⚽ TIGA PULUH TIGA ⚽

2.3K 201 20
                                    

Thailand sore ini cukup menegangkan, Indonesia harus berhadapan dengan tuan rumah dalam laga perdana. Cukup berat mengingat track record pertandingan, statistik pertemuan kedua tim cukup mengerikan bagi Indonesia. Beberapa kali berhadapan lebih banyak kalah daripada imbang apalagi menang. Tetapi sepeti apa yang selalu Evan Dimas katakan, tidak ada yang tidak bisa dikalahkan kecuali Tuhan dan Orang tua.

Pedoman itu kini tengah bergema di telinga masing-masing pemain dalam sesi persiapan di ruang ganti. Bang BES mengungkit lagi tentang kalimat Evan Dimas di tahun 2013 kala itu, menginspirasi banyak orang. Dan Coach Milla, Ayah dari Timnas U-23 tak lupa memberikan masukannya, memberikan motivasinya kepada anak-anak yang ditemukannya dalam keadaan besar.

Dalam bahasa Spanyol Coach Milla mengatakan sesuatu yang membangkitkan, dan dalam bahasa Indonesia Bang BES menerjemahkan, "kalian adalah pilihan terbaik dari negeri yang besar. Jadi tunjukkan yang terbaik untuk negara dalam pertandingan perdana kali ini."

Semua pemain tengah memegang ujung-ujung, hingga sisi merah putih, menunduk dan mengilhami setiap kalimat, aliran darah yang mengalir, juga tulang-tulang mereka yang rasanya lebih ngilu dari biasanya.

"Come on, Boy. Be stronger!" Pekikan semangat terakhir dari Coach Milla.

Beliau memang bukan pelatih dengan suara keras yang tegasnya terkesan galak. Beliau adalah pelatih dengan sikap kebapakan yang jarang sekali ditampakkan oleh pelatih di Indonesia. Beliau selalu berpikir positif dan bisa memotivasi, itu yang akhirnya membuat beberapa pemain kagum padanya. Selain karena beliau ialah mantan pemain Barcelona.

"Hhhaahh!" Semua pemain berteriak kala diminta untuk mengeluarkan semua ketegangan. Sehebat apapun pemain, ketegangan itu selalu ada, hanya bagaimana mereka bisa mengendalikan.

Lantas bertepuk tangan setelah merasa ketegangan bukan lagi beban dengan merah putih masih dalam genggaman.

"Marilah kita memohon pada Tuhan, melalui kepercayaan masing-masing, Tuhan boleh berbeda tapi apa yang kita minta adalah sama. Berdoa, dipersilahkan!" Kata Bang BES langsung mendapat tanggapan berupa gerakan dari semua pemain dan official.

Yang Islam menengadahkan tangan, yang Hindu menempelkan kedua telapak tangan yang Kristen atau katolik menyatukan kedua tangan dalam satu kepalan. Sungguh indah perbedaan di antara mereka, ini baru namanya sepakbola menyatukan Indonesia.

Febri menangis dalam doanya, diremasnya merah putih begitu kuat, diucapnya janji-janji pada Tuhan, bahwa dia akan berjuang bagaimanapun untuk negaranya dan Alma, maka dia minta Tuhan untuk meridhoi semua perjuangannya.

Dia juga menangis karena untuk pertama kalinya bersegaram timnas dalam turnamen resmi tanpa Alma. Tanpa Alma yang bisa menyaksikannya secara langsung dari tribun. Jika Alma dalam keadaan sehat sama seperti kalian, mungkin berapapun uang yang harus dikeluarkan, Papa dan Mama pasti mengusahakan Alma untuk datang ke Thailand. Sayangnya itu, uang mungkin kuat, sebab Papa dan Mama masih sanggup mengusahakan, tapi fisik? Dokter bahkan tidak menjamin keselamatan Alma dalam perjalanan.

"Selesai," ucap Bang BES setelah semua merasa selesai akan doa-doanya.

"Em, Bang. Boleh minta waktu sebentar lagi?" Kata Hansamu melirik Febri di sampingnya.

"Silahkan, 5 menit saja. Kita harus persiapan masuk," kata Manajer Timnas U-23.

Semua pemain menaruh perhatian pada Hansamu Yama, sang pemegang ban kapten.

"Mungkin tidak semua mengenal siapa seseorang ini, tapi dia benar-benar butuh doa dari kita. Sebab dia telah banyak menginspirasi beberapa orang dari kita. Namanya Almaira Yumna, Adik dari Febri Hariyadi yang secara tidak langsung, dia adalah keluarga besar dari tim ini. Usai radioterapi, tubuh Alma melemah, badannya panas cukup tinggi dan belum membaik hingga saat ini. Bisakah kita luangkan waktu sejenak untuk berdoa?"

Sayap GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang