⚽ EMPAT BELAS ⚽

2.2K 192 18
                                    

Gadis kecil yang rambutnya telah habis, beberapa bagian tubuhnya menghitam karena panas, tubuh tinggal kulit dan tulangnya itu tengah berbaring di atas tempat tidurnya, memandangi layar laptopnya di depan. Video-video yang dia minta terputar sendiri tanpa harus dia pencet atau yang lainnya.

Senyumnya selalu mengembang disetiap detik. Tahukah mengapa? Dia bangga melihat kemampuan Kakaknya yang semakin baik dan semakin baik. Baru berapa bulan bergabung dengan Persib Bandung tapi namanya telah dikenal dunia. Sampai ada yang bilang skill tingkat dewa dan memberi julukan RX-King juga Jet Darat atas kecepatan lari Febri. Apapun itu Alma bangga sekali.

"Teh, sudah ya? Nanti matanya sakit kalau lihat laptop terus berjam-jam. Istirahat sebentar nanti Pak Ujang bolehin lagi nonton video Aa," sudah memegang layar laptopnya.

Alma menggeleng, dia masih mau melihat Kakaknya yang sudah dua Minggu ini tak bisa pulang, Alma juga tak bisa mengunjunginya di Graha. Jadwal Febri pada salah satu turnamen panjang tidak resmi sangat padat, harus away ke beberapa kota dalam pekan ke 9 dan 10 ini, tak bisa dia pulang sesuka waktu untuk menengok Alma. Sesekali dia hanya bisa menyapa via suara atau video call.

"Teh, jangan begitu. Kita jalan-jalan sebentar, hirup-hirup udara segar di taman, habis itu nanti kita balik lagi. Bapak janji nanti muterin video Aa yang lebih banyak lagi. Ya, Teh?"

Alma menggeleng kecil. Sejujurnya bukan dia merasa tak butuh udara segar, masalahnya dia hanya ingin pergi bersama Febri, sekali saja setidaknya dalam seminggu. Yang pasti dia hanya rindu, saat-saat bersama Febri.

"Teh," Pak Ujang masih berusaha membujuk, bahkan Mbok Nanik yang sesekali menengok Alma pun ikut membujuk. Tidak satupun dari mereka bisa membuat Alma berhenti menonton video aksi-aksi Febri di lapangan.

"Pak Ujang keluar saja," usir Alma secara halus. "Nanti Alma panggil lagi."

Pak Ujang sudah tak bisa mengelak lagi, beliau hanya bisa menuruti dan keluar dari kamar Alma.

Sekian lama Alma hanya tersenyum di depan laptop, tersenyum untuk semua kemampuan Febri yang semakin berkembang. Lambat laun dia terlelap, hanyut dengan mimpinya di siang bolong.

Sementara itu, di Graha Persib, Febri tengah bersiap untuk kembali ke rumah. Tim dapat libur selama dua hari dalam turnamen panjang tidak resmi ini. Setelah bertandang ke Bali United, akan ada waktu senggang 3-4 hari sebelum pertandingan selanjutnya melawan Arema FC di kandang Persib.

"Buru-buru amat kenapa, Bow? Jangan kaya orang kesetanan gitulah," kata Zola yang juga tengah bersiap untuk pulang.

Febri tersenyum singkat. "Jadi begini ya rasanya taruna Akmil dapat pesiar, membahagiakan. Harus cepat-cepat menemui yang tercinta sebelum waktunya habis."

Zola menghentikan aktivitasnya, menatap Febri penuh goda. "Maksudnya Teh Milan?"

Langsung melempar bantal yang tadi sudah dirapikannya. "Milan lagi Milan lagi, jelas aku pulang untuk menemui Alma, Zola."

"Ah, masa'? Kemarin loh Teh Milan nitip salam buat kamu, katanya skill kamu makin keren."

"Wa'alaikumsalam," jawab Febri singkat, dia tak mau menanggapi skill atau apalah itu pujian untuknya. Dia selalu ingat ucapan Alma, agar dia selalu rendah hati dan tak terbang terbawa angin.

Zola mengernyitkan dahinya. "Aku teh bingung sama kalian, Bow. Kemarin Teh Milan aku tawarin nomor WhatsApp kamu, tapi dia bilang sudah punya jadi enggak perlu. Tapi teh kenapa gitu Teh Milan kirim salamnya harus lewat aku, kan WhatsApp langsung mah bisa. Sudah tukar nomor telepon juga masih ngerepotin orang lain."

Sayap GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang