__
_
_
Yuna berjalan tertatih saat bus umum yang di tumpanginya berhenti— susah payah dia melangkah karena luka di lututnya. Yuna mengalihkan pandangan ketika melihat pantulan dirinya di depan kaca sebuah toko dipinggir jalan.
Ini sangat mengerikan. 'Gumpalan tepung?' Memang cocok buatku.
Dia tersenyum masam dan kemudian memutuskan melangkah. Sebagian orang selalu berkata bahwa penampilan tidak terpenting—yang penting adalah hatinya. Dia menyunggingkan senyum seakan tak percaya akan hal itu, semua seperti omong kosong..., karena pada dasarnya manusia akan menilai dari apa yang terlihat lebih jelas oleh mata dari pada hati mereka.
Yuna menarik nafas dalam ketika melihat pintu besi didepannya sudah terpampang jelas. Pintu pun terbuka setelah Yuna memasukkan pin apartemen mereka.
"Aku pulang!" Teriakknya menyemangati diri.
Seperti biasanya, tidak akan ada yang menyambut kepulangannya. Dia berjalan ke kamar dengan langkah yang terpincang-pincang.
"Sudah selesai kencannya?"
Ketika Yuna ingin memutar knop pintu kamar suara itu tiba-tiba saja mengagetkannya. Dia pun memutuskan untuk berbalik kearah suara itu berasal.
"J-jungkook?"
Yuna begitu terkejut melihat Jungkook yang sudah berdiri tidak jauh darinya.
"Iya. ini aku. Kenapa?, sepertinya kau terkejut ketika aku mengetahui kau telah selesai selingkuh." Katanya ketus.
Selingkuh? Aku? Yang benar saja.
"Apa? Se-selingkuh?"
"Haha. tidak usah gugup seperti itu. Aku tidak akan marah. Lagi pula buat apa aku marah, aku juga tidak tertarik denganmu." Katanya sambil melangkah melewati Yuna dan mengambil buah apel yang ada di dalam lemari pendingin dan hendak kembali kekamarnya.
"Ternyata masih ada yang seleranya dengan gadis dwaeji sepertimu." Lanjutnya dengan menatap Yuna dari bawah sampai ke atas sambil menampilkan senyum smirk nya.
______
Mendengar perkataannya barusan membua hatiku terasa sangat sakit.
Ada cairan yang mengalir membasahi pipiku. Aku tidak menyangka air mataku jatuh dengan sendirinya.
Apakah aku sehina itu. Apa salahku. Kenapa kau begini Jeon Jungkook.
Ibu.., aku merindukanmu. Sungguh.
Dadaku sesak. Aku tidak bisa bernafas. Aku tidak tau seperti apa sekarang. Rasanya aku ingin berteriak dan mengeluarkan semua yang ada di hatiku, tapi aku tidak bisa.
Aku juga tidak mau hidup seperti ini. Bukankah aku juga manusia. Aku juga layak mendapat rasa simpati kalian.
Aku takut isakan ku semakin kuat aku berjalan menuju kamarku dan menutup mulutku dengan kedua tanganku agar isakan ku tidak terdengar hingga keruangan Jungkook.
Aku terluka.
_____
Sudah tiga minggu sejak kejadian itu. Aku bertemu dengan N dirumahnya. Sebenarnya dia mengundangku sudah lama, tapi aku tidak menghiraukannya. Pada akhirnya aku dipaksa olehnya saat pulang sekolah tadi.
Sebenarnya tidak apa-apa karena Jungkook sedang ada tour diluar negeri untuk enam bulan kedepan ini.
"Yak! Han Yuna." Teriak seseorang dari lantai dua kemudian berlari menuruni anak tangga dan memelukku.
"Eonni, jangan seperti ini. Aku tidak bisa bernafas." Jelasku sambil melepaskan pelukannya.
Dia adalah Cha Eun San kakak perempuannya N. Dia begitu menyayangiku melebihi N adiknya sendiri dan itu sering membuat N kesal karenanya.
