CHAPTER 37

165 19 0
                                    

Hembusan napas berat, Farga keluar begitu saja. Menatap layar ponselnya dengan perasaan gundah, sedari tadi Key sama sekali tak menghubunginya. Padahal Farga sangat menantikan pesan dari kekasihnya itu.

Apakah Key tak menghawatirkannnya? Apakah Key sudah tak peduli dengannya? apakah Key sudah tidak mencintainya?

Dugaan-dugaan konyol itu mulai timbul di benaknya yang langsung ia tepis.

Selang beberapa waktu, pintu kamarnya ada yang mengetuk. Kemudian, munculah sang bunda dari balik pintu.

"Ga," panggil Shinta. Farga menegakan duduknya, menunggu perkataan selanjutnya.

"Cepat turun, Keyza ada di depan."

.........

Hening.

Dua makhluk yang saling mencintai ini tetap menutup mulut mereka meski sudah duduk bersama. Canggung, mungkin itu yang mereka rasakan. Entah kenapa.

Sesekali Farga melirik ke arah Key, begitupun sebaliknya. Seperti ada sesuatu yang menahan mereka.

Udara dingin di malam hari tak menggangu mereka sedikit pun, di keadaan seperti ini justru membuat udara seakan panas.

"Aku,"

"Aku,"

Farga dan Key saling menatap, mereka mengatakannya bersama-sama.

"Kamu dulu," Farga mempersilahkan Key untuk berbicara terlebih dahulu.

"Kamu dulu aja,"

"Enggak, kamu aja dulu." Farga menggaruk tengkuknya, ini kenapa dia salah tingkah begini.

"Yaudah," Key Menghela napasnya pelan."Kamu marah ya Ga sama aku?"

Farga yang menatap ke atas langsung mengalihkan pandangannya pada Keyza.

"Aku keterlaluan ya tadi?" tanya Key lagi.

Diam.

Farga tak menjawab pertanyaan dari Keyza, namun matanya tetap setia memandang Key. Key yang melihat Farga diam saja jadi merasa takut.

"Ga. Jangan diem dong, kamu marah ya?" Key memegang tangan Farga yang bebas.

Diam.

Lagi-lagi Farga masih tetap menutup rapat mulutnya, mata Key sudah berkaca-kaca. Ia takut Farga teramat marah kepadanya, Key juga merasa bersalah.

"Farga jangan lihatin aku kayak gini dong. Aku takut," ucap Key, ia lalu menutup wajahnya.

Key sudah sangat ingin menangis. Ia tak mau menangis di depan Farga, tapi ya namanya juga air mata. Gak bisa di ajak kompromi.

Key menangis dengan tangan yang menutupi wajahnya.

Sedetik kemudian, dengan tiba-tiba Farga menarik Key ke pelukannya. Mendekap tubuh Key dengan erat, sembari mengusap lembut rambut Key yang terurai indah.

Key langsung membalas pelukan Farga, bukannya tangisannya berhenti perlakuan Farga ini malah membuat Key tambah menangis.

"Hust, jangan nangis." ucap Farga tepat di telinga Key.

"Kamu marah?" tanya Key keperkian kalinya.

"Engga," jawab Farga.

"Bohong!" sahut Key.

"Aku nggak marah, hanya sedikit kesel aja karna kamu milih tolongin Rafi daripada aku,"

Key menarik diri dari pelukan Farga.

"Berarti kamu marah!" ucap Key dengan nada lucunya.

Semenjak berpacaran, entah kenapa sikap galak dan keras Key luluh begitu saja.

My Secret PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang