⚽ TIGA PULUH DELAPAN ⚽

2.1K 191 46
                                    

Pagi ini Indonesia nampak indah melalui Bandung, cerah, kabut tipis dan udara yang cukup sejuk. Beberapa pemain kembali tertidur usai berjalan gontai ke masjid, beberapa lagi sibuk melakukan pemanasan dan lari-lari kecil di sekitar villa. Sementara di luar gerbang, beberapa suporter sudah menunggu. Memang kabar tentang Timnas U-23 di villa ini menyebar dengan cepat. Terlebih setelah beberapa pemain mengunggah foto kebersamaan mereka semalam, dan memberi tag lokasi.

Sementara Alma dan Febri juga Hansamu Yama duduk di teras villa sambil memandangi lautan hijau dan rumah-rumah mungil kota Bandung.

"Indah ya?" Gumam Febri.

Alma mengangguk.

"Ini kan alasan kita berjuang mati-matian untuk negara? Negara seindah ini, sebagus ini, harus dikenal negara lain melalui berbagai hal. Entah pariwisata, SDM-nya atau bahkan kemampuannya," seru Hansamu Yama.

Febri mengangguk. "Negara seindah ini harus membuktikan kemampuan dirinya pada dunia."

Mereka bertiga mengangguk dan tersenyum. Kembali menikmati indahnya Nusantara meski yang terlihat hanya Bandung dan sekitarnya.

"A Febri, A Hanif, A Bagas, A David, A Yama, Aa Timnas," teriak yang dari luar ternyata sudah tidak sabar. Pintu gerbang memang sengaja dikunci sejak tadi, bukan apa-apa, ini masih terlalu pagi dan pemain belum bisa diganggu tidurnya.

Bukan sombong, bukan, hanya saja sudah ada waktu yang dipersiapkan. Dan waktu sepagi ini, bahkan saat mereka belum sarapan, itu bukan waktu yang baik untuk meet and great.

"Aduh sudah tidak sabar sepertinya," ujar Gavin Kwan berjalan dari arah dalam menuju ke tempat Alma, Febri dan Yama duduk.

"Udah bangun lu?" Tanya Febri sebagai sapaan pagi.

"Dari subuh keles, walaupun tidak sama dengan kalian, pagi-pagi nggak harus ibadah, bangun pagi terus gue mah. Anak baik sih," lagaknya sok rajin.  Tapi dia memang rajin, masih pagi tadi sudah beres-beres barangnya.

"Yuuhh, anak Mama paling rajin ini mah," goda Alma sambil menyenggol tangan kiri Gavin.

"Iya, dong," lagaknya menyombongkan diri.

Pagi-pagi ini memang waktu yang tepat untuk bercengkrama, meski telah banyak yang menunggu di luaran sana. Padahal yang di dalam, beberapa masih terpejam. Mama dan Mbok Nanik juga masih sibuk memasak, Pak Ujang dan Papa bahkan belum kembali dari kota untuk membelikan para pemain beberapa oleh-oleh.

Alma terus tersenyum sepanjang pagi, sambil berjalan-jalan bersama Hansamu Yama, Febri , ditambah Gavin Kwan sampai Rezaldi Hehanusa yang menyusul.

Sesekali melewati kerumunan Hydrangea yang indah di pojok taman villa, melewati Mama dan Mbok Nanik yang masakannya sudah sangat menggoda. Dan sempat menyentuh air di kolam renang yang dinginnya bisa merasuk ke dalam tulang. Melewati pula kamar para pemain yang masih terlelap, melewati kamar para pemain yang tengah bercengkrama.

"Selam..." Sapa Alma yang langsung terhenti saat melihat Bagas tak mengenakan baju, hanya celana panjang.

"Aaakkkk," teriak mereka Bagas semacam emak-emak yang lagi diintipin, sambil menutup dadanya.

Febri pun langsung menutup mata Alma.

"Eh, kalian ngapain berdua di kamar, yang satu nggak pakai baju?" Celetuk Rezaldi sambil menahan tawanya.

Memang di dalam kamar ada Septian David dan Bagas Adi yang tengah saling berhadapan. Dan keduanya langsung saling menatap, jijik pula satu sama lain.

"Nih, akibat LDR nih," kata Rezaldi Hehanusa lagi.

"Kalian?" Hansamu Yama pun menuduh dengan wajah syok plus jijiknya. Apa dunia benar-benar terbalik, itu mungkin yang dia pikirkan. "Istighfar, guys. Perempuan makin banyak kenapa malah pilih yang sejenis? Hewan yang nggak punya akal aja masih bisa pas milih pasangan, masa yang ada otaknya nggak bisa milih."

Sayap GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang