Di ruangan yang bernuansa putih dengan bau obat yang menyeruak ini, Key duduk dengan gelisah.
Wajah Farga yang tak kalah parah dari Rafi terus terputar di kepalanya bak kaset rusak. Key menghawatirkan Farga, sangat. Ponselnya mati, beginj lah cara kerja benda pipih itu. Mati saat di butuhkan. Menyebalkan, dan sekarang langit sudah gelap.
Key terus memikirkan apakah luka Farga sudah di obati atau belum? dia baik-baik saja atau tidak? dan yang paling penting apakah Farga marah atau tidak padanya.
Sedari tadi Key sudah ingin beranjak pergi, namun Rafi terus memintanya untuk tetap tinggal sampai cowok itu tidur, tetapi masalahnya Rafi sama sekali tak ada niatan menutup matanya agar terlelap. Pria itu malah memandang Key terus-menerus sampai Key merasa risih.
"Tidur kak, gue harus balik. Udah malem," ucap Key.
"Kamu nggak papa pulang sendiri?"
Rafi mengganti panggilannya jadi aku-kamu. Itu sangat terdengar tak enak di telinga Key, entah kenapa.
"Iya gue bisa pulang sendiri kok," Key tersenyum. Iya mulai akan berdiri dari duduknya, sampai Rafi dengan tiba-tiba menahan lengannya.
"Key," Rafi menatap Key tepat di manik matanya, Key memilih mengalihkan wajahnya."Jadi, siapa yang kamu pilih?"
Degggg
Seketika jantung Key serasa berhenti. Pertanyaan macam apa ini? Key ingin menghilang saja dari bumi.
"Jawab Key," Rafi berusaha mengubah posisinya menjadi duduk.
"Kak, gue pergi ya. Gue udah pesan taksi dan har-"
"Kamu pilih aku atau Farga?" sela Rafi langsung.
Key menghela napasnya pelan.
"Tidur udah mal-"
"Aku tanya sekali lagi aku atau Farga?"
"Farga," jawab Key langsung. Ia sudah mencoba menghindar untuk tidak menjawab pertanyaan itu, karna ia takut menyakiti Rafi. Tapi cowok ini terus saja bertanya.
Cekalan Rafi terlepas begitu saja.
Tanpa kata lagi, Key bergegas pergi dari ruang inap Rafi.
Rafi menatap ke arah pintu dimana Key sudah tak terlihat. Seringai licik tercetak jelas di wajahnya.
Tenang. Lo mungkin nolak gue sekarang, tapi gue pastikan sebentar lagi lo jadi milik gue.
.........
Sekarang, Farga hanya bisa duduk diam sembari menikmati rasa perih di wajahnya. Tunggu dan tentunya dengan alunan ocehan sang bunda.
"Sakit? masih mau berantem lagi?!" omel Shinta.
"Enggak bun," jawab Farga.
"Muka kamu bonyok kayak gini. Untung papa ada di London, coba kalau di rumah. Habis kamu," mendengarnya Farga hanya bisa mengangguk-angguk.
"Bunda pelan-pelan, sakit." protes Farga karna merasa Shinta terlalu keras dalam memberi obat merah di lukanya.
"Bunda udah pelan, itu sakit karna lukanya nggak langsung kamu obatin. Kemana dulu kamu? baru pulang. Padahal kata wali kelas kamu, kamu pergi dari sekolah udah dari jam ke enam.
"It-"
"Kak Aga!" teriakan sumbang itu langsung membuat Farga memutar bola matanya malas."Kak Aga kenapa? kok mukanya ancur gini?"
"Udah gue bilang nggak usah pake teriak-teriak, gue nggak bolot." kesal Farga.
"Fika syok tau!" balas Fika tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Prince
Teen Fiction'Tentang rahasia yang mendatangkan luka dan derita hingga tak menyisakan tawa, namun ada satu cinta yang akan merubah segalanya' Dari luka yang perlahan hilang karna cinta Hingga dia yang datang mengembalikan ceria Dalam hidup Key, ia hanya tau bahw...