"Aku merindukanmu. Ayo kita ke kamarku. Aku ingin bercerita banyak padamu." ajaknya sambil menarikku meninggalkan N.
"Ah.., noona. Aku ada urusan dengan Yuna. Jangan bawa dia." Rengek N.
Tapi rengekan itu sontak membuat Eun Sanpun melihatnya tajam. Ketahuilah itu adalah senjatanya untuk memenangkan pertengkaran.
"Nah ceritakan bagaimana pernikahanmu." Tanyanya ketika kami tengah sampai di dalam kamarnya.
Yah keluarga Cha mengetahui pernikahanku, karena mereka sudah kami anggap keluarga terdekat kami. hanya mereka yang kami punya.
Kenapa harus pernikahanku?
Seketika itu. Air mataku menetes lagi, dan sontak aku menangis di pelukaannya—membuatnya panik melihatku.
"Ada apa?" Tanyanya khawatir, "tidak apa-apa, ceritakan padaku. Tenanglah Yu."
Dia berusaha menenangkanku. Bukannya tenang, aku malah menangis sejadi jadinya. Setalah perasaanku sedikit lega aku melepaskan pelukanku dan mulai bercerita semua kepadanya.
"Bisakah kita tidak membahas ini. Hatiku sakit saat mengingatnya—ini menyakitan. " Aku menarik nafas panjang. "Terkadang aku ingin menyerah dengan semuanya, mungkin kami memang ditakdirkan untuk tidak bersama. Lihatlah. Ini sangat buruk. Bagaimana bisa gadis sepertiku berdampingan dengan pangeran yang dipuja sejuta ummat? Aku lelah. Sungguh. " Jelasku sambil sedikit terisak.
"Mau aku bantu?" Dia menggenggam tanganku lembut, "aku akan berusaha untuk membuatmu kelihatan cantik. Bagaimana?"
Aku mengerutkan keningku. Apa maksudnya?
"Sudahlah turuti saja. Misi kita adalah untuk membuat suamimu jatuh cinta." Dia menarik turunkan alisnya. "Sekarang dengarkan aku. Kau harus mengatur pola makanmu. Pertama, kau harus makan tiga kali sehari dengan ketentuan, Makan pagi kau akan makan layaknya seorang tuan putri kau bebas makan apa saja. Makan siang, kau makan seperti rakyat biasa. kau tidak boleh makan makanan yang mengandung lemak."
Dia mulai bangkit dari tempat duduknya dan berdiri di depanku.
"Makan malam, kau seperti gelandangan. Bahkan tidak makan sama sekali, dan sebelum tidur kau harus melakukan lompat tali selama tiga puluh menit. Itu sama saja dengan kamu membakar kalori sebanyak berlari dua kali putaran. Aku akan mengawasi semua kegiatanmu. Oh yah jangan lupa untuk datang ke klinikku sekali seminggu untuk mengontrol dan mengambil obat agar kau tetap kuat walaupun tidak makan. Obat itu dapat menahan nafsu makanmu" Jelasnya.
Aku hanya mengangguk dan menuruti sebisa mungkin apa yang dikatakannya. Karena selain cantik dia juga merupakan salah satu dokter kecantikan terkenal yang ada dikorea.
_____
Aku tinggal dirumah N selama enam bulan kedepan ini. Tidak terasa aku sudah dua bulan disini dan melakukan program diet yang dikontrol olehnya langsung.
Aku hampir mati menahan semuanya, tapi aku ingin berubah. Aku tidak ingin seperti ini.
Semoga keputusanku tepat.
****
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MOODBOOSTER (SUDAH TERBIT)
Fanfiction[SUDAH TERBIT] Tidak ingin berharap banyak. Aku hanya ingin kau menganggapku ada. Memberiku tempat dimana ada bagian terkecil dari hatimu yang mampu aku tempati. Aku sudah terlanjur masuk kedalam duniamu, walau tanpa ijin darimu. Karena pada dasarn...