_
_
_
Pagi ini. Aku sedang berdiri mematung di depan kaca yang ada di dalam kamar mandi sambil menyentuh bibirku sendiri.
Bagaimana tidak? Aku masih memikirkan masalah tadi malam. Ciumanku? Luar biasa! Dia merebutnya begitu saja. Sejak kapan Jungkook jadi seperti itu?
Biarkan aku mengingatnya. Jungkook adalah makhluk berhati dingin. Melirikku saja tidak pernah dan yang tadi malam itu apa? Atau mungkin itu bukan dia, apa itu hantu penghuni apartemen ini?
Astaga! Mana mungkin. Sadarlah Han Yuna. Bersihkan pikiranmu!
Dapat kupastikan. Aku sudah gila akibat dicium olehnya, baru saja sebuah ciuman, bagaimana dengan yang lainnya? Mungkin sudah dapat dipastikan aku akan mengira bahwa kodok itu sama dengan kucing.
Tapi tunggu! Apa aku baru saja berharap lebih dari sekedar ciuman? Yak! Sadarlah Han Yuna. Lupakan!
Aku keluar dari kamar dan hendak kedapur untuk sarapan setelah tadi pagi aku sempat menyiapkan roti serta susu sebelum mandi, takut nanti selagi aku berada di kamar mandi tiba-tiba Jungkook bangun dan marah-marah akibat tidak ada makanan.
Bagaimana jika nanti dia mendobrak pintu kamar mandi dan dapat melihatku dalam keadaan tidak memakai apapun? Astaga! Aku berpikiran yang lain-lain lagi.
Berhenti berpikiran kotor Yu. Tolong.
Langkahku terhenti ketika melihat Jungkook keluar dari kamarnya.
Apa itu tadi? Dia lewat begitu saja dan menganggapku tidak ada. Dia lupa apa yang dilakukannya tadi malam, merasa tidak bersalah sama sekali. Apa itu cuman aku saja yang ingat, atau dia mungkin sudah sering melakukannya.
Woah. Jeon Jungkook kelinci berhati dingin telah kembali.
Aku berjalan mendahului dan sengaja menyenggolnya dengan bahuku. Jungkook terhuyung kedepan. Rasakan itu. Menyebalkan. Biarkan saja biar dia merasakan itu.
Aku menuangkan susu vanilla yang baru saja kuambil dari lemari pendingin kedalam gelas putih yang lumayan berukuran besar kemudian aku meminumnya sekali. Dua kali. Baru saja ingin meminum untuk tegukan ketiga kalinya Jungkook mengambil gelas itu dari tanganku dan meminumnya begitu saja sampai tetes terakhir dan mengembalikan gelas itu ketanganku kembali.
"Apa yang kau lakukan?!" Aku berteriak sambil menggoyangkan gelas yang ditanganku tepat di depan wajahnya.
"Apa? Aku tidak melakukan hal yang salah."
Benar-benar menyebalkan.
Lihatlah wajah tidak bersalahnya itu. Jungkook mengedikkan bahu, merasa tidak bersalah sama sekali.
Sumpah! Ini membuatku kesal, minumanku.., minuman kesayanganku. Demi susu vanilla yang ku minum sejak lahir aku bersumpah ingin rasanya mencakar wajah tampannya yang seperti pangeran itu sekarang juga. Tunggu! Apa barusan aku memujinya?!
Belum sempat mulutku melontarkan berbagai makian, tiba-tiba ponsel di dalam tasku bergetar.
Berterimakasihlah kau Jeon Jungkook karena siapapun yang mengirim pesan ini telah menyelamatkanmu.
From: N si langsing
[Kau tidak lupa dengan janji kita hari ini kan. Aku mencintaimu. ]
Aku terbatuk. Tersedak ludahku sendiri. Bagus! Apalagi kali ini.
Aku terkejut dengan pesan yang dikirim oleh bocah yang mempunyai ukuran otak sebesar telur kutu. Dia salah minum obat atau apa? Apa mungkin ini akibat pukulanku dikepalanya semalam menjadikan otak nya lari dari kilometernya. Jika itu benar. Aku sungguh minta maaf.
Lagi. Pesannya datang lagi sebelum aku membalasnya.
