__
_
_
Sebagian orang berpendapat jika pernikahan itu sangat menyenangkan— tapi tidak untukku. Aku hidup diantara bayang-bayang rasa bersalah dan ketakutan.Aku tidak bisa berharap seperti beberap tokoh putri disney yang mendapatkan pangeran dan hidup bahagia. Biarkan itu jadi cerita dan ini lah kenyataannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, fokusku teralih ketika melihat Jungkook yang keluar dari kamar sedang menata rapi kemeja yang tengah dipakainya.
"Jung, apakah kau tidak sarapan lagi?" Tanyaku ketika Jungkook berjalan melewatiku begitu saja.
"Sudah berapa kali kukatakan, jangan bertanya seperti itu padaku. Kau tahu.., aku muak mendengarnya. Melihatmu disitu saja sudah tidak membuatku berselera makan."
Jungkook menatapku dingin, dan itu membuatku menunduk ketakutan. Sakit. Pasti. Aku bahkan tidak sanggup melihat pantulan diriku yang terpampang pada punggung sendok yang berada diatas meja.
"Jangan buat mood ku berantakan tiap pagi, lebih baik kau tidak pernah bicara padaku." Lanjutnya sambil pergi meninggalkanku.
Benar. Untuk apa bicara kalau saling menyakitkan. Aku hanya perlu mengabaikannya. Aku ini hanya alat agar dia bisa terbang tinggi meraih impiannya.
______
Sesampai di lingkungan sekolah aku sudah menghela napas panjang. Akan ada badai yang harus ku hadapi di depan sana.
Mereka menatapku seakan aku adalah seorang pembunuh. Aku mendengar bisikan mereka dengan jelas ditelingaku.
'Hei gadis itik buruk rupa', 'badut sekolahan', dan yang paling menyakitkan adalah ketika mereka mengatakan 'aku tidak akan bisa hidup jika keadaanku seperti dia.
Yah.., itu sudah biasa ku dengar bahkan Jungkook mengatai ku dengan gadis dwaeji (babi).
Aku hanya bisa berjalan sambil menunduk dan tiba-tiba ada seseorang yang sengaja membuatku terjatuh dengan kakinya sehingga aku tersungkur ditanah sekarang.
Aku mendengar semua orang tertawa, dan yang paling menyakitkan aku melihat jungkook juga ikut menertawaiku.
"Opss. Maaf. Aku tidak melihatmu tadi."
aku mendongak menatapnya, dan benar saja itu Kwon Yuri. Gadis populer disekolah ini. Bagaimana tidak, dia mempunyai paras cantik dan proporsi tubuh yang bagus. Dia banyak dikelilingi lelaki sekolah. dan yang ku tau bahkan dia sangat dan tergila-gila pada Jungkook.
"Yuna!" Seseorang menghampiriku dan membantuku berdiri meskipun agak susah. "Kau baik-baik saja?"
Aku menganggukkan kepala.
"Kwon Yuri. Gadis nenek sihir sekolahan. "
Aku melebarkan bola mata dengan apa yang dikatakan pria ini.
"Percuma mempunyai wajah yang dikagumi semua orang, tapi sikap dan sifatmu jauh dari kata cantik sekalipun. Perhatikan sikapmu. Aku akan selalu mengawasimu!" Lanjutnya sambil membawa ku meninggalkan kerumunan orang.
________
"Akkhhhh.., sakit."
Keluhan pertama dari mulutku.
"Diamlah. jika kau tidak ingin kumakan!" katanya sambil mengobati lututku yang luka.
Aku tahu dia marah.
"Maafkan aku. Itu salahku, aku yang tidak melihat jalan tadi." Dia sama sekali mengaibaikanku. "Yak! Kau marah?"
Dia tidak menjawabku dan terus mengobati lukaku. Aku tau saat ini dia marah, aku sudah cukup mengenalnya. Dia satu- satunya sahabatku sekaligus pelindung untukku.
"Cha Hak Yeon! Aku sungguh minta maaf."
"Diamlah. Jangan banyak gerak Yu. Aku tidak bisa mengobati lukamu jika kau terus banyak bicara seperti itu." N mengambil sebuah kapas dari kotak obat, "dan satu lagi jangan panggil nama lengkapku, kau tau nama populerku kan. Panggil aku dengan itu." Jelasnya sambil melihat kearahku.
"Baiklah. iya.., N."
Dia memang tidak suka kalau aku memanggil nama aslinya. Karena orang-orang biasa memanggilanya 'N'. Kalian tahu kenapa? Itu karena nama aslinya mirip dengan nama perempuan, dan orang selalu salah mengira. Dia satu-satunya penyemangatku disekolah ini.
"Aku sudah bilang berapa kali—— hati-hati Yu, ini sudah hampir tujuh belas kali kau terjatuh seperti itu di depan umum." Celotehnya sambil membereskan kotak obat tersebut, "jangan perlihatkan bahwa otakmu tidak berkembang, cukup aku—— akh. Kenapa kau memukulku?"
Jitakanku tepat pada sasarannya.
"Aku tau. Tapi setidaknya kau tidak usah menghitung berapa kali aku terjatuh." Aku berkata sembari menggertakan gigiku.
Anehnya dia hanya tersenyum sambil mengusap bekas jitakanku tadi.
"Ini. Minumlah."
Dia duduk disampingku dan memberikan ku susu kotak rasa vanilla. Dia tahu bahwa aku sangat suka susu kotak vanila. Berbeda dengannya, dia suka susu kotak strawberry dan Alergi vanila. Sedangkan aku berbanding terbalik dengannya.
_____
Jungkook tersenyum tipis.
Masih setia mengamati dari kaca jendela bagaimana kedua orang yang berada diruangan kesehatan tertawa lebar menikmati waktu bersama. Gadis yang bersamanya jarang mengeluarkan senyum seperti itu tiba-tiba saja tertawa lebar saat pria bersamanya menggoda dengan mencubit pipi gadis itu.
Jungkook mengepalkan tangan. Entah untuk hal apa, yang jelas. Dia marah.
Apa hubungan mereka sebenarnya?
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MOODBOOSTER (SUDAH TERBIT)
Fanfiction[SUDAH TERBIT] Tidak ingin berharap banyak. Aku hanya ingin kau menganggapku ada. Memberiku tempat dimana ada bagian terkecil dari hatimu yang mampu aku tempati. Aku sudah terlanjur masuk kedalam duniamu, walau tanpa ijin darimu. Karena pada dasarn...