CHAPTER 10

556 61 21
                                    

Acara saling memandang dan melempar senyuman seolah saling mengagumi dalam diam berlangsung cukup lama, sampai akhirnya Fika berpamit untuk pulang pada Rey, lagi pula ia sudah pergi dari sore tadi dan kini sudah malam. Fika takut orang tuanya khawatir dan tentunya kakak subahanallahnya itu marah.

Setelah berjalan menuruni ekskalator yang bejibun banyaknya, Fika akhirnya sudah keluar mall. Ia berhenti di depan mall untuk menunggu taksi, namun sudah ada lebih 15 menit ia nangkring disitu semua taksi yang lewat ada isinya. Sialnya hpnya juga mati, ah hp mah selalu gitu.

"Aelah, ini taksi mana sih. Perasaan yang lewat isi semua, yang kosong mana," gerutu Fika dengan berkacak pinggang kesal.

"Gue yakin pulang-pulang bunda pasti pidato, belum lagi papa, belum lagi Kak Aga. Ya Allah tolong Baim biar Baim bisa tolong Fika,"

......

Disisi lain, pria tampan ini berputar-putar mall seperti orang hilang arah dan tujuan. Bingung, satu kata yang dapat dideskripsikan untuknya saat ini.

Tapi ada untungnya juga Rey muter-muter di mall, cuci mata buat yang laen. Weks

"Duh, gue harus beli apa buat dia, tas? dia udah punya banyak, baju? takut kebesaran kaga mungkin kekecilan body aja kaya jajanan biting, sepatu? ah nanti ribut lagi," gumam Rey bicara sendiri.

Namun langka kakinya terhenti waktu melihat stan yang berisi berbagai jam tangan.

"Aha, beli jam tangan aja kali yah. Dia kan suka ngga tau waktu kalo pergi." ucapnya sambil memetikan jari tanda dapat pencerahan.

Tanpa pikir panjang Rey langsung menghampiri toko yang terbilang berisi jam tangan mewah dan pastinya bernilai mahal itu.

.......

Setelah dirasa cukup, Rey memutuskan pulang. Ia berjalan tergesa-gesa saat melihat arlojinya yang menunjuk pukul delapan malam.

Dengan langkah lebar, Rey menuju ke mobilnya yang terparkir di basman mall.

"Nah, udah dapet hadiahnya. Tinggal pulang," ucapnya senang yang kini sudah di kursi kemudi mobilnya.

Rey melajukan mobilnya keluar mall. Namun, ada sesuatu yang membuatnya berhenti. Ia melihat seseorang yang pastinya ia kenal karna baru tadi ia bertemu bahkan ribut dengannya.

"Itukan Fika, dia belum pulang. Udah jam delapan gini. Pasti orang tuanya nyariin nih. Jadi keingetkan sama dia," Rey menghela napas.

"Waktu dia belum pulang jam segini aja gue khawatir. Kayanya umurnya sama, bahkan lebih muda. Gue samperin gak ya, tapi...ah samperin ajalah kan kenal,"

Seusai berdebat dengan pikirannya, Rey memutuskan menghampiri gadis yang dikenalnya itu.

......

"Duhh, taksi taksi" gumam Fika.

"Fika,"

Yang dipanggil pun menoleh, Fika langsung tersenyum ramah saat mengetahui siapa yang memanggil namanya.


"Eh Rey yah?"

"Kok belum pulang, dah malem loh. Pasti orang tua lo nyarin,"

My Secret PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang