⚽ TIGA PULUH EMPAT ⚽

2.1K 195 35
                                    

Hari ketiga berada di Thailand, hari kedua masih meratap, dan hari kedua pertandingan melawan Malaysia. Ponsel pemain masih dalam genggaman masing-masing, silih berganti memasang wajah cemberut, sekali kali mereka berpikir untuk bangkit, tapi yang ada justru ingin merajuk.

Semua pemain tengah dalam perjalanan ke stadion, tidak ada raut wajah yang terlalu gembira, semua ingin serius dan menunjukan yang terbaik. Tidak ada yang ingin mengecewakan, terutama keluarga mereka, sebab yang paling sakit karena ucapan nitijen bukan diri mereka sendiri tapi keluarga yang telah mendukung mimpi-mimpi.

Hansamu Yama yang mengambil duduk di di tengah-tengah agar bisa menjangkau semua anggota timnya mulai berdiri di tempat. Memandang sekeliling, sekali-kali dia menghela napas panjang.

"Boy, harus ya kita semurung ini memulai pertandingan kedua?" Kata Hansamu Yama telah menyiapkan ribuan kata-kata.

Bang BES, Coach Bima Sakti sampai Papi, dokter Timnas yang berkumis itu menengok ke belakang. Coach Milla, dan 2 asistennya juga ikut menengok tapi mereka tidak tahu apa yang dikatakan Yama.

"Sudah kubilang, jika tidak sanggup dengan semua umpatan dan caci makian itu, maka matikan komentar dan jangan buka Instagram! Tidakkah kalian bisa fokus saja pada taktik dan permainan dari pelatih?"

Semua orang memang masih terdiam, menunduk lesu, atau merasa sangat tidak sempurna.

Di bagian belakang ada Ricky, Satria Tama, Kurniawan Kartika Aji, Bule dan Gavin. Di depan mereka ada Bagas, David. Di depannya lagi ada Hanif dan Osvaldo, ada pula Evan Dimas yang memilih lesehan di antara kursi-kursi. Selanjutnya Mochammad Diky, Yabes Roni, dan Andy Setyo. Berlanjut sampai dibagian paling depan ada Febri dan Zola.

Mereka yang kemarin tidak bermain mungkin masih bisa bersemangat, tapi yang kemarin bermain dan melakukan kesalahan seperti hilang kepercayaan. Padahal ini baru laga kedua, jika bisa menang, mereka masih punya kesempatan.

"Jadikan sebagai evaluasi, berulang kali aku katakan! Jangan terlalu dipikirkan ketika mereka bilang anj*ng, ketika mereka bilang pemain titipan, ketika mereka bilang goblok! Mereka lebih goblok lagi karena berpikiran sempit!"

Sejujurnya, Hansamu Yama lebih emosional dari siapapun. Tim yang sudah berjuang mati-matian hanya dikatakan goblok dan anj*ng karena satu kegagalan, mereka merasa tidak dimanusiakan hanya karena kegagalan. Padahal mereka yang mengumpat kala Timnas kalah memiliki lebih banyak kegagalan dalam hidup mereka.

"Jangan lemah, Boy!" Teriak Hansamu Yama lagi membuat semua orang mengangkat dagunya. "Lemah kalian semua karena menyerah bahkan sebelum berperang!"

Semakin terangkat dagu itu.

"Buka grup!" Celetuk Ricky selalu mengubah suasana serius menjadi kurang klimaks.

📞 WhatsApp (Almanisty)

Almaira
Selamat sore
Selamat berjuang pahlawan
Yang kemarin adalah pelajaran
Hari ini adalah perjuangan
Dan esok adalah kemenangan
Btw Alma sudah keluar dari rumah sakit siang ini juga
Jadi Alma pastikan di depan televisi sambil tersenyum

Febri tersenyum getir, tapi pacuan semangatnya bertambah entah ribuan kali lipat. Sementara Yama masih di tempatnya meski sudah membaca pesan dari Alma, tidak ada yang langsung membalas.

"Kalian yang di grup sudah baca? Betapa kuatnya dia melawan semua hal yang paling menyakitkan. Kalian yang hanya sekali saja menyerah. Kalian lihat berapa kali Alma harus terjatuh, tertidur, merasakan sakit, ribuan kali. Dan dia tetap bangkit, tetap bermimpi dan tetap tersenyum. Malu! Kalian harusnya malu! Orang lain hanya bisa bermimpi mengabdi pada negeri di dunia sepakbola, tapi kalian yang diberi kesempatan hanya untuk menyia-nyiakannya? Bodoh!"

Sayap GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang