⚽ DUA PULUH EMPAT ⚽

2.4K 192 0
                                    

Senja menyapa langit-langit Ibu Kota Negara pada pukul 17.51 WIB ketika Febri sampai di hotel tujuan berkumpulnya banyak pemain bola nan hebat. Dia datang bersama dengan Zola dan diminta untuk menunggu di lobi hotel oleh beberapa orang yang mengatakan dirinya sebagai official Timnas U-23.

Silih berganti datang pula pemain lain dengan wajah bangga juga senyum merekah bak bunga matahari di pagi hari. Warna kuningnya cerah, itu adalah kebahagiaan.

Beberapa pemain sudah terlihat akrab dan saling menyapa satu sama lain. Mereka adalah orang-orang lama yang akhirnya bertemu kembali pada sore ini. Seperti Septian David Maulana, Dimas Drajad dan Bagas Adi Nugroho yang akhirnya bisa reunian lagi. Ada pula Hansamu Yama, Putu Gede dan Evan Dimas yang langsung saling menyapa. Hanya Febri dan Zola yang canggung sendiri di tempat duduknya. Bukan, Marinus dan Osvaldo Haay pun terlihat diam saja di tempatnya.

"Febri?" Panggil seseorang dari arah belakang, menepuk bahunya.

"Eh, iya," jawab Febri membalikkan tubuhnya. Memandang tubuh terlatih bak tentara atau memang dia adalah tentara.

Andy Setyo Nugroho datang lebih dulu menyapanya. "Maaf, dapat salam dari tetangga saya, anak Magelang. Kalau tidak disampaikan takut dosa, amanah sih," katanya sedikit malu.

Bagi Febri itu biasa, bahkan sering kali dia menyampaikan salam untuk pemain-pemain lain dari Alma. Dan dia harus melupakan malu untuk menyampaikan amanah Adik tercintanya.

"Oh iya, wa'alaikumsalam. Btw, dapat salam juga dari Adikku, Alma," kata Febri akhirnya saling menjabat dengan Andy.

Datang kemudian Hanif Sjahbandi yang berlari-lari, berpikir bahwa dia terlambat. "Ah, ancur, kirain telat banget. Sudah lari-larian gini dari jalan di ujung sana. Macet banget ini, besok kalau TC boleh di tempat nggak macet nggak ya?" Keluhnya dengan napas terengah-engah.

Bagas yang memang terkenal sebagai sahabatnya langsung datang merangkul Hanif. Hanif yang tengah mengatur napasnya di depan Febri, Andy, juga Zola. "Manja banget, Pak. Makanya kalau disuruh cepat jangan nyantai," katanya mentertawakan temannya.

Febri hanya tertawa.

"Eh, hallo, Feb. Jumpa lagi kita. Btw, gimana kabar anak yang sakit leukimia kemarin? Siapa namanya, Alma ya?" Bagas bergantian menyapa Febri.

Tadinya, Febri pikir akan ada perbedaan sisi di Timnas U-23. Maksudnya pemain lama akan lebih sering dengan pemain lama tanpa suka menyapa pemain baru sepetinya. Tapi dugaan Febri salah, setelah saling menyapa sahabat lama, mereka lantas menyapa sahabat baru.

"Baik, alhamdulilah. Doanya besok dia harus pemeriksaan lagi. Kankernya semakin ganas jadi, ya begitulah," jelas Febri dengan mata berkaca-kaca. Dia ingat Alma di rumah, Adiknya itu harus berjuang tanpa dia esok hari.

Bagas mengusap lengan Febri. "Adiknya pacar aja bikin kamu hampir nangis gini apalagi Adiknya sendiri. Semoga Allah SWT, punya rencana yang indah. Jadi pengen ketemu sama dia, tak enak hanya kirim salam lewat kertas. Rasanya nggak sopan, ya nggak, Nip?"

Hanif mengangguk. "Iya, pokoknya sekali ada kesempatan, kita pasti temuin dia."

Febri mengangguk. "Mungkin kita semua harus menemui dia kapan-kapan, dia banyak mengidolakan orang-orang hebat di sini."

Zola masih bingung sendiri. Dia merasakan ada keanehan yang tidak dia mengerti. "Kok Alma Adiknya pacar kamu, Bow? Tunggu, siapa pacar kamu? Kok mikirinnya aja bikin pusing ya?" Menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya.

Hanif dan Bagas saling menatap sementara David datang dari sisi depan dan menimbrung ke dalam perkumpulan bersama dengan Dimas Drajad, Hansamu Yama dan Evan Dimas.

Sayap GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang