CHAPTER 47

224 24 1
                                    

Farga memainkan jari jemarinya dengan gelisah. Hari sudah berganti malam, namun tetap saja. Gadis manis itu tetap setia menutup matanya.

Di rumah Sasa ini, Key masih tak sadarkan diri. Farga sudah memanggil dokter, dokter itu mengatakan bahwa Key hanya kelelahan.

Tapi yang jadi masalah, kenapa sedari tadi gadisnya tetap pingsan. Sungguh, Farga benar-benar khawatir.

Sekarang, di dalam kamar Sasa ini, Farga hanya sendiri terduduk di samping Key. Sasa sudah tertidur pulas bersama Dilla di kamarnya.

Dengan perlahan, Farga mengganti posisinya dari duduk di sofa menjadi duduk di samping Key di atas ranjang tidur itu. Di raihnya tangan Key lalu menggenggam nya, sesekali mengelus lembut punggung tangan Key dan mengecupnya dalam cukup lama.

Setelah itu, Farga berganti mengelus puncak kepala Key dengan hati-hati, seakan-akan kepala Key merupakan suatu barang yang akan hancur saat ia terlalu keras menyentuhnya.

"Bangun, kamu cuma pingsan kan?" ucap Farga.

"Aku disini. Mereka nggak akan menyakiti kamu lagi,"

'Mereka' yang Farga maksud tak lain adalah tiga orang tersangka yang telah di ungkap kebusukannya hari ini. Farga sangat marah dan kecewa ketika mengetahui itu semua. Nathan menjelaskan semua yang terjadi dengan begitu detail.

Saat mengetahuinya, Farga sangat terpukul ketika tahu perempuan yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu begitu tega merencanakan itu. Farga tak pernah menyangka kalau Ela mencintainya, Farga tak pernah menaruh hati pada wanita itu. Farga memang menyayanginya, namun hanya sebatas sahabat. Tak lebih, tak kurang.

Dan, jika memang Ela menyukainya dan ingin mendapatkannya. Bukankah tak harus dengan cara seperti ini? bukan dengan cara menyakiti banyak orang. Bahkan, gadis yang ia cintalah yang menjadi korban utama.

Farga bimbang. Ia kecewa, ia marah. Namun, ia tak bisa benci.

Lamunan Farga seketika pecah saat ia merasakan pergerakan kecil di jemarinya yang menggenggam tangan Key. Farga langsung menegakan duduknya.

Senyumnya mulai mengembang. Mata indah itu akhirnya terbuka, bola mata hitam pekat itu kini sedang menatapnya. Walau sangat kentara kesadarannya belum sepenuhnya pulih. Farga mengelus pipi Key.

"Hey, kamu udah sadar?"

Key mengerjapkan matanya beberapa kali, sampai akhirnya matanya benar-benar membuka sempurna.

"Ga,"

"Iya? Kamu perlu apa? oh iya kamu pasti haus. Sebentar," Farga mengambil segelas air mineral lalu membantu Key untuk meminumnya.

"Makasih," jawab Key setelah duduk dengan bersandar di kepala ranjang.

"Gimana keadaan kamu? Masih pusing?" Key mengangguk lemah.

"Sedikit,"

"Yaudah, kamu mau makan? Kamu pingsan dari siang. Pasti kamu lapar,"

Farga sudah akan beranjak dari tampatnya, sampai lengannya di tahan oleh Key.

"Jangan lama-lama," pinta Key, mendengarnya Farga tersenyum."Iya,"

...........

Farga berjalan menuruni tangga rumah Sasa dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Langkahnya terhenti saat suara Dilla terdengar.

"Lo nggak pulang kak?" Kejut Dilla.

Farga mengeluarkan cengirannya."Enggak,"

"Loh bukannya tadi Kak Farga udah jalan pergi?"

My Secret PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang