⚽ LIMA ⚽

2.8K 243 6
                                    

Latihan perdana dengan Persib U-21 yang akhirnya digelar di stadion SPOrT untuk sementara waktu. Sedang ada perbaikan di tempat latihan sebelumnya. Toh dimanapun latihannya, latihan ini tetap terkesan luar biasa bagi Febri atau bagi siapapun yang bergabung di sini.

Hari ini, benar kata Zola. Coach Djanur tengah memantau bakat-bakat muda di tubuh Persib. Terlihat beliau sedang duduk di tribun bersama dengan 2 orang lainnya, asisten pelatihnya. Catatan kecil tak lupa dibawa oleh beliau di tangan kiri, sementara tangan kanannya memegang bolpoin.

Febri menghela napas, lantas dia bersiap untuk menampilkan yang terbaik, yang diingatnya hanyalah mimpi-mimpi bersama Alma. Dan setiap ada kesempatan, tidak pantas untuk disia-siakan. Yang penting pun harus berusaha terlebih dahulu, berdoa dan takdir yang akan menentukan. Alma pun selalu bilang untuk menikmati proses yang ada.

Bagi Febri, pemikiran Alma itu lebih dewasa darinya, lebih tenang menyikapi segala hal dan pikirannya selalu saja bukan untuk sebuah kemubadziran. Mungkin, mungkin karena dia merasa hidupnya tak akan lama, maka tidak ada pikiran baginya akan kesia-siaan. Dia pun bukan orang yang suka meratap, baginya tersenyum adalah obat terbaik. Pada akhirnya, semua hal tentang Alma di atas adalah yang menguatkan Febri sampai detik ini atau mungkin sampai kapanpun.

Mulai dari dribling, berlatih menyundul bola, melindungi bola, merebut bola sampai banyak hal diajarkan di sini, bukan yang terlalu keras, tahap satu ini masih sangat ringan. Bahkan beberapa jam saja latihan sudah usai.

Sekarang pemain tengah duduk bersantai di tepi lapangan. Menikmati air mineral yang lebih menyegarkan dari segelas es teh ataupun es jeruk. Mereka semua duduk saling berhadapan, bersenda gurau, dan membicarakan banyak hal tentang bola. Sampai akhirnya mereka berbicara tentang chemistry.

"Kali-kali kita main, Lur. Kalau cinta itu datang karena terbiasa, mungkin kita bisa dapat chemistry karena sering bersama," usul Henhen setelah meneguk air mineralnya.

"Ogah ah, takut jatuh cinta sama kamu saya teh. Mending nyak main tanpa kamu, masalahnya kamu terlalu baik anaknya, nanti kalau main kejauhan, pulang kemalaman dimarahin Mama lagi," kata Zola bercanda dengan Henhen.

Menyenggol bahu Zola, "enggak gitu juga kali. Lah, saya mah udah gede, udah punya SIM sama KTP. Aman lah. Nah, kamu teh nonton film juga masih film kartun. Harusnya kamu nanti kebanyakan main dicariin Mama suruh tidur siang. Hahaha."

"Hahaha, bener itu. Sudah siang ini, pulang sana, ajeng dimarahin mama gara-gara teu kulem beurang," Celetuk rekan lainnya.

"Nah, eta."

Febri tersenyum saja, lucu menyaksikan Zola yang tadinya ingin memojokkan Henhen justru dia yang kena. Boomerang bagi dirinya sendiri.

"Feb, naon mane teh?"

"Henteu," jawabnya tersenyum lebar. Sedikit banyak dia mulai mempelajari bahasa Sunda meski tidak begitu benar.

"Ah, kita jalan-jalan saja keliling Bandung hari ini. Ngajak anak Solo biar lebih kenal sama Bandung. Dia mah pasti belum banyak tahu soal daerah Bandung, setuju?" Usul Zola yang lagi-lagi paling kecil dan paling cerewet.

"Nah, setuju." Yang lainnya berseru serempak.

"Jangan hari ini, lain kali saja. Saya ada urusan," tolak Febri yang lebih memilih menemani Alma dan itu jelas, atau bahkan mutlak.

Zola dan Henhen terlihat kecewa. "Urusan naon, Feb?" Dan mereka serempak bertanya.

"Ah, kalian mah berantem juga tetep weh kompak." Yang lainnya lebih dulu menanggapi.

Sayap GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang