⚽ DUA PULUH DELAPAN ⚽

2.3K 200 6
                                    

Berkat keluarga baru, berkat nikmat Tuhan yang begitu indah, Febri menjelma menjadi seseorang yang kuat bagi Alma. Tiada alasan baginya terus meratap, meratap boleh, tapi tidak sampai lupa mengenai kewajibannya meraih mimpi dan membuat Alma tersenyum. Dia sangat berterimakasih pada Tuhan, telah mengirim pengingat yang baik seperti teman-temannya di Timnas U-23. Meski tidak bisa dipungkiri mereka masih silih berganti sebab masih dalam tahap seleksi.

Satu Minggu telah terlewat tanpa terasa, Alma yang tadinya kritis sudah siuman tiga hari yang lalu. Dia melewati masa sulitnya dengan sangat kuat. Masih sempat mengucap syukur sebab matanya masih bisa terbuka dan menyaksikan Febri berlaga kembali.

Padatnya jadwal liga 1 membuat semua pemain harus kembali ke klub masing-masing secepatnya. Tidak ada kata libur, maka hilanglah kesempatan Alma untuk bertemu dengan orang-orang hebat yang sempat menyapanya via suara. Termasuk Febri yang hanya bisa menjenguk Alma sehari saja, hari ini lantas esok akan kembali ke Graha.

Alma terkulai lemas saat Febri baru datang dan duduk di sampingnya. Senyum dan mata berkaca-kaca, rasa haru bagi Alma, melihat Kakak tercintanya pulang dari seleksi Timnas U-23. Bangga sekali Alma dibuatnya.

Febri memeluk Adik kesayangannya itu lantas dia kembali duduk dan menggenggam tangan Alma. Sekelebat dia ingat pesan dari David, Bagas dan Yama, mereka bertiga bilang untuk tidak menangis di depan Alma bagaimanapun kondisinya Alma. Justru akan lebih baik jika dia menceritakan kebahagiaannya bisa bergabung di Timnas U-23. Terdengar kejam memang, menceritakan kebahagiaan ketika Alma terbaring tanpa bisa merasakan bahagia. Tapi hanya itu yang bisa membuat Alma tersenyum dan sejenak lupa akan penyakitnya.

Kritisnya Alma sebelumnya pernah terjadi tapi tidak selama kali ini. Kemarin Febri sempat tersiksa berhari-hari karena dia harus latihan dan seleksi dalam keadaan cemas. Ia takut terjadi apa-apa dengan Alma sementara dia tidak bisa berada di sebelah Alma.

Tapi Tuhan masih memberi nikmat sekali lagi untuk kehidupannya. Dia masih sempat dipertemukan dengan Alma dan bercerita tentang banyak hal. Termasuk gilanya Evan Dimas selagi waktu istrirahat entah di lapangan ataupun di hotel tempat mereka berteduh.

"Evan itu memang orang yang bicaranya penuh dengan motivasi dan nasehat, tapi gaya penyampaiannya di balik kamera tidak mencerminkan kewarasan, hahaha," cerita Febri sambil terus menahan sesak melihat Alma semacam ini.

Alma yang hanya bisa menanggapi dengan beberapa kata saja dan hanya tersenyum. Sungguh tenaganya habis sekian hari tak bergerak apalagi membuka mata.

"Kabarnya dari Putu Gede dan Hansamu Yama, Dik. Evan habis putus cinta dari pacarnya, dan tahu, Dik, Evan Dimas manggil pacarnya, ralat, mantan pacarnya itu dengan panggilan apa?"

Menggeleng saja sebagai jawaban.

"Bunda, Dik. Bayangkan saja panggilannya Bunda. Kaya orang sudah nikah kan, artinya pun sekarang Evan Dimas adalah duda tapi nggak keren, hahaha."

Senyum Alma semakin lebar, nampak barisan gigi rapinya.

"Untung kamu kecentol sama Hanif sekarang, ah, tapi Hanif itu usil, Dik."

"Kakak diusilin sama Hanif?" Tanya Alma dengan suara rendah.

Febri menceritakan bagaimana usilnya Hanif selama seleksi seminggu kemarin, terutama usilnya dia pada Osvaldo Ardiles Haay. Selalu saja Osvaldo yang tak luput dari niat buruknya. Tetapi Osvaldo juga terima-terima saja, dia mah diapain juga terima.

"Usilnya sama Osvaldo pokoknya, Dik. Target utama keusilan Hanif Abdurrauf Sjahbandi ya itu, Osvaldo. Tiap hari bisa seratus kali bilang, 'Aduh Mama', hahaha."

"Khas orang timur," sahut Alma benar-benar lemah.

Mengangguk-angguk. "Di sana yang paling usil boleh Hanif Sjahbandi, Dik. Tapi yang paling lucu ya Ricky Fajrin sama Osvaldo."

Sayap GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang