CHAPTER 44

174 18 0
                                    

Yogi dan Nathan dengan sisa kesabaran mereka terus mendekam di dalam mobil. Menunggu seseorang keluar dari sebuah rumah yang cukup besar yang sedang mereka amati.

"Gue seneng deh main ginian, berasa detektif." celetuk Yogi.

"Ini gue lagi nahan emosi karena nungguin si Rafi nggak keluar-keluar, Lo jangan bikin gue makin emosi." Kesal Nathan.

"Santai cuy. Kitanya aja yang kepagian, kan si Dilla bilang kalo dia dengernya Rafi sama Ela bakal ketemuan jam sebelas, eh kita saking semangatnya Dateng kesini jam sembilan."

"Iya juga sih, bodo lah. Intinya, gue nggak sabar liat Farga ngabisin si Rafi,"

"Than, bukannya udah yang waktu itu? bahkan si Farga sampai di hukum suruh bersihin toilet kelas sepuluh sendiri, mana pas itu lagi patah hati lagi,"

"Kan itu kita nggak liat kampret," gemas Nathan.

"Oh iya yak,"

"Heh, noh kikil soto dah keluar. Cepetan hubungin si Dilla," ujar Nathan sesaat setelah melihat Rafi keluar rumahnya.

Yogi pun dengan cepat menghubungi Dilla.

"Hallo Dill, ini si Rafi udah cabut. Tinggal tunggu si Dinda aja, baru deh tuh Lo bawa Key ke rumah Ela."

"Iya, ini si Key lagi izin sama kakaknya. Gue udah siap berangkat,"

"Ya udah, gue matiin ya. Bye,"

"Gimana?" Tanya Nathan.

"Udah beres, cepetan jalan. Kita ikutin si Rafi, takutnya dia kemana dulu gitu."

........

Dilla duduk di dalam mobil miliknya, menunggu Key yang sedang berpamitan kepada Rey.

Setelah tadi Yogi yang menelponnya, kini giliran Sasa. Dilla dengan cepat langsung mengangkatnya.

"Hallo, gimana?"

"Gue mulai melaksanakan rencana nih, doain ya!"

"Pasti. Yang bener Lo ya ntar,"

"Beres,"

"Pokoknya Lo harus bikin Dinda Dateng setelah Rafi,"

"Tenang aja"

"Ya udah, sana cepetan. Tuh Key udah keluar,"

Melihat Key yang semakin akan masuk ke mobilnya, Dilla langsung mematikan sambungannya.

Kalau gue jalan sekarang, nggak pas dong momennya. Gue harus cari cara.

"Key, kita ke toko brownis langganan nyokap gue dulu ya, soalnya tiba-tiba nyokap pesan tadi."

"Ya udah ayo," Dilla pun mulai melajukan mobilnya.

Dilla harus mengulur waktu, sembari menunggu Sasa yang melancarkan rencananya.

...........

Sasa menarik napasnya dalam-dalam. Ia harus melaksanakan tugas dengan benar, ia berharap bahwa sekali saja dirinya bisa benar. Ia takut melakukan hal bodoh seperti biasanya, Sasa jadi bingung. Kenapa sejak awal bukan Dilla saja yang mendapat tugas ini, kenapa harus dirinya?

Sasa mengetuk pintu rumah Dinda, selang beberapa menit pintu pun terbuka. Dinda muncul dari balik pintu.

"Sasa? Ngapain? Lo kok tahu rumah gue?" Dinda sempat terkejut melihat adik kelas yang satu geng dengan Key ini datang ke rumahnya.

"Halo kak, boleh bicara sebentar ngga?"

.......

Dinda mengatur napasnya yang mulai naik turun.

My Secret PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang