Jisoo berlari-lari dari ruang kerjanya untuk mengambil kunci cadangan. Saat ia kembali, suasana di dalam kamar Lisa, tiba-tiba menjadi tenang. Suara gaduh tidak lagi terdengar.
Jisoo khawatir terjadi sesuatu pada Lisa. Dengan cepat ia membuka pintunya dan memasuki kamarnya.
Kamarnya sangat berantakan. Pecahan-pecahan kaca ada dimana-mana. Lemari, meja, kursi dan yang lainnya rusak. Cerminnya pecah dan bercak darah di sisinya. Noda darah berbekas di dinding putih kamarnya.
Dengan hati-hati dan gemetar, Jisoo berjalan menghampiri Lisa yang duduk di bawah ranjang sambil memeluk kakinya. Wajahnya ia sembunyikan. Beberapa luka goresan terlihat di tangan dan kakinya. Jisoo jadi sedih melihat keadaan Lisa.
"Lisaaa", panggil Jisoo. Perlahan Jisoo berjongkok dan mengusap kepalanya.
"Ada apa Lisa? Kenapa tiba-tiba jadi seperti ini? Kau bisa bercerita padaku Lisa, katakan semuanya. Aku akan mendengarkan semua ceritamu. Bila perlu kau bisa menyakitiku, tapi jangan menyakiti dirimu sendiri. Kumohon Lisa", ucap Jisoo tulus kemudian mengelus kepalanya.
Lisa mengangkat kepalanya dan menatap Jisoo. Matanya sembab karena menangis dan warna bola matanya berubah lagi menjadi ungu gelap. Sekarang Jisoo tidak terkejut lagi melihatnya.
"Jisoo-ah", ucap Lisa pelan.
"Katakan padaku tentang semuanya Lisa", Jisoo tersenyum.
"Ini semua sudah berakhir Jisoo-ah... aku ingin pergi", ucap Lisa sambil kembali menangis, kemudian memeluk Jisoo dengan erat.
Jisoo memeluknya dan mengelus kepalanya. "Tenang Lisa, jangan menangis. Di sini ada aku, kau bisa mengatakan semuanya padaku. Katakan sebenarnya ada apa?"
"Aku dan Jennie sudah berakhir, dan aku ingin pergi, ayo pulang Jisoo-ah", ucap Lisa semakin memeluknya dengan erat.
"Jangan terburu-buru Lisa, kau harus menenangkan dirimu dulu. Nanti kau bisa memikirkannya lagi. Di sini ada aku yang selalu bersamamu Lisa, tolong jangan sakit seperti ini. Kau membuatku jadi ikut sakit", Jisoo ikut menangis.
"Terima kasih Jisoo, kau adalah sahabatku dan kakakku. Aku menyayangimu", Lisa semakin memeluknya erat dan menangis.
Jisoo mengelus rambutnya, perlahan pelukan dari Lisa mulai mengendur. Matanya terpejam dan tangannya tergeletak ke lantai.
"Lisa! Ada apa! Lisa bangun!", ucap Jisoo kemudian membawa Lisa ke kamarnya. Karena tidak mungkin Jisoo membiarkannya berada di kamar yang berantakan dan dengan keadaan yang tidak memungkinkan.
Jisoo sedikit menepuk pipinya dengan pelan. Ia memegangi dahi dan pipinya. Sepertinya penyakitnya kumat lagi.
"Lisa jangan pergi", ucap Jisoo sambil menggenggam tangannya.
***
Hari ini hari pertama setelah hubungan Jennie dan Lisa berakhir. Sedari tadi, Jennie memperhatikan pintu kelas. Berharap mantannya datang rupanya.
Seseorang menepuk pundaknya.
"Mana Lisa?", tanya Seulgi yang membuat Jennie memutar bola matanya karena malas.
"Enggak tahu", ucap Jennie dingin.
Perlahan Seulgi mendekatkan wajahnya di telinga Jennie dan berbisik.
"Bukannya kau pacarnya? Seharusnya kau tahu kan?", bisik Seulgi.
"Kami sudah berakhir", ucap Jennie datar.