From: N si langsing
[Tidak usah terbatuk seperti itu. Aku tahu kau gugup. Tenanglah. Aku menunggumu di bawah, cepatlah sebelum aku membawamu kabur dari sana sayang.]
Gila. Ini membuatku gila.
______
Jungkook dapat melihat isi pesan yang ada di dalam ponsel Yuna dari sudut matanya. Berpura-pura tidak mengerti ternyata sangatlah sulit. Ada sesuatu yang siap meledak dalam dirinya ketika mendapatkan kata-kata terlarang yang dikirimkan seseorang pada Yuna.
Dia lagi. Pria susu kotak itu.
Awalnya Jungkook tidak tertarik sama sekali karena menurutnya Yuna tidak akan mendapat pesan dari orang lain selain ibunya, dan operator. Tapi Jungkook salah, matanya melebar sempurna, rahangnya mengeras dan dengan gerakan sigap Jungkook merebut ponsel yang berada dalam genggaman Yuna.
"Apa yang kau lakukan? Kembalikan! "
Yuna melompat-lompat kecil menggapai ponselnya yang diangkat Jungkook keudara. Perlu diketahui, Yuna hanya memiliki tinggi seratus enampuluh tiga sentimeter. Berbeda dengan Jungkook.
"Siapa yang mengirimu pesan dengan kata 'sayang' lengkap dengan emoticon hati disampingnya. "
"Jungkook. Kembalikan. "
Yuna masih mencoba meraih ponselnya.
"Kau ada janji dengannya hari ini. Dia dibawah? Menjemputmu? "
Jungkook menekan kepala gadis itu yang bergerak secara brutal agar ponselnya dapat dijangkau. Pemuda itu semakin mengangkatnya tinggi.
"Kau memilik kekasih? Kau selingkuh? "
"Apa? Jangan gila. Kembalikan ponselku!"
"Tidak akan. Tunggu. Kau merubah penampilanmu karena kekasihmu itu."
"Bukan urusanmu. Kembalikan ponselku. Aku membelinya dengan uangku, kau tidak berhak mengambilnya, kembalikan sekarang juga. Kau tahu kau itu menyebalkan, kau terus-terusan ikut campur dengan urusanku. Urus saja urusanmu, jangan ikut campur. Itu hakku. Ponsel itu milikku. Aku membelinya dengan uangku sendiri jadi terserah jika aku menggunakan dan menerima pesan untuk apa dan dengan siapa bahkan kau tidak berhak mengatur aku sudah memilik kekasih atau ti---eumph."
Jungkook menghentikan perkataan Yuna dengan mencium gadis itu tepat pada bibirnya, membungkam,menekan dan akhirnya terdiam.
Yuna melotot kaget dan mencoba melepaskan, tapi percuma semakin Yuna memberontak semakin Jungkook menekan ciumannya.
Setelah beberap saat, Jungkook melepaskannya.
"huh. Kau membuatku pusing. Aku harus menghentikan ocehanmu."
Jungkook masih menggenggam wajah Yuna dengan telapak tangannya. Nafas keduanya memburu, Yuna menatap jengkel seakan ingin membunuh Jungkook hidup-hidup.
"Aku berhak melakukan apapun untukmu sayang. Kau milikku. Tidak akan kubiarkan kau berbuat sesukamu. Karirku masih ada ditanganmu. Akan sangat merepotkan jika ayah sampai mengetahui perselingkuhanmu."
Yuna mengepalkan tangannya kuat. Menahan emosi atas apa yang baru saja Jungkook ucapkan.
Tidak adil. Tentu saja. Gadis itu semakin kesal ketika melihat senyuman Jungkook yang terukir jelas ketika melihat bagaimana dia bertahan untuk tidak meluapkan emosinya.
"Jangan menatapku seperti itu, kau terlihat seksi. Jangan salahkan pikiranku yang melayang jauh membayangkanmu menatapku seperti itu sambil mendesahkan namaku..., dibawahku. "
***
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
MOODBOOSTER (SUDAH TERBIT)
Hayran Kurgu[SUDAH TERBIT] Tidak ingin berharap banyak. Aku hanya ingin kau menganggapku ada. Memberiku tempat dimana ada bagian terkecil dari hatimu yang mampu aku tempati. Aku sudah terlanjur masuk kedalam duniamu, walau tanpa ijin darimu. Karena pada dasarn...