CHAPTER 24

276 38 0
                                    

Disini....
Di dekatmu, di hadapanmu,
Aku Menatap dan berusaha
Di hati ini....
Berkata, Berharap
Aku mengucap dan memanggilmu
Dan
Di raga ini...
Aku
Akan menarikmu mendekat hingga dapat ku dekap
Karena kamu...
Adalah bidadariku yang dulu hilang dalam sekejap

...........

Hari ini adalah hari senin, hari dimana para siswa akan mengeluh dan mengatakan sumpah serapahnya di pagi hari. Upacara, kegiatan rutin dan wajib dilaksanakan setiap sekolah. Dalam hal ini, bukan berarti semua siswa tidak punya rasa nasionalisme dengan tidak menyukai yang namanya upacara. Namun, terkadang masalahnya ada pada orang yang akan memulai pidato membosankannya, siapa lagi kalau bukan kepala sekolah. Jika belum ada yang pingsan di barisan, ia tak akan mau berhenti bicara. Bukankah itu sungguh mengesalkan?

Di barisan paling belakang ini, empat orang pria memasang wajah kesalnya. Segala makian dan eluhannya keluar dari mereka. Bahkan salah satu dari mereka sudah nampak macam orang depresi, lebay! tentu, karna sesungguhnya ia bukan orang melainkan spesies.

"Dasar Bekicot! bacot apa si dia lama amat!" Gerutu Yogi yang mulai ingin maju ke depan, menghentikan pidato berbobot Pak Basri, kepala sekolahnya itu.

"Iya. Udah panas desek-desekan, berdiri lama, dengerin pidato super panjangnya Pak Basri lagi, gue pengin banget ke depan dan jejelin mulutnya Pake mic," kesal Nathan juga.

"Woi, lo berdua. Gak sopan tau gak. Dia kepala sekolah kita," protes Fathur yang masih mempunyai jalan pikiran yang cerah, tak seperti dua makhluk itu.

"Halah, lo juga dihati pasti nyumpahin tuh lampu taman yang kagak-kagak kan?"

"Gak ya, gue murid patuh dan menghargai guru." bela Fathur atas ucapan Nathan.

"Prettttt," ujar Yogi dan Nathan bersamaan.

"Anjir," umpatnya.

Disaat para sahabatnya sedang ribut seperti itu, Farga malah tetap menatap ke depan dengan serius. Seolah ia tak merasakan eluhan yang para sahabatnya rasakan, Farga memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut Pak Basri. Menunggu apa yang ia tunggu, Farga memang sempat mengumpat karna kepala sekolahnya itu tak kunjung membicarakan apa yang ia tunggu.
Sampai akhirnya, seulas senyum mengembang di bibirnya kala Pak Basri mulai mengatakan hal yang ia tunggu.

"Anak-anakku. Bapak selaku kepala sekolah SMA Garuda, sangat bangga dan senang atas sebuah prestasi yang telah membuat nama sekolah kita semakin baik dimata masyarakat." ujar Pak Basri bersemangat.

"Prestasi yang diberikan dari salah satu murid sekolah kita yang berasal dari kelas XI IPA 2, Nadzira Keyza Gruve."

Senyum Farga mengembang sempurna, akhirnya. Ia menunggu saat-saat gadisnya itu dipanggil dan mendapatkan ucapan selamat. Farga melangkah maju, melewati barisan depannya agar bisa berada di paling depan. Dengan begitu, ia lebih leluasa melihat Key.

"Hem, noh si Farga main nyempil aja ke depan."

"Biarin lah Thur, dia palingan pengen liat si Key."

"Keyza telah menempatkan dirinya menjadi juara 1 dalam lomba akademik, yaitu fisika tingkat nasional. Untuk itu, bagi saudara Keyza bisa maju ke depan." lanjut Pak Basri mempersilahkan Key ke depan.

My Secret PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang