⚽ DUA PULUH TUJUH ⚽

2.7K 216 24
                                    

Semua pemain turun dari hotel menuju lapangan tempat latihan dan seleksi tahap pertama yang dilakukan oleh Luis Milla. Tidak ada raut wajah sedih, yang ada hanyalah gembira dan semangat juang yang luar biasa. Alma, gadis kecil itu telah menginspirasi latihan perdana bersama pelatih harapan baru pecinta sepakbola Indonesia.

Latihan pertama adalah tentang bagaimana melindungi bola, lalu soal fisik dan soal transisi. Hanya dasarnya tentang ketiga itu, berbicara pula soal persepakbolaan Spanyol. Semua terasa lebih ringan dibandingkan latihan di klub sebab pelatih menganggap semua pemain sudah dibentuk di klub masing-masing dengan baik, tinggal penyempurnaan ketika bergabung di Timnas.

Sekarang, hampir semua pemain memegang bola, kiper berlatih tangkapan, bek berlatih bertahan, sayap-sayap berlatih mendukung serangan dan penyerang berlatih finishing touch, permasalahan klasik di Indonesia. Setelahnya baru semua pemain dibagi menjadi dua tim untuk game internal.

Ricky Fajrin berlari menggocek bola tanpa peduli apapun, padahal Luis Milla tengah menginstruksikan sesuatu padanya ketika game internal dimulai. Posisinya bek kiri, dari penuturan Luis Milla agaknya Ricky diminta maju dan membantu serangan.

"Aku ora paham, Coach," teriaknya sambil berlari membawa bola maju ke depan. Memang aneh anak yang satu itu, bilang tidak paham tapi maju juga ke depan.

"Hahaha," tawa Satria Tama ketika timnya itu maju ke depan dan berteriak lantang.

"Ah, mahami bahasanya Coach Milla kaya memahami kode dari cewek," keluh Ricky Fajrin ketika kembali bertahan. 

Bang BES langsung memicingkan mata pada Ricky Fajrin dari tepi lapangan. "Ricky, Abang bilangin ke Coach Milla ya?"

"Ampun, Coach. Aku bocahmu," balas Ricky menjadi bahan tawa sampai Kurniawan Kartika sebagai penjaga gawang tim lawan dari Ricky Dkk kebobolan.

"Oon banget lo, Rick," tegur Bagas menempeleng kepala temannya itu.

"Canda doang, lagian latihan kok pada serius amat. Let it slow, Man. Subhanallah, aku habis ngomong bahasa Inggris ya? Warbyazah, Bali mengubahku dalam banyak hal," tuturnya membuat Bagas menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Peak lo, Rick!" Timbrung David yang berjalan di sebelah Ricky, sambil berusaha menjegal langkah Ricky namun gagal.

"Pemain depan kagak usah sok belajar tackling lu, Pid. Cukup pemain belakang yang ahli," candanya sedikit menyombongkan posisinya sebagai bek. Ricky jelas tahu bahwa semua pemain butuh kemampuan itu untuk bertahan.

"Riya' lu, Mas Chocochip," balas David membuat Ricky langsung menyentuh tahi lalat di hidungnya.

Dia tersenyum singkat, mengingat Alma, gadis kecil yang dia kenal lewat layar ponsel Febri tadi pagi dan semalam.  Gadis kuat yang menyuntikan semangat bagi beberapa pemain hari ini.

"Istirahat-istirahat," teriak Bang BES menerjemahkan kalimat dari Luis Milla.

Semua pemain menurut, menepi ke tepian lapangan. Sudah disediakan air minum dan pisang sebagai asupan nutrisi pagi ini. Memang sengaja mengambil latihan pagi agar tidak terlalu panas di siang hari. Nanti sore pun biar lebih fresh belajar bahasa Spanyol lagi.

Usai game internal, pelatih memberikan arahan kepada pemain. Salah satunya agar berani mengeluarkan kemampuan individu, percaya diri dan tidak egois selama di lapangan. Bek kanan dan kiri harus berani maju ke depan tanpa pernah lupa kapan dia harus kembali menjaga kedalaman. Cukup panjang masukan dari Luis Milla yang masih ditranslate oleh Bang BES.

Satu hal kebiasaan pemain timnas dari generasi ke generasi, setiap kali pelatih usai menyampaikan masukan, para pemain akan saling mengenal satu sama lain. Dengan cara membentuk lingkaran lalu berbicara apapun yang ingin mereka bicarakan.

Sayap GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang