Semangat membaca para Readers
.....Shinta menghela napas panjang, ia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Pusing kala melihat sang suami, lagi-lagi berkutat dengan laptop walau di rumah.
Lama-lama itu laptop bisa menjadi pelakor dalam hidupnya. Pagi, siang, malam tatap-tatapannya sama laptop. Ini yang sini di anggurin. Kan nyesek, Shinta tak bisa diam saja. Bisa-bisa suaminya akan lebih jatuh cinta dengan laptop ketimbang dirinya.
Bukan hanya pasal cemburu saja. Bram, suaminya itu juga jadi kurang istirahat. Shinta takut kalau suaminya akan sakit. Jika sakit, baru gelendotan. Pas sehat istri di cuekin. Dasar.
Dengan langkah panjang Shinta langsung menghampiri suaminya, tunggu tak lupa dengan laptopnya.
"Pah, udah dong kerjanya" eluh Shinta dengan berkacak pinggang.
Mr. Bram yang sedang mengetik pun jadi menoleh sebentar, ingat sebentar. Setelah itu, ia kembali mengetik. Dasar laptop PHO.
"Pah, bunda lagi ngomong ini. Kok diem aja," protes Shinta lagi.
"Bun, papa lagi kerja" balas Mr. Bram, kini sudah menatap istrinya dengan benar.
"Kerja? Kalo kerja sana di kantor, gak usah pulang. Pulang ujung-ujungnya kerja sama aja bohong. Setor muka doang," cerocos Shinta.
Mr. Bram yang menyadari bahwa istrinya ini sedang merajuk jadi berdiri dari duduknya dan menghampiri Shinta.
"Yaudah, papa berhenti kerjanya" ucap Mr. Bram mengalah.
"Gitu dong, kamu itu bisa sakit pah. Udah tinggalin dulu selingkuhan kamu itu. Kita makan yuk," Mr. Bram membulatkan matanya sempurna. Hah? Selingkuhan?
"Bun, papa itu setia sama bunda. Papa gak punya selingkuhan, beneran" dia mulai kelimpungan sendiri.
"Itu apa," tunjuk Shinta.
Mr. Bram mengikuti arah telunjuk istrinya, ia kaget. Apakah istrinya mengira ia akan berpaling darinya hanya karna laptop?, istrinya mengira ia selingkuh dengan laptop? Ia masih waras untuk melakukan itu.
"Bun, gak mungkin papa selingkuh sama laptop. Papa masih waras, masih suka manusia. Kalo mau selingkuh juga pilih-pilih," Shinta mendelik langsung.
"Oooohhh, papa mau selingkuhin bunda hah! Udah ada rencana? Iya?"
"Ehh, enggak bun enggak. Masya Allah, bun. Papa masih ingat janji suci kita bun. Enggak," Mr. Bram berusaha meyakinkan.
Dibalik wajah garang dan galaknya, juga sikap tegasnya. Mr. Bram sangat mencintai juga menyayangi istrinya. Ia paling takut jika istrinya marah. Tapi ia bukan suami takut istri. Ia hanya tak ingin istrinya marah padanya, nanti tak dapat jatah. Ehh
"Udah ya, yuk kita makan." Ucap Mr. Bram lagi dengan merangkul bahu istrinya lembut.
"Yaudah ayo," Shinta menuruti, ia tersenyum simpul.
Sebenarnya ia sangat percaya bahwa suaminya ini setia, hanya saja ia harus seperti ini dulu agar suaminya berhenti bekerja.
.......
Setelah makan siang selesai, Shinta menemani Bram duduk di taman. Mereka ingin menghabiskan waktu sebentar, agar tidak menganggu Fika di perintahkan untuk membeli keperluan dapur bersama pembantunya ke supermarket. Karna anak rajin ia mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Prince
Teen Fiction'Tentang rahasia yang mendatangkan luka dan derita hingga tak menyisakan tawa, namun ada satu cinta yang akan merubah segalanya' Dari luka yang perlahan hilang karna cinta Hingga dia yang datang mengembalikan ceria Dalam hidup Key, ia hanya tau bahw...