Farga mengumpat dalam hati. Ayolah, bagaimana tak kesal. Dia menunggu cukup lama di antara udara dingin malam ini. Tapi Rey sialan itu malah langsung membuatnya jatuh tersungkur akibat bogem mentah yang dia berikan. Farga dapat merasa ada cairan merah keluar dari sudut bibirnya.
"Gue mau bicara baik-baik. Nggak pakai kekerasan, jadi jangan pukul lagi, oke?"
Mencoba sabar dengan bernegosiasi itu jalan yang Farga pilih, ketimbang ia harus balas memukul Rey.
"Kalau lo ngajak gue ketemu cuma untuk mohon-mohon supaya gue restuin lo sama Key, jangan harap! gue masih berbaik hati dengan ngebiarin lo selalu jemput Key ke sekolah. Tahan supaya nggak hajar lo saat itu juga,"
Rey jujur dalam perkataannya. Demi apa, paginya harus selalu dirusak karena melihat sang adik selalu di jemput oleh orang yang ia benci. Rey bisa saja menghajar Farga, tapi Mr.John melarang Rey untuk itu.
Bahkan, papanya tidak memperbolehkan Rey menghalang-halangi hubungan Key dan Farga. Cih! apa-apaan. Namun, berat hati ia mengiyakan dengan tetap diam tanpa bertindak macam-macam.
"Bukan. Bukan soal hubungan gue sama Keyza,"
Alis Rey naik.
"Tapi lo,"
kerutan di dahi Rey semakin menjadi. Dirinya? bocah sialan ini berbicara apa sih?
"Jangan bertele-tele langsung ke intinya," ujar Rey.
"Jauhi Fika,"
Apa yang Farga lontarkan membuat Rey sedikit tersentak. Dia tahu? dari siapa? Rey memilih diam, menunggu apa yang akan Farga katakan lagi.
"Gue ngerti. Sebelumnya lo nggak tahu siapa Fika, tapi. Sekarang lo tau kan? jadi jauhi dia." Farga menatap lurus kedua manik mata Rey.
Apa tadi Farga bilang? jauhi? tanpa bocah ini harus susah-susah datang menemuinya, Rey juga sudah mulai menjaga jarak dengan adiknya itu, bisa dilihat dari abaian Rey untuk segala pesan atau panggilan Fika yang masuk ke ponselnya.
"Dunia sempet. Nggak nyangka dia anak dari si bajingan itu," desis Rey.
"Jaga bicara lo,"
"Memang kembaran bokap lo itu bajingan kan?"
Kuku jari Farga memutih, kepalannya mengencang. Emosinya bergejolak begitu saja.
"Pembicaraan kita selesai. Intinya, jauhi Fika."
"Selesai?" Rey tersenyum miring. Berjalan lebih dekat ke arah Farga.
"Lo suruh gue menjauh dari Fika yang kenyataannya keluarga lo itu, bahkan lo anggap adik. Sementara lo? bisa leluasa macarin adik gue, enak banget hidup lo."
"Gue pikir lo udah cukup dewasa untuk tahu kalau hubungan antara gue dan Keyza juga lo dan Fika itu beda perkara. Lo benci gue, karna gue bagian dari Keluarga Angkasa, apalagi lo ke Fika? lo tahu Fika anak dari om Abraham, pantas gue minta lo jauhin adik gue kan? pantas gue khawatir kan?"
Rey kembali tersenyum miring. Menatap muak ke arah Farga. Sungguh bisakah ia menghabisi bocah ini sekarang?
"Lo takut gue sakitin Fika? lo pikir gue jalin hubungan sama adik lo karna apa? kalau bukan karna gue cinta sama dia?"
"Gue tetap nggak akan biarin lo dekat dengan Fika. Rey, gue dan bokap gue aja lo sangat benci, nggak menutup kemungkinan kan, kalo lo–"
"Kalo gue juga bisa benci sama Fika. Itu kan yang mau lo bilang? lo takut dengan kebencian gue, gue bisa nyakitin dia." Rey membuang muka. Menghela napas kasar, dan kembali menatap Farga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Prince
Teen Fiction'Tentang rahasia yang mendatangkan luka dan derita hingga tak menyisakan tawa, namun ada satu cinta yang akan merubah segalanya' Dari luka yang perlahan hilang karna cinta Hingga dia yang datang mengembalikan ceria Dalam hidup Key, ia hanya tau bahw...