Kemudian kau seperti berbicara sesuatu, tapi aku tidak mendengarnya. Saat aku mendekatkan wajahku, tiba-tiba saja kau menamparku dan rasanya enak sekali Jen", sindir Lisa.
"Ah maafkan aku Lisa. Kalau tidurku terganggu, aku memang suka memberontak saat tidur. Jadi maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja", jelasku panjang lebar.
"Terganggu? Siapa yang mengganggumu?"
"Entahlah, suara-suara ini sudah lama selalu memanggilku. Tapi aku tidak tahu siapa yang memanggil"
Lisa tampak berpikir sebentar, tapi kemudian ia tidak menghiraukannya. Aku memperhatikan wajahnya, dan terpaku melihat bibirnya itu. Rasanya aku ingin mencicipinya.
"Lisaa"
"Iya?"
"Bisakah kamu-"
Ponsel sialan milik Lisa selalu mengganggu. Dengan cepat Lisa bangkit dan meraih ponselnya. Ia menerima panggilan, mungkin dari kakaknya.
"Jen, aku keluar sebentar", ucapnya kemudian meninggalkanku.
Setelah itu, ia kembali lagi ke kamar.
"Jen terima kasih telah membiarkanku untuk tinggal di sini sementara waktu", ucap Lisa tiba-tiba.
"Tidak masalah. Memangnya kenapa?"
"Aku akan mengemasi barang-barangku dan kembali ke rumah hari ini"
Aku tidak percaya ini. Lisa akan pergi meninggalkanku sendirian lagi di sini?
Bahkan, aku mengharapkan lebih banyak moment dengannya saat ia berada di sini. Tapi apa dia harus pulang secepat ini?"Kau akan pergi Lisa?"
Ku lihat ia mengangguk. Aku tidak tahu mood ku tiba-tiba saja berubah. Perasaan sedih, kesal, dan marah saling berperang dalam diriku. Aku tidak tahu kenapa, aku tidak ingin dia pergi. Belakangan ini aku sangat ingin menghabiskan waktu dengannya.
Aku rela ia mencium dan membiarkannya memiliki ku asal hanya dia seorang. Aku benar-benar menyukainya. Sebelumnya aku tidak pernah merasa seperti ini, bahkan saat aku pacaran dengan orang lain, mereka tidak akan aku biarkan untuk menciumku apalagi menyentuhku. Sumpah, baru Lisa seorang yang melakukannya padaku.
"Tidak bisakah kau tinggal lebih lama lagi denganku Lisa?"
"Maafkan aku Jennie. Aku ingin, tapi kakakku sudah menghubungiku untuk kembali. Aku akan berkunjung kemari lebih sering. Ayo bersiap-siaplah sebentar lagi sekolah, kita harus berangkat"
"Hm" jawabku singkat dan datar.
Next?
Gabut... hmz...
Judul yang tepat untuk drama di atas adalah...😆😂