CHAPTER 17

353 57 33
                                    

Jika di tanya lelahIya, aku memang lelahSeandainya diperintahkan pergiBaiklah, aku akan pergiNamun jika aku diharuskan berhenti mencintaiMaaf, karna hati ini akan terlukai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika di tanya lelah
Iya, aku memang lelah
Seandainya diperintahkan pergi
Baiklah, aku akan pergi
Namun jika aku diharuskan berhenti mencintai
Maaf, karna hati ini akan terlukai

........

"Fika, kamu sudah persiapkan semuanya kan?" Tanya Mr. Bram disela makannya.

Fika yang sedang mengunyah makanannya hanya mengangguk. Farga yang duduk di sebrang Fika mengernyit, ada apa dengan adiknya itu. Wajahnya seperti sedikit murung.

"Fika, bunda harap kamu punya banyak teman di sekolah barumu ya," ucap Shinta seraya menuangkan minum di gelas suaminya.

Lagi, Fika hanya mengangguk. Farga semakin curiga dengan sikap Fika yang menurutnya kalem ini. Biasanya saja, jika sedang makan malam seperti ini ocehan Fikalah yang paling mengganggu gendang telinganya. Namun sekarang Fika cenderung lebih diam.

"Heh dok, ditanya cuma ngangguk-ngangguk doang punya mulut kan." Ucap Farga sambil mengunyah makanannya.

"Lagi ngunyah," balas Fika singkat.

"Itu bisa." Omel Farga.

"Kalo lagi makan nggak boleh ngomong, nanti kesedak." Ucap Fika, kemudian memasukan makanannya ke dalam mulut.

Baru Farga akan membuka mulut lanjut mengomel suara bundanya menghentikannya.

"Udah, kamu lanjut makan Ga." Ucap Shinta sebelum Farga mengicau lagi.

"Iya bun," ucap Farga singkat dengan melirik Fika.

Makan malam itu pun kembali berlangsung hening, hanya dentingan sendok yang berbunyi. Tak ada suara ocehan Fika seperti biasanya. Farga pun kembali memakan makanannya dengan sesekali meliriki Fika, tanda permusuhan. Memang dasar kakak adik.

Mr. Bram dan Shinta pun hanya bisa melempar pandangan heran, punya anak dua nggak pernah akur.

......

Fika menatap kolam renang yang terlihat sangat tenang itu. Pikirannya entah berkelana kemana, setelah tak sengaja mendengar pembicaraan orang tuanya tadi mood Fika berubah buruk. Ia jadi bingung bagaimana merubah moodnya menjadi baik lagi.

"Hei,"

Panggilan itu membuat Fika menoleh, namun sekilas. Setelah mengetahui siapa, Fika kembali dengan obyeknya.

"Lo kenapa?" Tanya Farga, ia mengambil duduk disisi Fika.

"Kenapa apanya?" Tanya Fika balik.

"Lo ada masalah apa?" Tanya Farga lagi, nada suaranya ia lembutkan.

"Kak, kakak nyuruh Fika curhat nih ke kakak? Serius? Biasanya kalo Fika mau curhat di larang. Katanya kuping kakak nanti sakit dengerin curhatan Fika," ucap Fika.

My Secret PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang