Hari ini adalah hari spesial bagi Lisa dan Jennie. Dimana mereka telah mengikat hubungan mereka secara resmi di depan banyak saksi.
Banyak teman-teman Jennie yang menghadiri acara pernikahan, terpesona karena ketampanan Lisa. Sebenarnya Jennie sedikit merasa cemburu karena Lisa mengobrol dengan mereka begitu akrab, tapi Jennie berusaha untuk menyembunyikan rasa cemburunya.
Pernikahan telah selesai. Jennie lebih memilih untuk tinggal dirumah Lisa daripada tinggal di apartemennya sendiri.
"Sayang, apa kamu lelah?", tanya Lisa saat melihat wajah masam Jennie dan sikapnya tiba-tiba menjadi cuek. Lisa melepas jas hitamnya dan menaruh diatas ranjang.
Jennie tidak membalas dan memilih untuk duduk di depan meja rias.
"Ada apa denganmu Jen?"
"..."
"Jennie!"
"Aku cemburu! Puas!?", ucap Jennie sambil melihat cermin.
"Cemburu? Kenapa harus cemburu?", tanya Lisa.
"Kenapa sih wajahmu sangat tampan? Lihatkan teman-temanku banyak yang menyukaimu. Bahkan yang sudah punya pasangan juga ikut terpesona", ucap Jennie sambil melirik Lisa sebal.
Lisa terkekeh pelan lalu menghampiri Jennie. Kemudian Ia memeluknya dari belakang.
"Memangnya kalau aku jelek, kamu mau sama aku?", tanya Lisa sambil menempelkan pipinya pada pipi milik Jennie.
"... ya tapi kan, wajahmu itu TERLALU tampan Lisa!"
Lisa terkekeh pelan kemudian ia menempelkan dagunya dipundak milik Jennie . Ia mengecup pelan pundaknya.
"Enggak perlu khawatir sayang. Aku hanya milikmu, dan kamu hanya milikku juga. Jangan pikirkan hal yang enggak penting. Yang terpenting sekarang, kamu harus memikirkan kesehatanmu dan anak kita, hm?"
Jennie mengangguk malas. Ia menoleh dan mencium cepat bibir milik Lisa. "Maaf aku terlalu cemburu, aku hanya-"
Ucapan Jennie terpotong karena Lisa membalas ciumannya dengan cepat.
"Sssttt, enggak perlu minta maaf. Aku tahu wajahku ini suka menyebabkan masalah. Hahaha", bisik Lisa tepat di samping telinganya.
Jennie membalikkan badannya dan memukul pelan bahunya. Kini wajah mereka saling bertemu. Jennie duduk di kursi dan sementara Lisa berjongkok di depannya. Jennie menangkup wajah Lisa, lalu mengelus rambutnya, kemudian menyentuh bagian wajahnya dengan lembut.
"Wajah yang sempurna", ucap Jennie sambil tersenyum. Lisa membalasnya dengan senyuman.
"Bahkan sebelum kamu berubah menjadi pria, wajahmu memang sudah sempurna", ucap Jennie sambil memainkan rambut milik Lisa.
"Jika anak kita laki-laki, aku membayangkan akan seperti apa tampannya dia", sambung Jennie sambil menatap mata Lisa dengan sangat dalam. Jari jemarinya masih memainkan rambut hitam milik suaminya.
"Jika anak kita perempuan, cantiknya pasti sama sepertimu. Mungkin bisa saja lebih cantik?", ucap Lisa menggoda Jennie. Jennie mencubit pelan pipinya.
Jennie kembali tersenyum menatap Lisa. Lalu kembali mengelus wajahnya dengan lembut. Perlahan Jennie mendekatkan wajahnya kepada Lisa dan mencium bibirnya. Lisa memejamkan matanya dan membiarkan Jennie untuk menikmati bibirnya sebentar.
Kemudian, Lisa melumat bibir milik Jennie dan masih bertahan pada posisinya. Sementara jari jemari milik Jennie sudah memainkan kancing kemeja yang Lisa pakai.
Tok tok tok
Lisa dan Jennie menghentikan kegiatan mereka.
"Arghhh selalu saja ada yang mengganggu. Itu pasti Jisoo", ucap Lisa dengan wajahnya yang ditekuk.